Thursday, May 23, 2013

Thought for the Day - 23rd May 2013 (Thursday)

All that I can tell you about the spiritual disciplines have been told often before; the human capacity, nature, and talents are all ancient possessions and so the advice regarding how to use them is also ancient. The only new thing is the directions in which these talents are wasted, and the way one is playing false to one’s own nature. Man is essentially an animal, endowed with viveka (Discrimination). That is why one is not content with the satisfaction of mere animal needs. One feels some void, some deep discontent and some unslaked thirst, for man is a child of Immortality and so feels that death is not and should not be the end. This viveka urges man to discover answers to the problems that haunt him: "Where did I come from, whither am I journeying, which is the journey's end?" To find answers to these questions, the intellect (buddhi) has to be kept sharp and clear.

Semua yang dapat Aku katakan kepadamu tentang disiplin spiritual sudah sangat sering dikatakan sebelumnya; kapasitas manusia, sifat, dan bakat semuanya adalah harta kuno sehingga saran mengenai bagaimana menggunakannya juga kuno. Manusia pada dasarnya adalah binatang, yang diberkati dengan Viveka (Diskriminasi/kemampuan membedakan). Itulah sebabnya mengapa kita tidak merasa puas hanya dengan memuaskan kebutuhan hewani belaka. Kita merasakan kekosongan, ketidakpuasan dan kehausan yang mendalam, karena manusia adalah anak Keabadian, jadi merasakan tidak ada kematian dan seharusnya tidak ada akhir. Viveka ini mendorong manusia untuk menemukan jawaban atas masalah yang menghantuinya: "Dari mana aku berasal, ke mana aku melakukan perjalanan, yang mana merupakan akhir perjalanan?" Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, intelek (buddhi) harus dijaga tetap tajam dan murni.

-BABA

No comments:

Post a Comment