Monday, December 9, 2013

Thought for the Day 7th - 9th December 2013

Date: Saturday, December 07, 2013


Love is the eternal principle that is present in all. But people are expressing their love for selfish purposes. You should eschew selfishness and self-interest, and develop the spirit of sacrifice with courage and conviction. How can you become courageous? It is possible only when you practice righteousness (Dharma). Many noble persons have sacrificed their lives for the cause of Dharma and never craved for name and fame. Sacrifice (Thyaga) is true Yoga. You too should practice this Yoga and become deserving of Divine Grace. Any activity done with a business-mind will not make you happy. Enquire within yourself and develop the spirit of sacrifice. Only then there will be a transformation of heart. So long as you do not give up selfishness, you cannot achieve anything worthwhile in life. You should cast aside selfishness and cultivate selflessness.

Cinta-kasih adalah prinsip kekal yang ada dalam semuanya. Tetapi orang-orang mengekspresikan cinta-kasih mereka untuk tujuan egois. Engkau harus menjauhkan diri dari keegoisan dan kepentingan pribadi, dan mengembangkan semangat pengorbanan dengan keberanian dan keyakinan. Bagaimana engkau bisa menjadi berani? Hal ini dimungkinkan hanya jika engkau mempraktikkan kebenaran (Dharma). Banyak orang-orang mulia telah mengorbankan hidup mereka untuk Dharma dan tidak pernah mendambakan untuk nama dan ketenaran. Pengorbanan (Thyaga) adalah Yoga sejati. Engkau juga harus mempraktikkan Yoga ini sehingga layak mendapatkan Berkat Tuhan. Setiap kegiatan yang dilakukan dengan pikiran-bisnis tidak akan membuatmu bahagia. Engkau hendaknya melakukan penyelidikan pada dirimu sendiri dan mengembangkan semangat pengorbanan. Hanya setelah itu, transformasi hati bisa terjadi. Selama engkau tidak meninggalkan keegoisan, engkau tidak akan dapat mencapai sesuatu yang berharga dalam hidup. Engkau hendaknya menyingkirkan keegoisan dan mengembangkan sikap tanpa mementingkan diri sendiri. (Divine Discourse, Nov 22, 2003)
-BABA  


Date: Sunday, December 08, 2013


The Atmic consciousness that permeates every living being is referred to as Brahman. When it is individualised, it is called conscience. It is also referred to as Jiva. When the Atmic consciousness is encased in a body, it becomes an individual. The individual, the Atma and consciousness - all the three are one and the same. People think they are different because they are given different names. Remove the names, there is only one Consciousness in every individual. Supposing you name this object (showing a handkerchief) as Atma. It is a handkerchief in common parlance. I can call it threads or cotton. But essentially it is an object. Whatever name I may give, it refers to the same one object. There is only one Atmic consciousness in every individual. It has no form; it only assumes different forms.

Kesadaran atma yang menembus setiap makhluk hidup disebut sebagai Brahman. Ketika ia merupakan individual, ia disebut dengan hati nurani, juga disebut sebagai Jiva. Ketika kesadaran atma terbungkus dalam badan jasmani, ia menjadi seorang individu. Individu, Atma dan kesadaran - ketiganya adalah satu dan sama. Orang-orang menganggap mereka berbeda karena mereka diberi nama yang berbeda. Lepaskanlah nama, hanya ada satu Kesadaran dalam setiap individu. Misalkan nama objek ini (menunjukkan saputangan) sebagai Atma. Saputangan merupakan bahasa umum. Aku bisa menyebutnya sebagai benang atau kapas. Tetapi pada dasarnya itu adalah sebuah benda. Apapun nama yang Aku berikan, mengacu pada satu objek yang sama. Hanya ada satu kesadaran atma dalam setiap individu. Ia tidak memiliki bentuk, hanya mengambil bentuk-bentuk yang berbeda. (Divine Discourse, Oct 21, 2003)
-BABA


Date: Monday, December 09, 2013

Consider love as your life and truth as your breath. There is an intimate and inseparable relationship between love and truth. Today people use the word love without actually knowing its meaning. As they do not know the value and meaning of love, it is trivialized. People are under the mistaken notion that worldly and physical attachment is love and consider such love as large as life. True love will reign supreme only when you get rid of selfishness and develop the spirit of sacrifice. Love is God, God is love. But you are craving for worldly love which is bereft of life. You should aspire for Divine Love which is truly your very life. True spiritual discipline lies in connecting your love with Divine Love. Your life will be sanctified when you have such steady and selfless Divine Love.

Engkau hendaknya menganggap cinta-kasih sebagai hidupmu dan kebenaran sebagai napasmu. Ada hubungan yang intim dan tak terpisahkan antara cinta-kasih dan kebenaran. Saat ini orang-orang menggunakan kata cinta-kasih tanpa benar-benar mengetahui maknanya. Karena mereka tidak mengetahui nilai dan arti dari cinta-kasih, maka cinta-kasih diremehkan. Orang-orang berada di bawah pendapat yang keliru bahwa keterikatan duniawi dan fisik merupakan cinta-kasih dan menganggap cinta-kasih seperti itu merupakan cinta-kasih yang sesungguhnya. Engkau akan mendapatkan cinta-kasih sejati hanya bila engkau mampu menyingkirkan keegoisan dan mengembangkan semangat pengorbanan. Cinta-kasih adalah Tuhan, Tuhan adalah cinta-kasih. Tetapi engkau mendambakan cinta-kasih duniawi. Engkau hendaknya menginginkan hanya Cinta-kasih Tuhan. Disiplin spiritual sejati terletak pada hubunganmu dengan cinta-kasih Tuhan. Hidupmu akan disucikan ketika engkau memiliki Cinta-kasih Tuhan yang  kuat dan tanpa pamrih. (Divine Discourse, Nov 22, 2003)
-BABA

No comments:

Post a Comment