Friday, February 20, 2015

Thought for the Day - 20th February 2015 (Friday)

Happiness generally relates to bodily comforts and is transient. Such temporary pleasure comes to us for a few moments but very soon plunges us into deep sorrow. But the kind of bliss that one gets through the Soul (Atma) is permanent, pure and selfless. Hence spiritual education (Brahma Vidyā) advocates that love must be cultivated for love’s sake only. You must not express love to merely obtain material benefits. If love is showered to win temporary benefits, then it will last for a very short time only. Divine Atma symbolises eternal truth and is permanent. Therefore Prema attached to Atma will be true and permanent. This infinite love and eternal truth is present in every being (jīva). If we focus on developing love and truth for its own sake, then we will experience bliss supreme. That is why the Upanishads advocate Selfless Love as ‘Satyasya satyaṃ’ or the Truth of truths.
Kebahagiaan umumnya berkaitan dengan kenyamanan badan dan bersifat sementara. Kesenangan sementara tersebut datang kepada kita untuk beberapa saat, tetapi segera menjerumuskan kita ke dalam duka yang mendalam. Namun jenis kebahagiaan yang seseorang dapatkan melalui Jiwa (Atma) adalah kebahagiaan permanen, murni, dan tanpa pamrih. Oleh karena itu pendidikan spiritual (Brahma Vidya) menganjurkan cinta-kasih harus dikembangkan demi cinta-kasih saja. Engkau tidak harus mengungkapkan cinta-kasih hanya untuk sekedar memperoleh keuntungan material. Jika cinta-kasih dicurahkan untuk mendapatkan manfaat sementara, maka itu akan berlangsung untuk waktu yang sangat singkat saja. Divine Atma melambangkan kebenaran abadi dan permanen. Oleh karena itu Prema melekat pada Atma adalah benar dan permanen. Cinta-kasih yang tak terbatas dan kebenaran abadi ini ada dalam setiap mahluk (jiva). Jika kita fokus pada pengembangan cinta-kasih dan kebenaran untuk kepentingan diri sendiri, maka kita akan mengalami kebahagiaan tertinggi. Itulah sebabnya Upanishad menganjurkan cinta-kasih tanpa pamrih sebagai 'Satyasya Satyam' atau Kebenaran dari kebenaran [Divine Discourse, Summer Showers in Brindavan 1974, Ch. 1-18]

-BABA

No comments:

Post a Comment