Sunday, September 4, 2016

Thought for the Day - 3rd September 2016 (Saturday)

If we look at the start of the Mahabharatha war in a superficial manner, we will see that Arjuna was thrown into despondence and confusion, and the opportunity required Krishna to impart the sacred Bhagavad Gita. This situation should not be described as a period of internal controversy. Arjuna did soul searching within himself to decide between truth and untruth, between propriety and impropriety. A human being’s life is transient. It is momentary, and in the context of the battlefield, Arjuna learnt to recognise the permanent truth. Lord Krishna raised the Pandavas as an exemplar so we understand the sacred heart of a devotee. Sometimes, as a result of difficulties, devotees’ hearts are immersed in sorrow. This is because of their ego and other bad qualities in their hearts coming to the surface and troubling them. To get such ego, jealousy, and unwanted traits out of the heart of devotees, God definitely intervenes and undertakes events to help them progress.


Jika kita melihat pada permulaan dari perang Mahabharatha dalam pandangan yang dangkal maka kita akan melihat bahwa Arjuna ditaruh dalam ketidakberdayaan dan kebingungan, dan kesempatan yang diperlukan oleh Sri Krishna untuk memberikan Bhagavad Gita yang suci. Situasi ini seharusnya tidak dijelaskan sebagai sebuah waktu perdebatan di dalam diri. Arjuna melakukan pencarian jiwa di dalam dirinya sendiri untuk memutuskan diantara kebenaran dan ketidakbenaran, diantara kesopanan dan ketidaksopanan. Kehidupan manusia adalah sementara. Adalah sebentar, dan dalam konteks peperangan, Arjuna belajar untuk menyadari kebenaran yang kekal. Sri Krishna mengangkat para Pandawa sebagai teladan sehingga kita mengerti kesucian hati dari bhakta. Kadang-kadang, sebagai hasil dari kesulitan, hati bhakta akan tenggelam dalam penderitaan. Ini adalah karena ego mereka dan sifat buruk yang lainnya di dalam hati mereka dan muncul ke permukaan dan menyusahkan mereka. Untuk bisa mengeluarkan sifat seperti ego, cemburu, dan sifat yang tidak diinginkan dari hati para bhakta maka Tuhan dengan pasti campur tangan dan mengambil langkah untuk membantu kemajuan mereka. (Summer Roses on Blue Mountains 1976, Ch 10)

-BABA

No comments:

Post a Comment