Sunday, September 23, 2018

Thought for the Day - 20th September 2018 (Thursday)

The story of Rukmini Kalyana (marriage of Rukmini to Lord Krishna) is the story of the union of Purusha (the Supreme Spirit) with Prakriti (creation, the objective world) itself. Rukmini is the individual self (jiva), and Krishna is the Supreme Self (Paramatma). She suffers from the rules and restrictions imposed by the objective world; egoism is her brother, worldliness is her father. But on account of her good conduct, her mind rested on God. Her prayers, repentance, yearning, and steadfastness were amply rewarded. The parents, brother and all the relatives objected, but an individual is born to work out their destiny, not to act a role in someone else’s drama. One is born to serve out one’s sentence; when the sentence ends, one is free. You shall not remain in prison on the pretext that a dear comrade is still in! Just think of this fact: Rukmini had not met Krishna before; there was no preliminary wooing. The soul yearned, and it won.


Kisah dari Rukmini Kalyana (pernikahan Rukmini dengan Sri Krishna) adalah kisah persatuan antara Purusha (Spirit yang tertinggi) dengan Prakriti (ciptaan, dunia objektif) itu sendiri. Rukmini adalah jiwa dalam setiap individu (Atma), dan Krishna adalah Jati diri yang tertinggi (Paramatma). Rukmini menderita dari aturan dan pembatasan yang ditentukan oleh dunia ini; egoisme dari kakaknya, keduniawian dari ayahnya. Namun oleh karena tingkah lakunya yang baik, pikirannya terpatri pada Tuhan. Doa, penyesalan, kerinduan, dan ketabahannya diberkati dengan berkah yang melimpah. Orang tua, saudara, dan semua kerabat merasa keberatan, namun seorang individu lahir untuk menentukan nasib mereka sendiri, dan bukan untuk memainkan drama orang lain. Seseorang dilahirkan untuk menjalani hukumannya; ketika hukuman itu telah berakhir maka orang itu bebas. Engkau tidak akan ada di penjara lagi dengan alasan bahwa sahabat yang dikasihi masih ada di dalam! Hanya pikirkan tentang kenyataan ini: Rukmini belum pernah bertemu Krishna sebelumnya; tidak ada rayuan terlebih dahulu. Jiwa rindu dan itu didapatkan. (Divine Discourse, Oct 28, 1963)

-BABA

No comments:

Post a Comment