Thursday, September 27, 2018

Thought for the Day - 25th September 2018 (Tuesday)

Devotion is referred to as upasana, which means dwelling near, feeling the Presence, or sharing the sweetness of Divinity. The yearning for upasana prompts you to go on pilgrimages, to construct and renovate temples, and to consecrate images. All this is karma of a high order; they lead to spiritual wisdom. First, start with the idea, “I am in the Light.” Then the feeling, “The light is in me,” becomes established, leading to the conviction, “I am the Light.” That is supreme wisdom. A dog caught in a room of mirrors sees all its myriad reflections as not itself but as rivals, competitors, and other dogs that must be barked at. So it tires itself out by jumping on these reflections, and when the images also jump, it becomes mad with fury. A wise person, however, sees oneself everywhere and is at peace, even happy that there are so many reflections all around. That is the attitude you must learn to possess, that will save you from needless bother.


Bhakti disebut sebagai upasana, yang berarti berada dekat, merasakan kehadirannya, atau berbagi rasa manis keilahian. Kerinduan akan upasana mendorongmu untuk pergi untuk perziarahan, membangun dan memperbaiki tempat suci, dan menyucikan wujud Tuhan. Semuanya hal ini adalah karma dari tatanan yang lebih tinggi yang menuntun pada kebijaksanaan spiritual. Pertama, mulai dengan pikiran, “aku ada di dalam cahaya.” Kemudian perasaan, “cahaya di dalam diriku,” menjadi terwujud, mengarah pada keyakinan, “aku adalah cahaya.” Itu adalah kebijaksanaan yang tertinggi. Seekor anjing terperangkap dalam ruangan penuh dengan cermin dan melihat semua bayangannya yang banyak bukan dirinya sendiri namun sebagai saingan, maka semua bayangan anjing itu harus digonggong. Jadi, anjing itu membuat dirinya lelah dengan melompat terus pada bayangannya tersebut, dan ketika bayangan itu juga melompat, anjing itu menjadi benar-benar marah. Seorang yang bijak, bagaimanapun juga melihat kesatuan dimanapun juga dan merasakan kedamaian, bahkan tetap senang walaupun ada begitu banyak pantulan di sekitarnya. Itu adalah sikap yang harus engkau pelajari untuk berproses, bahwa hal itu akan menyelamatkanmu dari kesulitan yang tidak perlu.  (Divine Discourse, Jul 7, 1963)

-BABA

No comments:

Post a Comment