Friday, April 26, 2024

Thought for the Day - 18th April 2024 (Thursday)

When the heart is filled with all kinds of worldly desires, there is no room in it for spiritual effort. There is a vast difference between one who is attached to worldly things and one who is devoted to Dharma. This may be illustrated by the actions of Drona and Bhishma, the two principal gurus of the Kauravas. Both Bhishma and Drona were supreme masters in the arts of using astras (weapons directed by mantras) and shastras (lethal weapons). But what a difference between the two! Bhishma was highly spiritually minded. After he was wounded all over the body in the Kurukshetra battle, when blood was flowing from the wounds, lying on a bed of arrows he taught Dharma (righteousness) to the Pandavas. His teachings are contained in the Shanti Parva of the Mahabharata. On the other hand, when Dronacharya heard Yudhishthira say "Aswatthama hatah" (Aswatthama is killed), he did not even wait to hear that it was the elephant named Aswatthama that had died, he concluded that his son Aswatthama had died, and he collapsed on the battlefield. Dronacharya was filled with worldly attachments. Bhishmacharya was filled with love of Dharma (virtuous action). 


- Divine Discourse, Jun 16, 1983.

Earn prosperity (Artha) while adhering to righteousness (Dharma) and have always only one wish (Kama): to get liberated (Moksha) - that is the way to realise the four goals of life.


Ketika hati diliputi dengan semua jenis keinginan duniawi, maka disana tidak ada ruang bagi usaha spiritual. Ada perbedaan yang sangat luas diantara seseorang yang terikat pada hal-hal duniawi dan seseorang yang mengabdi pada Dharma. Hal ini dapat digambarkan dengan tindakan dari Drona dan Bhishma, dimana mereka berdua adalah guru utama dari para Kaurava. Keduanya baik Bhishma dan Drona adalah ahli tertinggi dalam seni menggunakan astra (senjata yang diarahkan dengan melantunkan mantra) dan shastra (senjata mematikan). Namun betapa berbedanya diantara keduanya! Bhishma adalah seseorang dengan pikiran spiritual yang tinggi. Setelah dia terluka di sekujur tubuhnya dalam perang Kurukshetra, ketika darah mengalir dari luka yang ada, berbaring di atas tempat tidur dari anak panah sambil mengajarkan Dharma (kebajikan) kepada para Pandawa. Ajaran yang disampaikan oleh Bhisma terangkum dalam Shanti Parva di epos Mahabharata. Sebaliknya, ketika Dronacharya mendengar Yudhishthira berkata "Aswatthama hatah" (Aswatthama dibunuh), dia bahkan tidak menunggu untuk mendengar secara utuh bahwa gajah bernama Aswatthama yang telah mati, Dronacharya menyimpulkan bahwa putranya Aswatthama telah meninggal, dan dia ambruk di medan perang. Dronacharya diliputi dengan keterikatan duniawi. Bhishmacharya diliputi dengan kasih pada Dharma (tindakan mulia). 


- Divine Discourse, Jun 16, 1983.

Dapatkan kesejahtraan (Artha) sambil berpegang pada Kebajikan (Dharma) dan selalu hanya memiliki satu hasrat (Kama): untuk terbebaskan (Moksha) – itu adalah jalan untuk menyadari empat tujuan hidup.


No comments:

Post a Comment