Wednesday, June 4, 2008

2nd to 5th June 2008




2nd of June (Monday)

Who are My real Bhaktas (devotees)? Those with Viveka (discrimination), Vairagya (renunciation), Vijnana (wisdom) and Vinaya (humility), who are aware of the knowledge of Reality, who are always immersed in the contemplation of My Leela (glories), who dwell on My name at all times and under all circumstances and who shed tears of love whenever the Lord's name is heard from any lip - they are My genuine Bhaktas.

Siapakah bhakta-Ku yang sebenarnya? Yaitu mereka yang memiliki Viveka (kemampuan diskriminatif untuk membedakan antara yang baik dan salah), Vairagya (ketidak-melekatan), Vijnana (kebijaksanaan) dan Vinaya (kerendahan-hati). Bhakta-bhakta sejati adalah mereka yang telah memiliki pengetahuan/kesadaran tentang Realitas, yang senantiasa berkontemplasi terhadap kemuliaan-Ku, yang selalu merenungkan nama-Ku setiap saat dan dalam keadaan yang bagaimanapun juga serta yang menitikkan air mata cinta-kasih setiap kali nama Tuhan terdengar oleh mereka.
-BABA

3rd June 2008 (Tuesday)

Atma Jnana (spiritual wisdom) can be won only by giving up Vasanas (impulses), transcending the mind and analysing one's experiences to grasp the Reality. Without these three, Jnana will not dawn. Firstly, give up all impure impulses and cultivate the pure ones. Then gradually try to give up even these and render the mind completely devoid of any desire. Shanti (peace) thus attained is effulgent, blissful and filled with wisdom. It is indeed the experience of Godhead.

Atma Jnana (kebijaksanaan spiritual) hanya bisa diperoleh dengan jalan meninggalkan Vasanas (dorongan-dorongan impuls), melampaui mind serta melakukan analisa terhadap pengalaman-pengalamanmu guna menggapai Realitas. Tanpa melalui langkah-langkah itu, maka Jnana tidak mungkin akan tercapai. Terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah melepaskan semua impuls/dorongan yang tidak suci dan sebaliknya memupuk yang lebih murni/suci. Kemudian secara perlahan, kelak semuanya itu juga harus ditinggalkan dan mind kita perlu dibuat sedemikian rupa sehingga terbebaskan dari segala bentuk keinginan. Dengan demikian, maka Shanti (kedamaian) yang tercapai akan penuh dengan kebijaksanaan, effulgent (mulia) dan blissful.
-BABA

4th June 2008 (Wednesday)

One may ask, if God is controlling everything, what is the need for human effort? Yes, God is all powerful. But at the same time human effort is also necessary, for without it man cannot enjoy the benefit of God's grace. It is only when you have both Divine grace and human endeavour that you can experience bliss, just as you can enjoy the breeze of a fan only when you have both a fan and electric power to operate it.

Engkau mungkin bertanya, jikalau Tuhan mengendalikan segala-galanya, lalu untuk apa manusia berupaya? Memang betul bahwa Tuhan Maha Kuasa. Namun manusia juga perlu berusaha, sebab bila tanpa usaha, manusia tidak bisa memetik manfaat yang bakal diperolehnya dari Rahmat Ilahi. Bliss hanya bisa dirasakan ketika engkau memiliki Divine grace dan juga human endeavour (upaya/usaha); persis seperti halnya engkau baru bisa menikmati hembusan angin dari kipas-angin jikalau engkau memiliki kipas-angin dan arus listrik untuk menggerakkannya.
-BABA

5th June 2008 (Thursday)

Great sages, out of great sympathy for their fellowmen, laid down rules, regulations, limits and directions for daily life and conduct, so that man's mind may not turn against him, but may turn towards the ideals of Sathya (Truth), Dharma (Righteousness), Shanti (Peace) and Prema (Love). They declared that every act must be evaluated and approved only if it cleanses the emotions and passions, otherwise it has to be cast aside. Bhaavashuddhi (purification of mental disposition) is the fruit of Karma (action) and any act that befogs the Bhaava (thought process) or excites it into Rajas (passion) or demeans it into Thamas (inertia) has to be avoided.

Oleh karena dorongan simpatinya terhadap sesama umat manusia, para rishi telah mewariskan kepada kita aturan-aturan, batasan-batasan serta arahan untuk kehidupan dan perilaku sehari-hari. Tujuannya adalah supaya batin manusia tidak berpaling dan menentang Tuhan, melainkan justru berpaling kepada jalan Sathya (kebenaran), Dharma (kebajikan), Shanti (kedamaian) dan Prema (cinta-kasih). Mereka (para rishi/sadhu) telah menyatakan bahwa setiap bentuk tindakan kita haruslah dievaluasi dan kita hanya boleh menyetujui tindakan yang bisa membersihkan emosi dan keinginan kita; selain daripada itu, maka tindakan yang lain haruslah ditinggalkan. Bhaavashuddhi (purifikasi mental) merupakan buah dari Karma (tindakan) dan setiap tindakan yang berpotensi mengaburkan Bhaava (thought process) atau yang justru membangkitkan sifat-sifat Rajasik maupun Thamasik haruslah dihindari.
-BABA

No comments:

Post a Comment