Be silent yourself; that will induce silence in others. Do not fall into the habit of shouting, talking loudly or for long. Reduce contacts to the minimum. Carry with you an atmosphere of quiet contemplation, wherever you happen to be. There are some who live in a perpetual tornado of noise. Whether they are in an exhibition, a fair, a hotel, a temple or even in Prashanthi Nilayam; their wagging tongues do not stop. Such people will not proceed far on the Godward path. There are others who relish disputes and arguments; they are never content with obvious facts; they must create doubts where none existed before, and shake faith. They dispute whether Rama is superior to Krishna, or whether Krishna is a fuller incarnation of Godhead! These thoughts are not helpful either, for a spiritual aspirant. Winnow the real from the apparent. Look inward for the kernel, the meaning and purpose of life.
Saat engkau diam/ hening; maka akan mendorong orang lain untuk diam/ hening. Jangan menjadikan kebiasaan yang tidak baik seperti berteriak, berbicara keras, atau berbicara terlalu lama. Kurangi kontak seminimal mungkin. Bawalah selalu suasana perenungan yang tenang, di manapun engkau berada. Ada beberapa orang yang terus-menerus hidup dalam angin taufan (tornado). Apakah mereka berada di sebuah pameran, pekan raya, hotel, temple atau bahkan di Prashanthi Nilayam; lidah mereka bergoyang-goyang tiada berhenti. Orang-orang seperti itu tidak akan maju menuju jalan Tuhan. Ada orang lain yang menikmati perselisihan dan argumen, mereka tidak pernah puas dengan fakta-fakta yang jelas, mereka harus menciptakan keraguan di mana tidak ada sebelumnya, dan menggoncang keyakinan. Mereka memperdebatkan apakah Rama lebih unggul dari Krishna, atau apakah Krishna adalah inkarnasi yang lebih sempurna! Pikiran-pikiran ini tidak berguna bagi para peminat spiritual. Pisahkanlah yang nyata dari yang tampak nyata atau benar, tetapi tidak selalu demikian. Carilah ke dalam inti, makna dan tujuan hidup.
-BABA
No comments:
Post a Comment