Everyone must make their exit someday - that moment should not be one of anguish; one must depart with a smile and a bow. In order to accomplish that, a lot of preparation is necessary. Leaving all that has been accomplished and accumulated during a long lifetime is a very hard task. So prepare for it from now, by discarding attachment to one thing after another. You see many things in your dreams, and you may even acquire power and position. When you awaken, you do not cry over the loss of those, even though they were very real and gave you real joy and satisfaction during your dream. You tell yourself, “It was just a dream” and move on with life! What prevents you from treating with similar nonchalance, all the possessions you gather during the waking state? Cultivate that attitude and depart with a smile, when the curtain is drawn!
Suatu hari nanti, setiap orang tentu saja akan meninggalkan dunia ini - ketika saat itu tiba, seseorang tidak boleh berada dalam kesedihan yang mendalam, kita harus berangkat dengan tersenyum. Untuk mencapai itu, banyak persiapan yang diperlukan. Meninggalkan semua yang telah dicapai dan telah terakumulasi selama seumur hidup adalah pekerjaan yang sangat sulit. Jadi persiapkanlah hal itu dari sekarang, dengan meninggalkan keterikatan satu demi satu. Engkau mengalami banyak hal dalam mimpimu, dan engkau bahkan bisa memperoleh kekuasaan dan posisi. Ketika engkau terbangun, engkau tidak menangisi hilangnya semuanya itu, meskipun hal tersebut sangat nyata dan memberimu kebahagiaan dan kepuasan selama engkau bermimpi. Engkau mengatakan pada dirimu sendiri, "Itu hanyalah sebuah mimpi" dan hidup terus berlanjut! Sikap apa yang hendaknya diambil agar engkau dapat memiliki sikap tak acuh yang sama, terhadap semua harta benda yang telah engkau kumpulkan selama hidup? Kembangkanlah sikap itu dan berangkatlah dengan tersenyum, ketika akhir itu tiba!
-BABA
Daily Inspiration as written in the Ashram of Bhagawan Sri Sathya Sai Baba (Prasanthi Nilayam), translated into Bahasa Indonesia
Thursday, February 28, 2013
Thought for the Day - 28th February 2013 (Thursday)
Wednesday, February 27, 2013
Thought for the Day - 27th February 2013 (Wednesday)
Tuesday, February 26, 2013
Thought for the Day - 26th February 2013 (Tuesday)
Monday, February 25, 2013
Thought for the Day - 25th February 2013 (Monday)
Sunday, February 24, 2013
Thought for the Day - 24th February 2013 (Saturday)
Make four resolutions about your life hereafter and live in joy. 1. Practise Purity - Desist from wicked thoughts, bad habits and mean activities that weaken your self-respect. 2. Do Service – Serve others, for they are the reflections of the same entity of which you yourself are another reflection. No one of you has any authenticity on your own, except with reference to your Creator, the Lord. 3. See Mutuality – Feel always the kinship with all creation. See the same current flowing through all objects in the Universe. 4. Live in Truth – Do not deceive yourself or others by distorting your experience.
Engkau hendaknya membuat empat resolusi pada kehidupan-mu selanjutnya dan hiduplah dalam sukacita. Keempat resolusi tersebut adalah: 1. Mempraktikkan kemurnian - Dengan cara menghentikan pikiran-pikiran yang buruk, kebiasaan-kebiasaan yang buruk dan aktivitas-aktivitas yang melemahkan harga dirimu. 2. Melakukan pelayanan - Layanilah orang lain, karena mereka adalah entitas yang sama dan juga merupakan bayanganmu sendiri. Tidak ada seorangpun dari engkau mempunyai otentisitas atas dirimu sendiri, kecuali dengan mengacu pada Sang Pencipta, yaitu Tuhan. 3. Lihatlah Mutualitas - Selalu merasakan kekerabatan dengan semua ciptaan. Engkau hendaknya melihat arus yang sama mengalir melalui semua benda di alam semesta. 4. Jalanilah kehidupan dalam Kebenaran - Jangan menipu diri sendiri atau orang lain dengan menyimpang dari apa yang engkau alami.
-Baba
Saturday, February 23, 2013
Thought for the Day - 22nd & 23rd February 2013
Thursday, February 21, 2013
Thought for the Day - 21st February 2013 (Thursday)
Wednesday, February 20, 2013
Thought for the Day - 20th February 2013 (Wednesday)
Tuesday, February 19, 2013
Thought for the Day - 19th February 2013 (Tuesday)
Monday, February 18, 2013
Thought for the Day - 18th February 2013 (Monday)
Sunday, February 17, 2013
Thought for the Day - 17th February 2013 (Sunday)
Never once in the Mahabharatha did Dhuryodhana observe the principles of righteousness towards the Pandava brothers; at last, he had to face the inevitable doom, when Bheema challenged him for the duel which was to lay him low. At that moment, Dhuryodhana, the author of the deceitful gambling game, the house of lac which was set on fire, the insult heaped on the honoured Queen, the slaughterer of Abhimanyu by a pack of ferocious foes who fell upon him - the dark designer of all these iniquities, took refuge in Dharma and started quoting texts. Dharma is not a handy excuse to escape the evil consequences of one’s actions. Righteousness is not to be treated as a means of escape; it is a means of living.
Dalam Mahabharatha Dhuryodhana tidak pernah sekalipun mematuhi prinsip-prinsip kebenaran terhadap Pandawa bersaudara, pada akhirnya, ia harus menghadapi takdir yang tak terelakkan, ketika Bima menantangnya untuk duel yang membuatnya dikalahkan secara kejam. Pada saat itu, Dhuryodhana: licik dalam permainan judi, rumah kardus yang dibakar, penghinaan pada Ratu yang dihormati, pembantaian Abimanyu yang tidak ber-perikemanusiaan - perencana dari semua kesalahan, mencari perlindungan pada Dharma dan mulai mengutip teks-teks suci. Dharma bukanlah sesuatu yang dapat memaafkan untuk menghindari akibat buruk dari suatu tindakan. Dharma tidak boleh diperlakukan sebagai sarana untuk melarikan diri; Dharma adalah cara/alat dalam menjalani kehidupan.
-BABA
Saturday, February 16, 2013
Thought for the Day - 16th February 2013 (Saturday)
Devotion to God is not to be calculated on the basis of the institutions one has started or helped, the temples one has built or renovated, the donations one has given, nor does it depend on the number of times one has written or recited the Names of the Lord, or the time and energy one spent in the worship of Lord. These are not vital - they are not even secondary! Devotion is Divine Love, unsullied by any tinge of desire for the benefit that flows from it or the fruit or consequence of that love. Love knows no particular reason for its manifestation. Divine Love is akin to the love of the river for the sea, the creeper for the tree, the spring for the cliff down which it flows. It is an unchanging loving attitude, a desirable bent of the mind, standing steady through joy and grief, ever sweet - in good times and bad!
Pengabdian (bhakti) kepada Tuhan tidak akan dihitung atas dasar lembaga yang telah dibangun atau dibantu, kuil-kuil yang telah dibangun atau direnovasi, sumbangan yang telah diberikan, juga tidak tergantung pada berapa kali seseorang telah menulis atau mengucapkan Nama Tuhan, ataupun berapa waktu dan energi yang dihabiskan dalam memuja Tuhan. Semuanya ini tidaklah penting! Pengabdian adalah Kasih Ilahi, tak ternoda oleh semburat keinginan untuk manfaat yang mengalir dari itu atau buah atau konsekuensi dari cinta-kasih itu. Cinta-kasih Tuhan tidak mengenal alasan tertentu untuk mewujudkannya. Cinta-kasih Tuhan dapat diibaratkan seperti cinta-kasih sungai pada laut, tumbuhan menjalar pada pohon, sumber mata air pada tebing dimana airnya mengalir. Inilah cinta-kasih yang tak akan berubah, berdiri stabil melalui sukacita dan kesedihan, selalu manis - di saat yang baik dan buruk!
- BABA
Friday, February 15, 2013
Thought for the Day - 15th February 2013 (Friday)
The mother spends more time tending the sick child; she asks the older children to look after themselves but feeds the infant with her own hands. That does not mean that she has no love towards the grown-ups. So too, do not think that because God does not ostensibly shower attention on a person, that he or she is not receiving God’s Love and Grace. In God’s view, there is no one senior or junior amongst devotees. Note this also - in this Avatar (Divine Incarnation), the wicked will not be destroyed; they will be corrected, reformed, educated and led back to the path from which they have strayed. The white-ant infested tree will not be cut; it will be saved.
Sang ibu menghabiskan lebih banyak waktu untuk merawat anak yang sakit, dia meminta anak-anak yang lebih tua untuk merawat diri mereka sendiri, tetapi memberi makan bayi dengan tangannya sendiri. Itu bukan berarti bahwa ia tidak memiliki kecintaan terhadap anak-anaknya yang lebih tua. Demikian juga, janganlah berpikir bahwa Tuhan tidak mencurahkan perhatiannya pada seseorang, bahwa ia tidak menerima Kasih dan Berkat Tuhan. Dalam pandangan Tuhan, tidak ada yang senior atau junior di antara para devotee (bhakta). Mohon diperhatikan - dalam zaman Avatar (inkarnasi Tuhan) ini, orang yang jahat tidak akan dimusnahkan, mereka akan diperbaiki, direformasi, dididik dan diarahkan kembali ke jalan dari mana mereka telah tersesat. Anai-anai yang mengerumuni pohon, tidak akan dipotong; melainkan tetap dipelihara.
-BABA
Thursday, February 14, 2013
Thought for the Day - 14th February 2013 (Thursday)
The Lord is everyone’s Father, in whose property each and everyone can claim a share. In order to get it, you must reach a certain stature; achieve a certain standard of intelligence. The infirm and the idiotic are not fit recipients of a worldly property. God’s property is His grace and love. So, to attain a share of His property, you must have devotion and discrimination. With these two, you are entitled to claim your share of Grace, which is your right. Bring with you devotion and take from the Lord, spiritual strength. This is a transaction that pleases Him. Bring to Him all you have – your sorrow and grief, worries and anxieties and take from Him, joy and peace, courage and confidence!
Tuhan adalah Ayah bagi setiap orang, yang mana setiap orang bisa meng-klaim untuk memiliki bagian dari harta milik-Nya. Untuk mencapai tujuan tersebut, engkau harus mencapai standar tertentu, mencapai standar intelegensi tertentu. Orang yang lemah dan idiot tidak pantas untuk menerima harta-benda duniawi. Harta-kekayaan Tuhan adalah Berkat-Nya dan cinta-kasih-Nya. Jadi, untuk mendapatkan bagian dari harta-Nya, engkau harus memiliki pengabdian (bhakti) dan diskriminasi. Dengan memiliki keduanya, engkau berhak untuk menuntut bagianmu (Berkat Tuhan), yang merupakan hak-mu. Bawalah pengabdianmu pada Tuhan dan engkau akan mendapatkan kekuatan spiritual dari-Nya. Inilah transaksi yang menyenangkan Beliau. Bawalah kepada-Nya semua yang engkau miliki - kesedihan dan penderitaan, kekhawatiran dan kecemasan dan ambillah dari-Nya, sukacita dan kedamaian, serta keberanian dan kepercayaan diri!
-BABA
Wednesday, February 13, 2013
Thought for the Day - 13th February 2013 (Wednesday)
The Lord has declared in the Geetha, “Mama maaya” or “My illusion”. This implies that the world is His handiwork, His Divine sport & glory (leela & mahima). It is devised as a training ground, an inspiration for those who desire to see Him, Who is its Source, Director, & Master. Once you see the world as the stage for His play, then you will no longer be misled, nor distracted, nor deceived by any tricks or stage effects. From illusion, you must get interested in the Author, the Master. The play is real only as long as it lasts, when you are in the theatre. So too, the world is just a mirage! A mirage does not originate from rain. It will not reach any lake or sea. It was not there before the sunrise, nor will it be there after the sunset. It is just an intervening phenomenon, it is best left alone! So too, God truly is more real than the world, this is the essence of Indian scriptures.
Tuhan telah menyatakan dalam Geetha, "Mama Maaya" atau "ilusi-Ku". Hal ini menyiratkan bahwa dunia adalah hasil karya-Nya, permainan Ilahi-Nya & kemuliaan-Nya (leela & mahima). Dunia ini merupakan tempat untuk melakukan praktik spiritual, inspirasi bagi mereka yang ingin melihat-Nya, Dia yang merupakan Sumber, Sutradara, & Sang Master. Setelah engkau melihat dunia sebagai panggung permainan-Nya, maka engkau tidak akan lagi disesatkan, atau bimbang, atau terpedaya oleh trik atau efek panggung. Dari ilusi, engkau harus tertarik pada Sang Pencipta, Sang Master. Permainan (drama) ini nyata hanya selama permainan itu berlangsung, ketika engkau berada di atas panggung teater. Demikian juga, dunia ini hanyalah fatamorgana! Fatamorgana bukanlah berasal dari hujan, sehingga tidak akan mencapai danau atau laut manapun. Fatamorgana tidak ada sebelum matahari terbit, juga tidak ada setelah matahari terbenam. Ini hanya sebuah fenomena pembiasan cahaya, suatu hal yang keliru! Demikian juga, Tuhan lebih nyata daripada dunia ini, inilah inti dari kitab-kitab suci India.
-BABA
Tuesday, February 12, 2013
Thought for the Day - 12th February 2013 (Tuesday)
Detachment (vairagya) is a result of the Lord’s Grace; it needs years of yearning and struggle. Meanwhile begin today with the first step, which is cleansing of your mind and cultivation of virtues. Even if you are unable to start or follow these, at least do not laugh at those who do and discourage them. Do not depend upon others for doing your work or have someone attend to your personal wants. Do them yourself – that is the mark of being truly self-reliant and free! Never accept anything free from anyone. You must pay it back, in service or work. Thus, you will make yourselves self-respecting individuals. Receiving a favour means getting bound to the giver. Grow in self-respect and dignity. That is the best service you can do to yourself.
Tanpa kemelekatan (Vairagya) merupakan hasil dari Berkat Tuhan; perlu bertahun-tahun kerinduan dan perjuangan. Oleh karena itu, mulai saat ini lakukanlah langkah yang pertama, yaitu memurnikan pikiranmu dan mengembangkan kebajikan. Bahkan jika engkau tidak dapat memulai atau mengikuti hal tersebut, setidaknya janganlah menertawakan mereka melakukannya ataupun janganlah mencegah mereka untuk melakukannya. Jangan tergantung pada orang lain untuk melakukan pekerjaanmu atau meminta seseorang untuk melakukan keinginan pribadi-mu. Lakukanlah sendiri - itu adalah ciri orang yang mandiri! Jangan pernah menerima apa pun dari siapa pun. Engkau harus membayarnya kembali di kemudian hari dalam bentuk pelayanan ataupun pekerjaan. Dengan demikian, engkau akan membuat dirimu sebagai individu yang memiliki harga diri. Menerima bantuan berarti semakin terikat pada sang pemberi. Hiduplah dengan harga diri dan bermartabat. Itulah pelayanan terbaik yang dapat engkau lakukan untuk dirimu sendiri.
-BABA
Monday, February 11, 2013
Thought for the Day - 11th February 2013 (Monday)
All of you are under the sentence of imprisonment in the world of birth and death (samsara). When a prisoner is taken from one place to another, he is accompanied by two constables. So too, when you move from one prison (body) to another, the constables, egoism (ahamkaram) and attachment (mamakaram) accompany you. In the prison, you have to do the work you are ordered to, and do it well. You cannot argue that rewards are not distributed justly, and also you are not entitled to desist from your allotted task. If you do, your sentence will be extended or you will be transferred to another jail. On the other hand, if you quietly accept the sentence and go about your work without clamour or murmur, your term will be reduced, you may be released! Become aware of your sentence, adopt good attitude and earnestly practise the means to set yourself free!
Kalian semua berada di bawah hukuman penjara di dunia kelahiran dan kematian (samsara). Ketika seorang tahanan dibawa dari satu tempat ke tempat lain, ia didampingi oleh dua orang polisi. Demikian juga, ketika engkau berpindah dari satu penjara (badan
jasmani) ke penjara yang lainnya, para polisi, yaitu egoisme (ahamkaram) dan kemelekatan (mamakaram) menemanimu. Di penjara, engkau harus melakukan pekerjaan yang diperintahkan kepadamu, dan melakukannya dengan baik. Engkau tidak dapat membantah bahwa imbalan tidak didistribusikan secara adil, dan juga engkau tidak berhak untuk berhenti dari tugas yang diberikan kepadamu. Jika engkau melakukannya, hukumanmu akan diperpanjang atau engkau akan dipindahkan ke penjara lain. Di sisi lain, jika engkau sepenuhnya menerima hukuman dan melakukan pekerjaanmu tanpa keributan atau menuntut, masa hukumanmu akan berkurang, dan engkau mungkin akan dibebaskan! Sadarilah hukumanmu, ambillah sikap-sikap yang baik dan sungguh-sungguh melakukan praktik spiritual untuk membebaskan dirimu sendiri!
-BABA
Sunday, February 10, 2013
Thought for the Day - 10th February 2013 (Sunday)
A person once told Dr. Johnson, the famous English thinker, that he could seldom get time to recite the Name of God, what with the hundreds of things he had to do from morning till nightfall and even far into the night. Dr. Johnson replied with another question. He asked how millions of people found space to live upon the face of the earth, which is two-thirds water and the rest is too full of mountains, deserts, forests, icy regions, river beds, marshes and similar impossible areas. The questioner said that man somehow struggled to find living space. So too, said Dr. Johnson, man must somehow find a few minutes a day for prayer to the Lord. Keep the Name and Form of your choice ever in your consciousness. The Name must be as constant as breathing. And for this, practice is essential.
Seseorang pernah mengatakan kepada Dr Johnson, seorang pemikir Inggris terkenal, bahwa ia jarang bisa mendapatkan waktu untuk menchantingkan Nama Tuhan, karena ratusan hal yang harus ia lakukan dari pagi sampai malam dan bahkan sampai larut malam. Dr Johnson menjawab dengan pertanyaan lain. Dia bertanya bagaimana jutaan orang menemukan ruang untuk hidup di atas muka bumi, yang dua pertiganya adalah air dan sisanya terlalu penuh pegunungan, padang pasir, hutan, daerah es, sungai, rawa-rawa dan daerah lainnya yang serupa yang tidak mungkin untuk ditinggali. Penanya mengatakan bahwa manusia bagaimanapun juga hendaknya berjuang untuk menemukan ruang hidup. Demikian juga, kata Dr Johnson, manusia bagaimanapun caranya harus menemukan beberapa menit sehari untuk berdoa kepada Tuhan. Simpanlah Nama dan Wujud Tuhan pilihanmu dalam kesadaranmu. Nama Tuhan tersebut harus dichantingkan secara konstan seperti bernapas. Dan untuk ini, praktek sangatlah penting.
-BABA
Saturday, February 9, 2013
Thought for the Day - 9th February 2013 (Saturday)
You are as distant from the Lord, as you think you are; as near Him, as you feel you are. The distance from Me to you is the same as the distance from you to Me, is it not? You complain that I am far from you, though you are approaching nearer and nearer. How can that be? I am as near you, as you are near to Me! Nearness to the Lord is won by Devotion, which cannot be steady until you get rid of the feelings of ‘I’ and ‘Mine’. Look upon joy and grief as teachers of hard-work and balance. Grief is a friendly reminder, a good taskmaster, even a better teacher than joy. The Lord grants both protection and punishment – for, how can He be the Lord, if He does not insist on strict accounting and strict obedience?
Engkau merasa jauh dari Tuhan, apa yang engkau pikirkan, demikianlah jadinya; jika engkau merasa dekat dengan-Nya, maka demikianlah yang engkau rasakan. Bukankah jarak antara Aku denganmu sama dengan jarak antara engkau dengan-Ku? Engkau mengeluh bahwa Aku jauh dari-mu, meskipun engkau sedang mendekat semakin dekat. Bagaimana itu bisa terjadi? Aku dekat denganmu, seperti engkau dekat dengan-Ku! Kedekatan dengan Tuhan dapat dicapai dengan Devotion (bhakti), yang tidak bisa stabil sampai engkau menyingkirkan perasaan 'aku' dan 'milikku'. Anggaplah sukacita dan kesedihan sebagai guru dari kerja keras dan keseimbangan. Kesedihan adalah pengingat yang baik, pemberi tugas yang baik, bahkan guru yang lebih baik daripada sukacita. Tuhan memberikan keduanya, perlindungan dan hukuman - karena, bagaimana Ia menjadi Tuhan, jika Dia tidak menuntut tagihan dan kepatuhan yang tepat?
-BABA
Friday, February 8, 2013
Thought for the Day - 8th February 2013 (Friday)
A renunciant couple were once proceeding through a thick jungle on a pilgrimage to an inaccessible shrine. The husband saw on the footpath a precious stone, shining brilliantly when the Sun’s rays fell upon it from between the leaves. He hastily threw some sand over it with the movement of his foot, so that his wife may not be tempted to pick it up and become a slave to the tinsel. The wife saw the gesture and chided the husband for still retaining in his mind, a distinction between sand and gold. For her, both were the same. This habit of judging and labelling others is a prevalent practice today. What can you know of the inner working of another's mind?
Suatu ketika, sepasang renunciant (orang yang telah melepaskan kehidupan duniawi) berjalan melalui hutan lebat berziarah ke kuil (tempat suci) yang sangat sulit dicapai. Sang suami melihat di jalan setapak, batu mulia bersinar cemerlang ketika sinar matahari jatuh di atasnya di antara dedaunan. Sang suami kemudian dengan terburu-buru melemparkan beberapa pasir di atasnya dengan gerakan kakinya, sehingga istrinya tidak mungkin tergoda untuk mengambilnya dan menjadi budak benda tersebut. Sang istri melihat gerakan suaminya dan mencela suaminya karena masih menyimpan dalam pikirannya, perbedaan antara pasir dan emas. Baginya, keduanya adalah sama. Inilah kebiasaan menghakimi dan memberikan label/menamai orang lain yang biasanya dipraktekkan saat ini. Apa yang dapat engkau ketahui dari kerja batin pikiran orang lain?
-BABA