Wednesday, July 1, 2015

Thought for the Day - 1st July 2015 (Wednesday)


The spiritual aspirant should note the distinction between the conduct of the ordinary (sahaja) person and the spiritual aspirant. Rice in its natural state and boiled rice —can these two be the same? The hardness of natural rice is absent in the boiled one. The boiled grain is soft, harmless, and sweet. The unboiled grain is hard, conceited, and full of delusion. Similarly both types of individuals are souls (jivis) and humans, no doubt, but those immersed in external or multiplicity based illusions (avidya-maya) are ‘people’, while those immersed in internal or knowledge based illusions (vidya-maya) are ‘spiritual aspirants’. Though the Lord is situated in every heart, spiritual practice is necessary so that they may discover it for themselves, right? It isn’t possible for us to see our own face! We need a mirror! So too, a basic path, a spiritual practice, is necessary.


Peminat spiritual seharusnya mencatat perbedaan antara tingkah laku orang yang biasa (sahaja) dan orang yang berminta dalam spirtual. Beras yang belum dimasak dengan beras yang sudah dimasak – dapatkah keduanya ini sama?  Kekerasan dari beras yang belum dimasak sudah hilang ketika sudah dimasak. Beras yang sudah dimasak akan menjadi lembut, tidak berbahaya dan manis. Sedangkan beras yang belum dimasak adalah keras, congkak, dan penuh dengan khayalan. Demikian pula kedua jenis individu adalah jiwa dan manusia, tidak diragukan lagi namun bagi mereka yang tenggelam dalam duniawi atau khayalan berbasis pada keberagaman (avidya-maya) adalah ‘orang biasa’, sedangkan mereka yang tenggelam dalam batiniah atau khayalan berbasis pada pengetahuan (vidya-maya) adalah ‘peminat spiritual’. Walaupun Tuhan bersemayam di dalam setiap hati, praktik spiritual adalah perlu sehingga mereka dapat menemukan-Nya untuk diri merek sendiri, bukan? Adalah tidak mungkin bagi kita untuk bisa melihat wajah kita sendiri! Kita perlu sebuah cermin! Begitu juga dengan sebuah jalan yang paling mendasar yaitu praktik spiritual adalah diperlukan. (Prema Vahini, Ch 59)

-BABA

No comments:

Post a Comment