Saturday, May 14, 2016

Thought for the Day - 14th May 2016 (Saturday)

Ramayana is replete with many lessons for mankind. It reveals that worldly tendencies lead us to sorrow, whereas spiritual tendencies lend contentment and happiness to mankind. Unfortunately, people today do not wish to follow the example of the great devotees of God, who live in eternal Bliss. To people, desire (abheeshta) has become dearer than ideals (adarsha). Desires are ephemeral, whereas ideals are eternal. During their life in the forest, Sita rightfully remarked to Rama that the three evils, namely, untruth, lust, and violence are the cause of all evils in the world. Sensual pleasures are like passing clouds. These pleasures give temporary joy, whereas Atmic realisation bestows eternal Bliss. There is no sorrow for those people who live in the Bliss of God.


Ramayana adalah penuh dengan hikmah dan pelajaran bagi umat manusia. Ramayana juga mengungkapkan bahwa kecenderungan duniawi menuntun kita pada penderitaan sedangkan kecenderungan spiritual memberikan kepuasan hati dan kebahagiaan bagi umat manusia. Sangat disayangkan, manusia saat sekarang tidak menginginkan untuk mengikuti teladan dari bhakta Tuhan yang agung yang hidup dalam kebahagiaan kekal. Bagi manusia, keinginan (abheeshta) sudah menjadi yang disayang daripada ideal (adarsha). Keinginan adalah bersifat sementara, sedangkan ideal adalah bersifat kekal. Selama masa hidupnya di dalam hutan, Sita berkata dengan sungguh-sungguh kepada Rama bahwa tiga kejahatan yaitu, kebohongan, nafsu birahi, dan kekerasan adalah penyebab semua kejahatan di dunia. Kenikmatan sensual adalah seperti awan yang berlalu. Kenikmatan ini memberikan suka cita sementara, sedangkan kesadaran Atma memberikan kebahagiaan yang kekal. Tidak ada penderitaan bagi mereka yang hidup dalam kebahagiaan Tuhan. (Summer Showers in Brindavan 1996, Ch 5)

-BABA

No comments:

Post a Comment