Thursday, August 18, 2016

Thought for the Day - 17th August 2016 (Wednesday)

If a bird enters a hall of mirrors, it sees many reflections of its own form. It imagines that there are a multitude of birds and they are its competitors. So it keeps dashing against the mirrors and the glasses break into pieces. Now it sees as many birds as there are pieces of mirrors. When the mirrors are all shattered to tiny bits, no image is visible and the bird flies away. This is a state of ignorance. On the contrary, when a man of wisdom enters the room, he recognises that these are all his own images and feels happy. In the same manner, the one who sees oneself in all others and looks on them as one’s own images is a true human being. The manifest principle that is visible in the external world is the same as that which exists in an individual. Names, forms and abilities are cognised as separate, but these are mere reflections. What you try to see in a mosque or a temple is inside you. All sadhana is undertaken to experience this inner reality.


Jika seekor burung memasuki sebuah ruangan bercermin, maka burung itu akan melihat banyak bayangan dari dirinya sendiri. Burung itu membayangkan bahwa ada banyak burung dan semuanya itu adalah sainganya. Jadi, burung itu terus menabrak cermin itu dan akhirnya cermin itu pecah menjadi bagian-bagian kecil. Sekarang burung itu melihat banyak burung sebanyak pecahan cermin yang ada. Ketika semua cermin itu dihancurkan menjadi kepingan yang sangat kecil, maka tidak ada bayangan yang muncul dan burung itu pergi. Ini adalah bentuk kebodohan. Sebaliknya, ketika seseorang yang bijaksana memasuki sebuah ruangan, ia menyadari bahwa semua bayangan yang ada adalah bayangannya sendiri dan ia merasa senang. Dalam hal yang sama, seseorang yang melihat dirinya sendiri dalam diri yang lainnya dan melihat mereka sebagai bayangannya sendiri adalah manusia yang sejati. Prinsip yang terwujud dan dapat dilihat di dunia luar adalah sama dengan yang ada dalam setiap individu. Nama, wujud, bentuk, dan kemampuan diketahui terpisah, namun semuanya itu hanyalah pantulan saja. Apa yang engkau coba lihat di dalam tempat suci ada di dalam dirimu. Semua sadhana dilakukan untuk mengalami kenyataan yang di dalam diri. (Divine Discourse, Nov 23, 2000)
-BABA

No comments:

Post a Comment