Thursday, September 28, 2017

Thought for the Day - 27th September 2017 (Wednesday)

When the mirror of the mind is soiled, it cannot perceive anything in its true state. This is the reason why man is unable to recognise his own true nature. Hence it is necessary to cleanse the mirror of impurities on it. How is this to be done? By regulating one's food and recreational habits. It is important to ensure that the food that is eaten is obtained by righteous means. Many of the ills which people suffer today are due to the fact that the things they consume have been got by unrighteous means. So to purify your mind the first prerequisite is pure food. But it may not always be possible to ensure purity in every meal, in every respect and at all times. To overcome this difficulty, make an offering of your meal to God and accept it as a gift from God. Before eating, when food is offered to God, it becomes Prasada (gift from God). All impurities in the food are thereby removed. This helps the process of cleansing the mind. This practice must be kept up continuously.


Ketika cermin pikiran kotor maka tidak akan bisa menerima apapun yang dalam keadaan benar. Inilah sebabnya mengapa manusia tidak mampu menyadari sifatnya yang sejati. Oleh karena itu adalah perlu untuk membersihkan cermin dari ketidakmurniannya. Bagaimana cara melakukannya? Dengan mengatur kebiasaan makan dan rekreasi. Adalah penting untuk memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi didapat dengan cara yang benar. Banyak manusia sakit dan menderita saat sekarang karena sesuatu yang mereka makan diperoleh dari cara yang tidak benar. Jadi untuk menyucikan pikiran syarat pertama adalah kesucian makanan. Namun tidak bisa selalu dapat memastikan kesucian di dalam setiap makanan dalam segala hal dan setiap waktu. Untuk mengatasi kesulitan ini, jadikan makananmu sebagai persembahan kepada Tuhan dan menerima makanan itu sebagai karunia dari Tuhan. Sebelum makan, ketika makanan dipersembahkan kepada Tuhan maka makanan ini menjadi Prasada (berkat dari Tuhan). Semua ketidakmurnian yang ada dalam makanan menjadi dilhilangkan. Hal ini membantu proses membersihkan pikiran. Praktek ini harus terus dilakukan. (Divine Discourse, May 25, 1990)

-BABA

No comments:

Post a Comment