Thursday, May 17, 2018

Thought for the Day - 16th May 2018 (Wednesday)

The mind seeks to acquire something with much effort in the hope that its possession will give pleasure. But the pleasure derived from it does not last long. And the sorrow caused by its loss is considerable. There is trouble during the process of acquisition. Possession confers only temporary pleasure. The loss of the object leaves a trail of misery. Very often the pain from loss exceeds the pleasure from gain. It is a futile waste of one's life to go after such transient pleasures. Realising the meaninglessness of such pursuits the sages practised self-control as the means to enduring happiness. They evolved the technique of turning the senses and the mind inward to seek the source of lasting bliss. Control of the mind is the means to moksha (liberation). Purity of mind is the primary requisite.


Pikiran mencari jalan untuk mendapatkan sesuatu dengan usaha yang besar dengan harapan bahwa kepunyaannya akan memberikan kesenangan. Namun kesenangan yang di dapat darinya tidak bertahan lama. Dan duka cita yang disebabkan oleh kehilangannya adalah mendalam. Ada masalah saat proses mendapatkannya. Kepunyaan hanya memberikan kesenangan sementara. Kehilangan akan obyek meninggalkan jejak penderitaan. Sangat sering rasa sakit yang muncul dari kehilangan lebih besar dari kesenangan yang di dapat. Adalah sebuah kesia-siaan dengan menghabiskan hidup seseorang dalam mencari kesenangan yang sementara itu. Menyadari bahwa pencarian seperti itu adalah tidak ada manfaatnya maka orang suci menjalankan pengendalian diri sebagai sarana untuk mendapatkan kebahagiaan yang abadi. Mereka mengembangkan teknik dalam mengarahkan indria dan pikiran ke dalam diri untuk mencari sumber kebahagiaan yang abadi. Mengendalikan pikiran adalah sarana untuk moksha (pembebasan). Kesucian pikiran adalah syarat yang utama. [Divine Discourse, Jul 31, 1986]

-BABA

No comments:

Post a Comment