Sunday, July 21, 2019

Thought for the Day - 18th July 2019 (Thursday)

The Guru reminds the pupil of the inevitability of death and the transitory nature of existence upon the earth. When Yaajnavalkya resolved to go into the forest for a life of asceticism, he called his two wives before him and proposed to divide the riches he had earned between them. Before accepting her share, Maithreyi asked her husband whether the riches will help her to realise the Truth and achieve immortality. When she was told that they were hindrances and not helps, she refused to be burdened. Nachiketha refused the gift of empire, affluence, and years of healthy life. Prahlada taught the same lesson to his playmates. Buddha sought to solve the mystery of suffering and undertook renunciation of attachment as the first step in his sadhana. 


Guru mengingatkan murid akan kematian yang tidak dapat dihindarkan dan sifat alam yang tidak kekal pada dunia. Ketika Yaajnavalkya memutuskan untuk pergi ke dalam hutan hidup dalam pertapaan, dia memanggil dua istrinya dihadapannya dan mengemukakan untuk membagi kekayaan yang dia dapatkan untuk mereka berdua. Sebelum menerima bagiannya, Maithreyi menanyakan suaminya apakah kekayaan akan membantunya untuk menyadari kebenaran dan mencapai keabadian. Ketika dia diberitahu bahwa kekayaan tersebut adalah rintangan dan tidak membantu, Maithreyi menolak untuk terbebani. Nachiketha menolak pemberian kerajaan, kekayaan, dan bertahun-tahun hidup sehat. Prahlada mengajarkan pelajaran yang sama kepada teman bermainnya. Buddha berusaha memecahkan misteri penderitaan dan melepaskan keterikatan sebagai langkah awal dari latihan spiritualnya. (Divine Discourse, Jul 19, 1970)

-BABA

No comments:

Post a Comment