The sixth flower dear to God is austerity (tapas). Tapas does not mean forsaking spouse and children, and escaping into the loneliness of the forest. The real austerity is the complete coordination between one's thought, word and deed. The evil person can never achieve this; they behave falsely to their own self. When a person succeeds in this tapas, the words they utter will have such power that whatever they say will be transformed into mantras! The seventh flower is dhyana (meditation). Today, many methods of dhyana exist! Remember, sitting quietly and transferring your emotions and feelings to God is no dhyana. You must earnestly transmute your emotions, desires, and feelings with the help of God into Divine qualities – that is true meditation! Through the help of your meditation, you should not bring God down to your level; instead, you must raise yourself to the level of God!
Bunga keenam yang menyenangkan Tuhan adalah tapa brata. Tapa tidak berarti meninggalkan pasangan dan anak-anak serta mengasingkan diri ke dalam hutan. Tapa brata yang sesungguhnya adalah koordinasi yang utuh diantara pikiran, perkataan, dan perbuatan seseorang. Orang-orang yang jahat tidak akan pernah bisa mencapai hal ini; mereka bersikap tidak jujur pada diri mereka sendiri. Ketika seseorang berhasil dalam tapa brata ini, maka perkataan yang mereka ucapkan akan memiliki kekuatan bahwa apapun yang mereka katakan akan dirubah menjadi sebuah mantra! Bunga ketujuh adalah dhyana (meditasi). Hari ini, banyak metode dari meditasi yang ada! Ingatlah, duduk dengan tenang dan memindahkan emosi dan perasaanmu kepada Tuhan bukanlah dhyana. Engkau harus dengan jelas mengubah emosi, keinginan dan perasaan dengan bantuan Tuhan menjadi sifat-sifat ketuhanan – itu adalah meditasi yang sesungguhnya! Dengan bantuan meditasimu, engkau seharusnya tidak menarik Tuhan ke bawah pada tingkatanmu; malahan engkau harus menaikkan dirimu pada tingkat Tuhan! (Divine Discourse, Oct 06, 1981)
-BABA
No comments:
Post a Comment