Thursday, December 19, 2019

Thought for the Day - 19th December 2019 (Thursday)

When work is undertaken with an egoistic attitude, impelled by selfish motives and inspired by hopes of self-advancement, it feeds greed and pride, envy and hatred. Then it fastens the bond and fosters the feeling of attachment to more profitable work. It promotes ingratitude to those who lent their hands and brains, and to God Himself who endowed the person with the urge and the skill. "I did it", one declares when the work succeeds and say "Others spoiled it" when it fails. Resentment, depression and despair follow when the work results in failure. The more deeply one is attached to the fruits, the more intense and painful is one's grief when one is disappointed. The only means therefore, to escape from both pride and pain is to leave the result to the Will of God, while one is happy in the thought that one has done one's duty with all the dedication and care that one is capable of. 


Ketika kerja dilakukan dengan sikap egois, di dorong dengan niat mementingkan diri sendiri dan diilhami oleh harapan untuk kemajuan diri maka kerja tersebut sedang memberi makan pada ketamakan dan kesombongan, iri hati dan kebencian. Kemudian kerja ini akan menguatkan ikatan dan menumbuhkan perasaan keterikatan pada pekerjaan yang lebih menguntungkan. Bentuk kerja ini akan menguatkan rasa tidak berterima kasih pada mereka yang memberikan bantuan dengan tangan dan pikiran, serta pada Tuhan sendiri yang telah menganugerahi seseorang dengan dorongan dan keahlian. "aku yang melakukannya", seseorang menyatakan hal ini ketika kerjanya berhasil dan akan berkata "orang lain yang telah merusak kerja ini" ketika pekerjaan itu gagal. Kebencian, depresi, dan putus asa mengikuti ketika kerja mengalami kegagalan. Semakin dalam seseorang terikat pada buahnya, maka semakin sering dan menyakitkan kesedihan yang dirasakan ketika seseorang kecewa. Satu-satunya sarana untuk bisa terlepas dari kesombongan dan penderitaan adalah melepaskan semua hasilnya pada kehendak Tuhan, sementara seseorang bahagia dalam pikiran saat telah menyelesaikan kewajibannya dengan penuh dedikasi dan perhatian yang mampu dilakukannya. (Divine Discourse Sep 10, 1984)

-BABA

No comments:

Post a Comment