Wednesday, September 2, 2020

Thought for the Day - 29th August 2020 (Saturday)

People must be happy that the highest Lord (Purushothama) has placed around them newer and newer materials for serving Him and gets the worship of Him done in various forms. People must pray for newer and newer opportunities and exult in the chance that their hands receive. This attitude gives immeasurable joy. To lead a life suffused with this joy is indeed bliss. Whatever is done from sunrise to sunset must be consecrated, as if it is the worship of the Lord. Just as care is taken to pluck only fresh flowers and to keep them clean and unfaded, so too, ceaseless effort should be made to do deeds that are pure and unsullied. If this vision is kept before the mind’s eye every day and life is lived accordingly, then it becomes one long unbroken service of the Lord. The feeling of ‘I’ and ‘You’ will soon disappear; all trace of self will be destroyed. Life then transmutes itself into a veritable devotion to the Lord (Hariparayana). 



Manusia harusnya bahagia dan bersyukur dimana Tuhan yang tertinggi (Purushothama) telah memberikan di sekitar mereka material-material yang lebih baru dan lebih baru untuk melayani Tuhan dan melakukan pemujaan kepada Tuhan dengan berbagai bentuk. Orang-orang seharusnya memohon untuk kesempatan-kesempatan yang lebih baru dan lebih baru dan bersuka ria saat kesempatan tersebut bisa diperoleh. Sikap ini memberikan suka cita yang tidak terukur. Menjalani hidup dengan suka cita ini adalah kebahagiaan yang sesungguhnya. Apapun yang dilakukan dari matahari terbit sampai matahari terbenam harus disucikan, seolah-olah sebagai persembahan kepada Tuhan. Sama halnya perhatian yang diberikan saat hanya memetik bunga yang segar dan tetap menjaganya bersih dan tidak layu, begitu juga, usaha yang tiada henti harus dibuat agar setiap tindakan suci dan tidak ternoda. Jika pandangan ini tetap dipelihara di dalam pikiran setiap harinya dan hidup dijalani sesuai dengan itu, maka itu menjalani satu pelayanan panjang yang tidak terputus kepada Tuhan. Perasaan tentang ‘aku’ dan ‘engkau’ segera akan lenyap; semua jejak keakuan akan dihancurkan. Kehidupan kemudian merubah dirinya menjadi bhakti yang sejati kepada Tuhan (Hariparayana). (Prema Vahini, Ch 8)

-BABA


No comments:

Post a Comment