Saturday, December 15, 2007

Thoughts for the Day - 16th December 2007 (Sunday)

A bamboo is valued in terms of its thickness and height. The sugarcane gets its value from its juice. The worth of a human being is based on his Buddhi (intellect). The more the intellect develops, the better one becomes. As the intellect declines, the human descends to the level of animal. Man's worth has declined today because he does not recognise the importance of the intellect and of conduct based on proper discrimination. The form is human, but the thinking is at the animal level. Man has earned the appellation of "two-legged animal." Having acquired the human form, man should conduct himself with intelligence. This is achieved through Thyaga (renunciation) and Yoga (spiritual discipline).

Bernilai atau tidaknya sebatang bambu ditentukan oleh ketebalan dan ketinggiannya. Batang tebu menjadi berharga oleh karena kandungan sari-manisnya. Sementara itu, untuk manusia, yang menjadi patokan nilainya adalah didasarkan pada Buddhi (intellect/kemampuan diskriminatifnya untuk membedakan antara yang baik dan yang tidak baik). Bila intellect seseorang semakin berkembang, maka orang tersebut akan menjadi semakin baik (bernilai). Sebaliknya, jikalau seseorang mengalami degradasi intellect, maka ia akan turun ke level hewaniah. Dewasa ini, ahlak umat manusia sedang mengalami kemerosotan sebagai akibat oleh karena manusia tidak menyadari pentingnya memiliki intellect dan perilaku yang bajik sesuai dengan arahan buddhi masing-masing. Walaupun wujudnya adalah manusia, namun cara berpikirnya lebih menyerupai hewan. Itulah sebabnya, ia dijuluki sebagai “hewan berkaki-dua.” Setelah berhasil terlahir sebagai wujud manusia, maka sudah selayaknyalah ia berperilaku sesuai dengan arahan buddhi (intelligence). Hal ini hanya bisa tercapai apabila manusia mempraktekkan Thyaga (pengendalian diri/praktek ketidak-melekatan) dan Yoga (disiplin spiritual).

-BABA

No comments:

Post a Comment