Friday, March 4, 2016

Thought for the Day - 3rd March 2016 (Thursday)

Kind-hearted doctors run medical institutions here and there, serve the diseased and cure the afflicted. Similarly if we had ashrams here and there of holy personages who were experts in the treatment and cure of the ‘birth-and-death disease’, then people could be cured of the afflictions of ignorance, untruth, immorality, and self-aggrandisement. Ignorance produces wickedness, and it can be cured only by the medicine of the knowledge of Brahman (Brahma-jnana), with supplementary doses of the drugs like peacefulness, fortitude, self-control (santhi, sama, dama), etc. Instead, the ‘great men’ of today, for the sake of name and fame, give those who approach them the medicines they demand and the drugs their patients relish! The so-called ‘great’, on account of their weakness and foolishness, fall into perdition even before they taste the spiritual bliss themselves! The holy essence has to be experienced and realised. One’s selfish needs have to be sacrificed.


Dokter yang baik hati menjalankan institusi kesehatan disana-sini, melayani mereka yang sakit dan menyembuhkan mereka yang menderita. Sama halnya jika kita memiliki ashram disana-sini dijalankan oleh orang-orang suci dan ahli dalam penanganan dan menyembuhkan penyakit ‘kelahiran dan kematian’, kemudian manusia dapat disembuhkan dari penderitaan kebodohan, ketidakbenaran, tidak bermoral, dan kesombongan. Kebodohan menghasilkan kejahatan dan ini hanya dapat disembuhkan dengan obat yaitu pengetahuan Tuhan (Brahma-jnana), dengan dosis tambahan obat seperti ketenangan, keuletan, pengendalian diri (santhi, sama, dama), dst. Tetapi sekarang ini, mereka yang dianggap sebagai ‘manusia yang hebat’ untuk kepentingan nama dan ketenaran, memberikan pengikut mereka dengan obat yang diminta dan disukai oleh pasien mereka! Sebutan ‘hebat’ karena kelemahan dan kebodohan mereka telah menjatuhkan mereka ke dalam neraka bahkan sebelum mereka merasakan kebahagiaan spiritual mereka! Intisari dari yang kesucian harus dialami dan disadari. Kepentingan diri sendiri harus dikorbankan. (Prema Vahini, Ch 68)

-BABA

No comments:

Post a Comment