All religious fanaticism and fights will vanish, as soon as you grasp the Reality. Faith in God is based on genuine experience. Once we accept this, introspection starts and one is able to measure how far one has journeyed towards the goal or away from it. One will then realize that one is groping in the dark and dragging others into darkness as well. Only then will men give up factional hatred in the name of religious war on those professing different faiths. Those who revel in religious wars should be asked, “Have you seen God? Have you become aware of the Divine Atma? If not, what authority do you have to decry or deny this name of God? Are you, struggling in the darkness, attempting to draw me too into that darkness? Can a blind man lead another blind man along the road? That is an impossible task. Therefore, understand your Truth before you defame or deny mine.”
Semua fanatisme dan pertentangan agama akan lenyap, segera setelah engkau memahami Realitas. Keyakinan pada Tuhan berdasarkan pada pengalaman sejati. Begitu kita menerima hal ini, mulailah melakukan introspeksi dan seseorang akan mampu mengukur seberapa jauh ia telah melakukan perjalanan menuju ke tujuan atau menjauh dari tujuan itu. Seseorang kemudian akan menyadari bahwa ia meraba-raba dalam kegelapan dan menyeret orang lain juga ke dalam kegelapan. Baru setelah itu ia akan meninggalkan kebencian atas nama perang agama pada mereka yang menyatakan memiliki keyakinan yang berbeda. Mereka yang berperang agama harus bertanya, "Apakah engkau melihat Tuhan? Apakah engkau menyadari Atma? Jika tidak, wewenang apa yang engkau miliki sehingga engkau bisa menentang atau mengingkari Nama Tuhan ini? Bukankah engkau, berjuang dalam kegelapan, kemudian engkau mencoba untuk menarik-Ku ke dalam kegelapan itu? Dapatkah orang buta menuntun orang buta lainnya? Itu adalah tugas yang mustahil. Oleh karena itu, pahamilah Kebenaranmu sebelum engkau menolak atau menyangkal Aku. "
-BABA
No comments:
Post a Comment