Sincere repentance is enough to transmute sin into sanctity. The Lord graciously accepts contrition and pours His blessings. Did not the dacoit Rathnakara, who was engaged in acts of sin until the moment when wisdom dawned, become a saint through repentance? He became Sage Valmiki (the author of the epic Ramayana), is it not? His story is proof of the value of contrition. You may ask, is it enough to be free from the effects of sin alone? Should not the effects of punya (merit) be given up too? Yes, you should. Just as the roaring forest fire reduces to ashes everything in its way; so too the mighty conflagration of wisdom (Jnana) will consume and destroy all sin and all merit.
Tobat/ penyesalan yang yang tulus sudah cukup untuk mengubah dosa menjadi suci. Tuhan dengan penuh kemuliaan-Nya menerima penyesalan dan mencurahkan berkat-Nya. Bukankah Rathnakara si Perampok, yang terlibat dalam perbuatan dosa sampai suatu saat ketika kebijaksanaan muncul, menjadi orang suci melalui pertobatan? Bukankah, ia menjadi Walmiki (penulis epik Ramayana)? Kisah dari Walmiki ini adalah bukti dari nilai suatu pertobatan/ penyesalan. Engkau mungkin bertanya, apakah kita akan mendapatkan pembebasan dari pengaruh dosa hanya dengan pertobatan? Apakah efek punya (pahala) juga mempengaruhi? Ya, demikianlah. Sama seperti kebakaran hutan membuat semua yang dilewatinya menjadi abu; demikian juga lautan api kebijaksanaan (Jnana) akan menghabiskan dan menghancurkan semua dosa dan semua pahala.
-BABA
No comments:
Post a Comment