Restlessness (ashanti) is on the rise because of attachment, hate and infatuation. These are born out of ignorance, which causes delusion. Things seen in darkness cannot be clear – a rope is mistaken to be a snake, a piece of glass may be coveted as a diamond. So this indistinct light, that is, this mistaken notion, must go. This can happen only when the methods of discovering the truth are learnt. That is what the Scriptures and the learned ones teach. They guide you to direct your outward seeking senses inward. The inner realm of impulses, instincts, habits, prejudices and attitudes must be cleansed before God can be reflected clear and bright therein.
Perasaan gelisah/tidak damai (ashanti) muncul disebabkan oleh kemelekatan, kebencian, dan kegilaan. Perasaan ini lahir dari ketidaktahuan, yang menyebabkan delusi. Sesuatu yang terlihat dalam kegelapan tidak akan jelas terlihat - seutas tali bisa jadi dianggap sebagai seekor ular, sepotong kaca bisa jadi dianggap sebagai sebuah berlian. Jadi, apa yang terlihat keliru tersebut, harus dibiarkan pergi. Untuk itu, hendaknya yang dipelajari adalah metode untuk menemukan kebenaran. Itulah Kitab Suci dan para terpelajar (mereka yang telah mempelajari dan memahami Kitab suci) hendaknya mengajarkannya. Mereka menuntun-mu untuk mengarahkan indera (lahiriah) menuju ke dalam batin. Batin, impuls, insting, kebiasaan, prasangka, dan sikap harus dimurnikan terlebih dahulu agar Tuhan dapat tercermin jelas dan cemerlang di dalamnya.
-BABA
Daily Inspiration as written in the Ashram of Bhagawan Sri Sathya Sai Baba (Prasanthi Nilayam), translated into Bahasa Indonesia
No comments:
Post a Comment