Even the best of doctors cannot save a person, when death calls. Everyone has to necessarily respond to the call, whether they are a bride or bridegroom on a ceremonial seat or on a pilgrimage to a holy place. Death brooks no delay, death accepts no excuse. Tears do not move its heart, nor can threats keep it away. So plant the seed of any one of His thousand names that appeals to you, in the well-prepared soil of your heart. Let it sprout in the silence there. Water it with love and service to fellow beings; guard it against pests and cattle, which are the outward dragging emotions and passions. You can do this by erecting the fence of repetition of the divine name and meditation (japa and dhyana). Then, you can reap the harvest of bliss (Anandam).
Bahkan dokter yang terbaik sekalipun tidak bisa menyelamatkan seseorang, ketika kematian memanggil. Setiap orang harus selalu menanggapi panggilan (kematian) ini, apakah mereka adalah pengantin wanita atau pengantin pria di kursi seremonial atau berziarah ke tempat suci. Kematian tidak bisa ditunda, kematian tidak menerima suatu alasan. Air mata tidak bisa menggerakkan hatinya, ancaman juga tidak bisa menghindarkannya. Jadi tanamlah benih salah satu nama Tuhan dari seribu nama-Nya yang menarik bagimu, di tanah yang telah dipersiapkan dengan baik yaitu hatimu. Biarkan tumbuh dalam keheningan di sana. Siramilah dengan cinta-kasih dan pelayanan kepada sesama makhluk; jagalah dari hama dan ternak, yang bisa menyeret emosi dan nafsu lahiriah. Engkau dapat melakukan hal ini dengan membangun pagar pengulangan nama Tuhan dan meditasi (japa dan dhyana). Kemudian, engkau dapat menuai panen kebahagiaan (Anandam).
-BABA
Daily Inspiration as written in the Ashram of Bhagawan Sri Sathya Sai Baba (Prasanthi Nilayam), translated into Bahasa Indonesia
No comments:
Post a Comment