Do not look at the world with a worldly eye. Look upon it with the eye of the Soul (Atma), as the projection of the Supreme Self (Paramatma). Then you can cross the horizon of dualities into the region of the Oneness. The One is experienced as many because of the forms and names people have imposed on it. That is the result of the mind playing its game. Withdrawal from sensory objects promotes inner exploration (nivritti), not outer inquiry and activity (pravritti). Along inner exploration lies the path of intellectual inquiry (jnana). The sacred activities like rituals and sacrifices laid down in the Scriptures help only to cleanse the consciousness. The freedom that makes one aware of the truth, is gained only by listening to the Guru, ruminating over what has been listened to, and meditating on its validity and significance. Only those who have detached their minds from desire can benefit from the Guru.
Janganlah melihat dunia dengan mata duniawi. Engkau hendaknya memandangnya dengan mata Jiwa (Atma), sebagai proyeksi Yang Maha Kuasa (Paramatma). Maka engkau bisa menyeberangi cakrawala dualitas menuju ke Yang Esa. Yang Esa dikenali sebagai banyak karena wujud dan nama yang telah dikenakan pada-Nya. Itulah hasil dari permainan pikiran. Menarik diri dari benda-benda duniawi meningkatkan eksplorasi batin (nivritti), bukan penyelidikan luar dan aktivitas (pravritti). Sepanjang eksplorasi batin terletak jalan penyelidikan intelektual (jnana). Kegiatan suci seperti ritual dan pengorbanan yang diatur dalam Kitab Suci hanya membantu untuk membersihkan kesadaran. Kebebasan yang membuat seseorang menyadari kebenaran, diperoleh hanya dengan mendengarkan Guru, merenungkan atas apa yang telah didengarkan, dan merenungkan kebenaran dan artinya. Hanya mereka yang tidak melekatkan pikiran mereka pada keinginan bisa mendapatkan manfaat dari Guru. (Sutra Vahini, Ch 1)
-BABA
Daily Inspiration as written in the Ashram of Bhagawan Sri Sathya Sai Baba (Prasanthi Nilayam), translated into Bahasa Indonesia
No comments:
Post a Comment