Tuesday, November 8, 2016

Thought for the Day - 8th November 2016 (Tuesday)

People today suffer intensely from the fever of the senses and try the quack remedies of recreations, pleasures, vacations, picnics, banquets, dances, etc. only to find that the fever abates but returns after an interval – it does not subside. All the varieties in taste, colour, smell of the various food delicacies, when you consider fairly and squarely, are a mere drug to cure the illness of hunger. All the drinks that people have invented are but drugs to alleviate the illness of thirst. What you term luxury (bhoga) today, is a thing that drags people into excitement and insane pursuits. A fever will go away only when the hidden virus is rendered ineffective. So too, the virus or illness of your mind will die only when the rays of wisdom (Jnana) falls upon it. Discern and always try to prefer the beneficial (hitha) to the pleasant (priya), for the pleasant might lead you down the sliding path into the bottomless pit.


Manusia pada saat sekarang menderita dengan sungguh-sungguh dari demam indra dan mencoba obat mujarab dengan rekreasi, kesenangan, liburan, piknik, perjamuan, menari, dsb hanya untuk meredakan demam itu namun demam itu muncul kembali dalam beberapa saat kemudian – demam itu tidaklah reda. Semua jenis dalam rasa, warna, aroma, dari berbagai jenis makanan yang enak, ketika engkau memikirkannya dengan wajar dan jujur, maka itu hanyalah obat untuk menyembuhkan penyakit lapar. Semua minuman yang manusia temukan hanyalah obat untuk meredakan penyakit haus. Apa yang engkau katakan mewah (bhoga) hari ini, adalah sesuatu yang menyeret manusia pada kegembiraan dan pengejaran yang gila. Demam akan menghilang hanya ketika virus yang tersembunyi dibuat menjadi tidak berdaya. Begitu juga, virus atau penyakit dari pikiranmu hanya akan mati ketika pancaran kebijaksanaan (Jnana) meneranginya. Memahami dan selalu mencoba untuk memilih bermanfaat (hitha) daripada yang menyenangkan (priya), karena yang menyenangkan mungkin membawamu jatuh meluncur pada jalan menuju jurang maut. (Divine Discourse, Mar 16, 1966)

-BABA

No comments:

Post a Comment