Sunday, August 20, 2017

Thought for the Day - 19th August 2017 (Saturday)

Many people waste time discussing the superiority of one path over another, especially between karma, bhakti and jnana margas. These three paths - Work, Worship and Wisdom - are complementary, not contradictory. Work is like the feet, Worship, the hands, and Wisdom, the head. These three must co-operate. Bhakti marga is the name given to the path of surrender to the Lord's will (saranagathi), the merging of the individual will in the Divine Will. Lakshmana is the classic example of this spirit of surrender that saves. Once during his exile in the forest, Rama asked Lakshmana to put up a thatched-hut on a site of his choice. Lakshmana was shocked and was struck down with grief. He pleaded with Rama: "Why do you ask me to select the site? Don't you know that I have no will of my own. You decide and I obey; you command, I carry out the order." That is real surrender, acquired by constant practice of detachment.


Banyak orang yang menyia-nyiakan waktunya dengan mendiskusikan kehebatan satu jalan dengan jalan yang lainnya, khususnya diantara Karma, Bhakti, dan Jnana marga. Ketiga jalan ini - kerja, ibadah, dan kebijaksanaan – adalah saling melengkapi dan bukan bertentangan. Kerja adalah seperti kaki, ibadah adalah tangan, dan kebijaksanaan adalah kepala. Ketiganya harus saling bekerja sama. Bhakti marga adalah nama yang diberikan pada jalan berserah diri pada kehendak Tuhan (saranagathi), menyatunya kehendak individu dalam kehendak Tuhan. Lakshmana adalah teladan klasik dalam semangat berserah diri yang menyelamatkan. Suatu hari pada saat pengasingan di dalam hutan, Rama meminta Lakshmana untuk membangun pondok dari jerami di tempat sesuai pilihannya. Lakshmana menjadi terkejut dan menjadi sangat bersedih. Ia memohon kepada Rama: "Mengapa Engkau memintaku untuk memilih tempatnya? Tidakkah Engkau tahu bahwa aku tidak memiliki keinginanku sendiri. Engkau yang memutuskan dan aku yang akan mengikutinya; Engkau perintahkan, aku akan menjalankan perintah itu." Itu adalah berserah diri yang sejati, didapat dengan latihan secara terus menerus dari tanpa keterikatan. (Divine Discourse, Jan 11,1966)

-BABA

No comments:

Post a Comment