Thursday, August 10, 2017

Thought for the Day - 9th August 2017 (Wednesday)

The conclusion of a Saptah (seven days long discourse) is called Samapti. But the term Samapti has a profound meaning for it too. It means, the attainment (Aapti) of Samam (Brahman or Divinity). That is the final fruit of listening, recapitulation and absorption (sravana, manana and nididhyasana) of spiritual lessons and discourses. In the worldly sense, it means the conclusion of a series of sessions; in the spiritual sense, it means transcending time! What is the sum and substance of all spiritual endeavour? It is that you must give up your pursuit of sensory objects in your seeking for lasting peace and joy. Material wealth brings along with it not only joy but grief as well. Accumulation of riches and multiplication of wants lead only to alternation between joy and grief. Attachment is the root of both joy and grief; detachment is the Saviour.


Kesimpulan dari Saptah (wacana tujuh hari) disebut dengan Samapti. Namun istilah Samapti memiliki makna yang mendalam untuk hal ini juga. Artinya, pencapaian (Aapti) dari Samam (Brahman atau keillahian). Itu adalah hasil terakhir dari mendengarkan, merenungkan isinya dan tahap meresapi isinya (sravana, manana dan nididhyasana) dari pelajaran spiritual dan wejangan yang disampaikan. Dalam arti duniawi, ini berarti kesimpulan dari serangkain seri tujuh hari ini; dalam makna spiritual, ini berarti melampaui waktu! Apa yang menjadi hal yang utama dari semua usaha spiritual? Ini adalah engkau harus melepaskan pengejaran objek-objek indria dalam pencarianmu pada kedamaian dan suka cita yang kekal. Kekayaan material membawa serta tidak hanya suka cita tapi juga duka cita. Timbunan kekayaan dan bertambahnya keinginan menuntun hanya pada pergantian diantara suka cita dan duka cita. Keterikatan adalah akar dari suka dan duka cita; tanpa keterikatan adalah sebagai juru selamat. [Divine Discourse - August 19, 1964]

-BABA

No comments:

Post a Comment