Tuesday, February 12, 2019

Thought for the Day - 10th February 2019 (Sunday)

Chaitanya or consciousness is present in the smallest to the biggest. From your point of view, an object may appear to be inert, but from the Vedic point of view, everything is Chaitanya. It is foolish to overlook the existence of Chaitanya. One may question, if it is all-pervasive, why is it not visible to the naked eye? You are all well aware of the fact that there is butter in every drop of milk. Can you deny its existence merely because it is not visible to the naked eye? The process of obtaining butter involves curdling the milk and then churning it. People are unable to perceive this Chaitanya principle because of two defects: 1. They overlook their innumerable mistakes, and 2. Magnify the minutest mistake of others. One can attain Divinity only when one stops this. It is a great sin to search for others’ faults. Instead, look for your own. Consider your smallest defect as a great blunder and try to rectify the same.


Chaitanya atau kesadaran hadir dari yang paling kecil sampai yang paling besar. Dari sudut pandangmu, sebuah objek mungkin kelihatan tidak aktif, namun dari sudut pandang Weda, segala sesuatu adalah Chaitanya. Adalah kebodohan mengabaikan keberadaan dari Chaitanya. Seseorang mungkin bertanya, jika semuanya diliputi Chaitanya, lantas mengapa tidak kelihatan secara kasat mata? Engkau semuanya sadar kenyataan bahwa ada mentega dalam setiap tetes susu. Dapatkah engkau menyangkal keberadaannya hanya karena tidak terlihat oleh kasat mata? Proses dalam mendapatkan mentega termasuk membekukan serta mengaduknya. Orang-orang tidak mampu menerima prinsip Chaitanya ini karena  adanya dua cacat: 1. Mereka mengabaikan kesalahan mereka yang tidak terhitung, dan 2. Membesar-besarkan kesalahan paling kecil dari yang lain. Seseorang dapat mencapai keilahian hanya ketika seseorang menghentikan hal ini. Ini merupakan dosa terbesar dengan mencari kesalahan orang lain. Sebaliknya, carilah kesalahanmu sendiri. Anggaplah kesalahanmu yang paling kecil sebagai kesalahan terbesar dan cobalah untuk memperbaiki kesalahan itu. (Divine Discourse, Mar 12, 2002)

-BABA

No comments:

Post a Comment