Tuesday, April 28, 2020

Thought for the Day - 28th April 2020 (Tuesday)

Many people interpret renunciation to mean either giving away money and land as charity or performing rituals or sacrifices (yajna or yaga), or giving up hearth, home, wife, and children and proceeding to the forest. But renunciation does not mean such gestures of weak mindedness. These are not as difficult to give up as they are believed to be. The real renunciation is the giving up of desire. This is the real goal of a person’s existence, the purpose of all his efforts. It involves giving up lust, anger, greed, hatred, etc. The fundamental renunciation should be that of desire. The other feelings and emotions are its attendant reactions. Desire implies the presence of lust, anger, greed, etc. These latter are veritable gateways to hell. Envy is the bolt, and pride is the key. Unlock and lift the bolt, and you can enter in. 


Banyak orang menerjemahkan melepaskan duniawi dengan maksud memberikan uang dan tanah sebagai amal atau melaksanakan ritual atau kurban suci (yajna atau yaga), atau meninggalkan rumah, istri, dan anak-anak serta melanjutkan pergi ke dalam hutan. Namun melepaskan kehidupan duniawi tidak berarti sikap kelemahan pikiran yang seperti itu. Hal ini tidaklah sesulit seperti dugaan banyak orang. Pelepasan kehidupan duniawi yang sesungguhnya adalah melepaskan keinginan. Ini adalah tujuan dari keberadaan seseorang, tujuan dari semua usahanya. Hal ini juga terkait dengan melepaskan hawa nafsu, amarah, ketamakan, kebencian, dsb. Pelepasan kehidupan duniawi yang mendasar adalah melepaskan keinginan dan hawa nafsu. Perasaan dan emosi yang lainnya adalah reaksi yang menyertainya. Keinginan menyiratkan adanya hawa nafsu, amarah, ketamakan, dsb. Hal yang disebut terakhir ini adalah benar-benar gerbang menuju neraka. Iri hati adalah palangnya dan kesombongan adalah kuncinya. Buka kunci dan angkat palangnya maka engkau dapat memasukinya. (Vidya Vahini, Ch 4)

-BABA

No comments:

Post a Comment