Tuesday, October 27, 2020

Thought for the Day - 21st October 2020 (Wednesday)

The Navaratri festival is observed by contemplating on God for ten days and cleansing one's self of all impurities, to experience the Divinity within. The penultimate day of the festival is dedicated to what is termed as Ayuda Puja (worship of weapons). The weapons to be worshipped are the divine powers within. When the Divine is worshipped in this way, one is bound to progress spiritually. On the contrary, the usual practice now is to treat the Divine and the devotee as separate from each other. This is wrong. The Divine is omnipresent and is in everyone and in every object. Realising this oneness, all actions should be done as an act of dedication to the Divine. Imagine the bliss that can be experienced in such a state of mind! It is essential to celebrate the festival in this sacred spirit. It is not enough to do this for only ten days during the Navaratri festival. It should become the rule all through one's life, till the time one draws one's life-breath. 



Perayaan Navaratri dilakukan dengan perenungan kepada Tuhan selama sepuluh hari dan membersihkan diri kita dari segala ketidakmurnian, untuk dapat mengalami ketuhanan di dalam diri. Hari terakhir perayaan didedikasikan untuk apa yang disebut dengan Ayuda Puja (pemujaan pada senjata). Senjata dipuja adalah kekuatan Tuhan di dalam diri. Ketika Tuhan dipuja dengan cara ini, seseorang dipastikan maju secara spiritual. Sebaliknya, pemujaan yang dilakukan sekarang adalah memperlakukan Tuhan dan bhakta-Nya terpisah satu dari yang lainnya. Hal ini adalah salah. Tuhan adalah bersifat ada dimana-mana dan ada di dalam setiap orang serta di dalam setiap objek. Sadarilah kesatuan ini, semua perbuatan seharusnya dilakukan sebagai perbuatan yang dipersembahkan kepada Tuhan. Bayangkan kebahagiaan yang dapat dialami dalam keadaan pikiran seperti itu! Ini adalah bersifat mendasar untuk merayakan hari suci dengan semangat yang suci. Adalah tidak cukup melakukan ini hanya selama sepuluh hari saja saat perayaan Navaratri. Ini seharusnya menjadi aturan sepanjang hidup, sampai waktu dimana seseorang menghembuskan nafas terakhirnya. (Divine Discourse, Oct 14, 1994)

-BABA


No comments:

Post a Comment