Thursday, July 8, 2021

Thought for the Day - 26th June 2021 (Saturday)

When work is undertaken with an egoistic attitude, impelled by selfish motives and inspired by hopes of self-advancement, it feeds greed, pride, envy and hatred. Then, it fastens the bond and fosters the feeling of attachment to more and more profitable work. It promotes ingratitude to those who lent their hands and brains, and to God Himself who endowed the person with urge and skill. "I did it", one says when the work succeeds; or "Others spoiled my success" when it fails. Resentment, depression and despair follow when work results in failure. The more deeply one is attached to the fruits, the more intense and painful is one's grief when one is disappointed. The only means, therefore, to escape from both pride and pain is to leave the result to the Will of God, while one is happy in the thought that one has done one's duty with all dedication and care that one is capable of! 



Ketika kerja dilakukan dengan sikap egois, terdorong oleh niat mementingkan diri sendiri dengan harapan untuk kemajuan diri saja, maka hal ini memberikan makan pada keserakahan, kesombongan, iri hati, dan kebencian. Kemudian, hal ini mengencangkan ikatan dan menumbuhkan perasaan keterikatan semakin kuat pada pekerjaan yang lebih menguntungkan. Hal ini meningkatkan rasa tanpa terima kasih pada mereka yang memberikan bantuan, pemikiran dan kepada Tuhan sendiri yang menganugerahkan seseorang dengan dorongan dan keterampilan. "aku yang melakukan ini", seseorang berkata ketika pekerjaan berhasil; atau "orang itu yang menghancurkan keberhasilanku" ketika pekerjaan mengalami kegagalan. Kebencian, depresi, dan putus asa mengikuti ketika hasil kerja adalah kegagalan. Semakin dalam seseorang terikat pada hasil, maka semakin intens dan menyakitkan kepedihan seseorang rasakan saat dia kecewa. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari keduanya yaitu kesombongan dan kepedihan adalah melepaskan semuanya hasilnya pada kehendak Tuhan, sementara seseorang yang bahagia dalam pikirannya adalah dia yang telah menjalankan kewajibannya dengan semua dedikasi dan perhatian yang dia mampu! (Divine Discourse, Sep 10, 1984)

-BABA

No comments:

Post a Comment