On a stage, there are a number of lights. One is turned towards an actor in the role of a king. Another is focussed on a beggar. Yet another light is on a man reading the Ramayana. The fourth one lights up a fighting scene. Here, although the lights illumine a variety of scenes, they remain unaffected by the behaviour of the actors; they simply bear witness to the actions but no blame attaches to them for what the actors do. The characters alone are affected by what they do. Similarly Time is a witness to what everyone is doing. This Time is available equally to all. Your primary duty is to make right use of this Time. For this purpose, there is no need for you to wait for the beginning of a new year. Every moment is a manifestation of Time. The second is the basis for the year. Hence every second should be filled with purposeful action.
Di atas panggung, ada beberapa lampu. Salah satu lampu mengarah pada seorang aktor yang berperan sebagai raja. Lampu lainnya difokuskan pada seorang pengemis. Dan lampu yang lainnya mengarah pada seorang pria yang membaca Ramayana. Lampu yang keempat menyoroti adegan pertempuran. Di sini, meskipun lampu menerangi berbagai adegan, lampu tetap tidak terpengaruh oleh perilaku para aktor, mereka hanya menjadi saksi tindakan tetapi tidak ada kesalahan yang melekat kepada mereka atas tindakan yang dilakukan sang aktor. Karakter dipengaruhi oleh apa yang mereka lakukan. Demikian pula Sang Waktu adalah saksi atas apa yang semua orang lakukan. Sang Waktu ini tersedia sama bagi semuanya. Tugas utamamu adalah untuk menggunakan waktu ini dengan baik. Untuk tujuan ini, tidak perlu bagimu untuk menunggu awal tahun baru. Setiap saat adalah manifestasi dari Sang Waktu. Detik adalah dasar bagi tahun. Oleh karena itu setiap detik harus diisi dengan tindakan yang bermanfaat. (Divine Discourse 27 March 1990)
- BABA
Daily Inspiration as written in the Ashram of Bhagawan Sri Sathya Sai Baba (Prasanthi Nilayam), translated into Bahasa Indonesia
Monday, March 31, 2014
Thought for the Day - 31st March 2014 (Monday)
Sunday, March 30, 2014
Thought for the Day - 30th March 2014 (Sunday)
The difference between Rama and Ravana can be understood in three key aspects. Rama embodied the following characteristics: He rejoiced in the wellbeing of the whole Universe (Sarva Loka Hithe Ratah). He was the embodiment of wisdom (Sarva Jnana Sampannah). He was filled with all the virtues (Sarve Samuditha Gunaihi). You must learn and practice this important lesson for the welfare of this world. Lord Rama promoted the well-being of all by adhering to Truth and setting an example of righteous conduct. From His life, we must also understand the supreme importance of upholding Truth in our daily life. All of you tend to speak a great deal. We must keep up the promises we make and live up to what we say or preach. Introspect within yourselves as to how truthful is ur speech. Without truth, speech has no value.
-BABA
Saturday, March 29, 2014
Thought for the Day - 29th March 2014 (Saturday)
Friday, March 28, 2014
Thought for the Day - 28th March 2014 (Friday)
Thursday, March 27, 2014
Thought for the Day - 27th March 2014 (Thursday)
Wednesday, March 26, 2014
Thought for the Day - 26th March 2014 (Wednesday)
Tuesday, March 25, 2014
Thought for the Day - 25th March 2014 (Tuesday)
Monday, March 24, 2014
Thought for the Day - 23rd March & 24th March 2014
Saturday, March 22, 2014
Thought for the Day - 22nd March 2014 (Saturday)
Friday, March 21, 2014
Thought for the Day - 21st March 2014 (Friday)
At times, your mind becomes a monkey, a mad monkey, jumping and bumping all over. It might be difficult to control your mind. In those moments, tell yourself, “I am not a monkey; I am part of ‘mankind’.” You must have and exhibit kindness from within you. Cultivate love and develop kindness. All of you must start the day with love, fill the day will love and end the day with love. This is the way to God. Always be happy. There should not be anyone with castor-oil faces. You must lead a happy life and be cheerful always. Not just on your birthday should you be happy, you must lead your life in happiness all the time. When you have love for God, you will not do things that God does not approve of. So, your life will always be happy. Follow God, live in Love and Truth. Then you will attain true happiness and enjoy bliss.
Kadang-kadang, pikiranmu menjadi seperti monyet, monyet gila, melompat dan melonjak-lonjak ke segala arah. Mungkin sulit untuk mengendalikan pikiranmu. Dalam keadaan seperti itu, katakan kepada dirimu sendiri, "Saya bukan monyet; Saya bagian dari 'manusia'." Engkau harus memiliki dan menunjukkan kebaikan dari dalam dirimu sendiri. Tumbuhkanlah cinta-kasih dan kembangkanlah kebaikan. Kalian semua harus memulai hari dengan cinta-kasih, mengisi hari dengan cinta-kasih, dan mengakhiri hari dengan cinta-kasih. Inilah jalan menuju Tuhan. Selalulah berbahagia. Tidak boleh siapa pun memperlihatkan wajah bersedih. Engkau harus senantiasa menjalani kehidupan ini dengan ceria dan berbahagia. Bukan hanya pada hari ulang tahun saja engkau berbahagia, engkau harus menjalani kehidupanmu dalam kebahagiaan sepanjang waktu. Bila engkau memiliki cinta-kasih untuk Tuhan, engkau tidak akan melakukan hal-hal yang tidak disetujui Tuhan. Jadi, hidupmu akan selalu berbahagia. Ikutilah Tuhan, hiduplah dalam Kasih dan Kebenaran. Maka engkau akan mencapai kebahagiaan sejati dan menikmati kebahagiaan. (Divine Discourse, “My Dear Students”, Vol 1, Ch 7, Apr 10, 2000)
-BABA
Thursday, March 20, 2014
Thought for the Day - 20th March 2014 (Thursday)
Wednesday, March 19, 2014
Thought for the Day - 19th March 2014 (Wednesday)
Tuesday, March 18, 2014
Thought for the Day - 18th March 2014 (Tuesday)
Monday, March 17, 2014
Thought for the Day - 17th March 2014 (Monday)
Sunday, March 16, 2014
Thought for the Day - 16th March 2014 (Sunday)
Gayathri is the Mother of all scriptures (Vedas). She exists, wherever Her name is chanted. She is very powerful. The One who nourishes the individual being is Gayathri. She bestows pure thoughts on anyone who worships Her. She is the embodiment of all Goddesses. Our very breath is Gayathri, our faith in existence is Gayathri. Gayathri has five faces, they are the five life principles. She has nine descriptions, they are ‘Om, Bhur, Bhuvah, Swah, Tat, Savitur, Varenyam, Bhargo, Devasya’. Mother Gayathri nourishes and protects every being and She channelizes our senses in the proper direction. ‘Dheemahi’ means meditation. We pray to her to inspire us with good intelligence. ‘Dheeyo Yonah Prachodayat’ - We beseech her to bestow on us everything we need. Thus Gayathri is the complete prayer for protection, nourishment and finally, liberation.
Gayathri adalah Ibu dari semua kitab suci (Veda). Beliau ada, di mana pun Nama-Nya diucapkan. Beliau memiliki kekuatan yang luar biasa. Dia yang memelihara individu adalah Gayathri. Beliau melimpahkan pikiran murni pada siapa pun yang menyembah-Nya. Dia adalah perwujudan dari semua Dewi. Napas kita adalah Gayathri, keyakinan kita adalah Gayathri. Gayathri memiliki lima wajah, yaitu lima prinsip-prinsip kehidupan. Beliau memiliki sembilan deskripsi, yaitu 'Om, Bhur, Bhuvah, Swah, Tat, Savitur, Varenyam, Bhargo, Devasya'. Ibu Gayathri memelihara dan melindungi setiap makhluk dan Beliau mengarahkan indera kita dalam arah yang benar. 'Dhiimahi' berarti meditasi. Kita berdoa kepada-Nya untuk menginspirasi kita dengan kecerdasan yang baik. 'Dheeyo Yonah Prachodayat' - Kita memohon kepada-Nya untuk memberikan pada kita semua apa yang kita butuhkan. Jadi Gayathri adalah doa lengkap untuk perlindungan, makanan dan akhirnya, pembebasan. (Divine Discourse, “My Dear Students”, Vol 3, Ch 2, March 19, 1998.)
-BABA
Saturday, March 15, 2014
Thought for the Day - 15th March 2014 (Saturday)
Friday, March 14, 2014
Thought for the Day - 14th March 2014 (Friday)
Thursday, March 13, 2014
Thought for the Day - 13th March 2014 (Thursday)
Wednesday, March 12, 2014
Thought for the Day - 12th March 2014 (Wednesday)
Take a glass of water, at the bottom of which is sugar. Even though there is sugar in the water, as long as it remains below, the water would not taste sweet. However if you take a spoon and mix the sugar with water, now sweetness pervades the entire tumbler. It is the same with our hearts too. Our heart is like the cup. The Atmic principle is sugar and the worldly desires are the tasteless water in the cup. You drink this tasteless water of the world and say that there is no sweetness. But how can you get the taste? Only when you take the spoon of intelligence, place it inside the cup of the heart and mix with discrimination between the temporary and permanent, then sweetness pervades.
Ambillah segelas air, di bagian bawahnya adalah gula. Meskipun ada gula di dalam air tersebut, selama gula tetap berada di bawah, air tidak akan terasa manis. Namun, jika engkau mengambil sendok dan mencampur gula dengan air, sekarang manisnya akan meliputi seluruh gelas. Ini juga sama dengan hati kita. Hati kita dapat diibaratkan seperti cangkir. Prinsip atma adalah gula dan keinginan duniawi adalah air tawar dalam cangkir. Engkau meminum air tawar dunia ini dan mengatakan bahwa itu tidak ada manisnya. Tetapi bagaimana engkau bisa mendapatkan rasanya (manis)? Hanya ketika engkau mengambil sendok intelegensi, menempatkannya di dalam cangkir hatimu, dan mencampurnya dengan diskriminasi antara yang sementara dan permanen, maka rasa manis akan menyebar. (“My Dear Students”, Vol 2, Apr 10, 2000.)
-BABA
Tuesday, March 11, 2014
Thought for the Day - 11th March 2014 (Tuesday)
In the Bhagavad Gita, the Lord declares, “Whenever righteousness (Dharma) declines, I make My advent in the world. Dharma will never perish.” It is the practice of Dharma which is becoming weaker day by day, and not Dharma as such. Many times clouds cover the Sun. In such a scenario, the people on earth may not be able to see the Sun. Just because people cannot see, does it mean that the Sun doesn’t exist? No, Sun exists! Temporarily the Sun is hidden by the clouds; therefore people are unable to see it. Nobody can say that the Sun has perished, can they? Similarly, Sathya and Dharma have the effulgence of the Sun. Truth is the Sun, Dharma is the effulgence of the Sun. They are interdependent like matter and energy. Matter and energy cannot exist without each other. Similarly Sun and its radiance are reflection of each other. Sathya, the Sun and Dharma, its effulgence redeem the world.
Dalam Bhagavad Gita, Tuhan menyatakan, "Setiap kali kebenaran (Dharma) menurun, Aku akan datang ke dunia. Dharma tidak akan hancur." Praktik Dharma lemah hari demi hari dan Dharma bukan seperti itu. Suatu waktu, awan menutupi Matahari. Dalam skenario seperti itu, orang-orang di bumi mungkin tidak dapat melihat Matahari. Hanya karena orang tidak dapat melihat Matahari, apakah itu berarti matahari tidak ada? Tidak demikian, Matahari tetap ada! Untuk sementara, Matahari disembunyikan oleh awan, sehingga orang-orang tidak dapat melihatnya. Tidak ada yang dapat mengatakan bahwa Matahari telah mati, dapatkah mereka mengatakan demikian? Demikian pula, Sathya dan Dharma memiliki cahaya Matahari. Kebenaran adalah Matahari, Dharma adalah cahaya dari Matahari. Mereka saling terkait seperti materi dan energi. Materi dan energi tidak akan ada tanpa satu sama lain. Demikian pula Matahari dan cahayanya merupakan cerminan dari satu sama lain. Sathya, Matahari, dan Dharma, cahayanya dapat menyelamatkan dunia. ('My Dear Students', Vol 3, Ch 2)
-BABA
Monday, March 10, 2014
Thought for the Day - 10th March 2014 (Monday)
All materials in this world will disappear after some time. The principle of Atma alone is imperishable. What is the Atmic Principle? That which pervades the entire body is Atma. You should try to broaden your mind by which you can merge in Divine Consciousness. For example, take a balloon and blow it. It grows bigger and bigger. As it gradually increases size, it also becomes thinner. After a point it becomes so thin than it bursts. Where does the air in that balloon go? It merges with the air outside, which is present everywhere. Thus conscience merges with the consciousness which is present everywhere. This is referred to as liberation, the final goal or emancipation. You can give it many names; they are not important. The goal is important. You must try to achieve this unity with Consciousness, and you can attain this by practising spirituality at all times with all your determination.
Semua materi di dunia ini akan hancur setelah beberapa waktu. Hanya prinsip Atma yang kekal. Apakah Prinsip atma itu? Yang melingkupi seluruh badan adalah Atma. Engkau hendaknya mencoba untuk memperluas pikiranmu dengan mana engkau dapat menyatu dalam Kesadaran Ilahi. Sebagai contoh, ambillah balon dan meniupnya. Maka balon akan menjadi semakin besar. Karena secara bertahap ukurannya meningkat, balon itu juga menjadi lebih tipis. Setelah pada titik tertentu, balon itu menjadi sangat tipis dan kemudian meletus (pecah). Kemanakah udara dalam balon itu pergi? Ia menyatu dengan udara luar, yang ada di mana-mana. Demikian juga, kesadaran akan menyatu dengan kesadaran yang ada di mana-mana. Hal ini disebut sebagai pembebasan, tujuan akhir atau emansipasi. Engkau dapat memberikannya dengan banyak nama, itu tidak penting. Yang terpenting adalah tujuannya. Engkau harus mencoba untuk mencapai kesatuan dengan Kesadaran Ilahi, dan engkau dapat mencapai hal ini dengan mempraktikkan spiritualitas setiap saat dengan penuh kebulatan tekad. (Divine Discourse, 'My Dear Students', Vol 2, Ch 7, Apr 10, 2000)
- BABA
Sunday, March 9, 2014
Thought for the Day - 9th March 2014 (Sunday)
Saturday, March 8, 2014
Thought for the Day - 8th March 2014 (Saturday)
We call many our friends. But who is our true friend? As long as you have money in your pocket, or if your parents are in a good position, everyone will greet you “Hello, Hello” and treat you nicely. If things change and you do not have money, nobody will even tell you “Goodbye!” When the tank is full, all frogs go there. If it is empty, you will not find even a single frog! However, God is not like that. He has a tank that is ever full of selfless love. In any situation, His tank is full of nectarous sweet love. Changes in your position, place or time or status will not matter to Him. Why do you give up such a true friend and struggle to attain worldly, temporary and untrue friends, whose friendship is ephemeral and lasts for only a short time? Pray that you win an eternal friendship with the Lord.
Kita mengatakan banyak memiliki teman. Tetapi siapakah sesungguhnya teman sejati kita? Selama engkau memiliki uang di saku-mu, atau jika orang tua-mu berada dalam posisi yang baik, semua orang akan menyambutmu "Hello, Hello" dan memperlakukan engkau dengan baik. Jika hal-hal berubah dan engkau tidak mempunyai uang, tak seorangpun bersamamu bahkan mereka akan mengatakan "Selamat tinggal!" Ketika tangki penuh berisi air, semua katak akan pergi ke sana. Jika tangki itu kosong, engkau tidak akan menemukan bahkan seekor katak-pun! Namun, Tuhan tidak seperti itu. Beliau memiliki tangki yang selalu penuh kasih tanpa pamrih. Dalam situasi apapun, tank-Nya penuh dengan cinta-kasih dan penuh dengan nektar yang manis. Perubahan posisi, tempat atau waktu atau status tidak akan berpengaruh kepada-Nya. Mengapa engkau meninggalkan teman sejati dan berjuang untuk mencapai hal-hal duniawi yang bersifat sementara dan bukan merupakan teman sejati, persahabatan yang bersifat sementara dan hanya berlangsung selama waktu yang singkat? Berdoalah agar engkau memenangkan persahabatan abadi dengan Tuhan. (Divine Discourse, “My Dear Students”, Vol 2, Ch 7, April 10, 2000)
-BABA
Friday, March 7, 2014
Thought for the Day - 7th March 2014 (Friday)
At times, you may feel dissatisfied with the answers you wrote, even though you have spent a lot of time reading. Why? Because when you are preparing for examinations, mere reading is not sufficient. You may read at home and feel confident of writing well in the exam hall, but that doesn’t work. You must necessarily practice at home what you do in the examination hall. That is why you should often practice writing the answers. Many things which you do not understand clearly while reading, becomes easier to comprehend when you write. The more you write and practice at home, the better you will do in the examination hall. I will also share another secret for your success: In the examination hall, before receiving the question paper, you should first pray. Receive the question paper after your prayer. Then slowly read the question paper and start answering the easy questions first and the difficult ones towards the end.
Kadang-kadang, engkau mungkin merasa tidak puas dengan jawaban yang engkau tulis, meskipun engkau telah menghabiskan banyak waktu untuk membaca. Mengapa? Karena ketika engkau sedang mempersiapkan ujian, hanya membaca saja tidaklah cukup. Engkau dapat membaca di rumah dan merasa yakin menulis dengan baik di ruang ujian, tetapi itu saja tidaklah cukup. Engkau harus selalu mempraktikkan di rumah apa yang engkau lakukan di ruang ujian. Itulah mengapa engkau harus sering berlatih menulis jawaban. Banyak hal yang engkau tidak mengerti dengan jelas saat membaca, menjadi lebih mudah untuk memahaminya ketika engkau menuliskannya. Semakin banyak engkau menulis dan mempraktikkannya di rumah, semakin baik yang bisa engkau kerjakan di ruang ujian. Aku juga akan berbagi rahasia lainnya untuk keberhasilanmu: Di ruang ujian, sebelum menerima lembaran soal, terlebih dahulu engkau harus berdoa. Ambillah lembaran soal setelah engkau berdoa. Lalu perlahan-lahan membaca lembaran soal dan mulai menjawab pertanyaan yang mudah terlebih dahulu, setelah itu dilanjutkan dengan soal yang lebih sulit. (Divine Discourse, 'My Dear Students', Vol 3, Ch 1, 'Success in Examinations')
-BABA
Thursday, March 6, 2014
Thought for the Day - 6th March 2014 (Thursday)
In a story, Birbal tells Akbar, “Sweet talk is the sweetest thing in the world; nothing else, not milk, honey or jaggery comes close to it. A sweet word is the most valuable thing; through it one we can win a person over, give great joy and even attain a higher status. When crows caw at us, we throw stones at them. Whereas, when cuckoos sing, we respect them. Neither is the cuckoo going to give us a crown, nor will the crow punish us. When one’s speech is good, one earns a good name. Hence, a sweet word is indeed the sweetest thing in the world.” You must always talk to others in a manner which would give them contentment and joy. This is the essence of all scriptures. It is not enough to listen to, learn or chant Vedas, scriptures and Puranas (ancient spiritual texts), you must give joy and satisfaction to others.
Dalam suatu cerita, Birbal memberitahu Akbar, "Berbicara yang manis adalah hal yang paling manis di dunia, tidak ada yang lain, bukan susu, madu atau jaggery. Perkataan yang manis adalah hal yang paling berharga; melalui perkataan yang manis, kita bisa mendapatkan simpati seseorang, memberikan sukacita yang besar dan bahkan mencapai status yang lebih tinggi. Ketika burung gagak bersuara (menggaok) pada kita, kita melemparkan batu ke arahnya. Di sisi lain, ketika burung kukuk bernyanyi, kita mengagumiinya. Tidak satupun dari mereka, baik burung kukuk tidak memberikan hadiah, dan burung gagak-pun tidak membuat kesalahan. Ketika seseorang berbicara dengan perkataan yang baik, seseorang akan mendapatkan nama baik. Oleh karena itu, perkataan yang manis memang hal yang paling manis di dunia." Engkau harus selalu berbicara dengan orang lain dengan cara yang akan memberikan mereka kepuasan dan sukacita. Inilah esensi dari semua kitab suci. Tidak cukup hanya mendengarkan, belajar atau melantunkan Veda, kitab suci dan Purana (teks spiritual kuno), engkau harus memberikan sukacita dan kepuasan kepada orang lain. (My Dear Students’, Vol 3, Chapter 1, Mar 19, 1998)
-BABA
Wednesday, March 5, 2014
Thought for the Day - 5th March 2014 (Wednesday)
Prayer is for the mind, just as food is for the body. Wholesome food gives health and strength to the body. Prayer purifies your mind and strengthens your spirit. If bhajans are done in an ostentatious manner, ego gets bloated. Young people must proceed from tamas, the darkness of ignorance, to tapas, spiritual austerities. Be steadfast in pursuing whatever you choose. There is no point in doing meditation for two days and giving up on the third day. If you start practicing meditation, it must become an integral part of your life. You cannot assume you are meditating by merely closing your eyes. You must progress until you feel united with the God present within your heart. Along with meditation, you must acquire the knowledge and skills to lead your professional life. You must always maintain the same discipline and strength of character, wherever you are.
Doa adalah untuk batin, sama halnya dengan makanan yang diperuntukkan bagi badan jasmani. Makanan yang sehat memberikan kesehatan dan kekuatan bagi badan jasmani. Doa memurnikan batin dan memperkuat jiwamu. Jika bhajan dilakukan dengan sikap pamer pada orang lain, maka akan muncul ego. Para pemuda harus memulai dari tamas, kegelapan kebodohan, menuju tapas, pertapaan spiritual. Engkau hendaknya mantap dalam mengejar apapun yang engkau pilih. Tidak ada gunanya melakukan meditasi selama dua hari lalu berhenti pada hari ketiga. Jika engkau mulai mempraktikkan meditasi, ia harus menjadi bagian integral dari kehidupanmu. Engkau tidak bisa menganggap dirimu bermeditasi hanya dengan menutup mata. Engkau harus meningkat sampai engkau merasa menyatu dengan Tuhan yang ada di dalam hatimu. Seiring dengan meditasi, engkau harus memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk menjalankan kehidupanmu. Engkau harus selalu menjaga disiplin yang sama dan kekuatan karakter, di manapun engkau berada. (“My Dear Students”, Vol 2, Ch 5, Mar 11, 1984)
-BABA
Tuesday, March 4, 2014
Thought for the Day - 4th March (Tuesday)
We often say, “I am performing all actions in this world for the sake of God”. Is it real? Are you doing all the tasks to please God, or is it for your own self? Contemplate on this. Every devotee (Sadhaka) does many different activities, for their own sake and not for the sake of God. Listening, singing the glory of the Lord, chanting His name, serving the divine feet, salutation, worship, servitude, friendship and Self-surrender – all these nine forms of devotion, are for your own good, and not for God’s benefit. Consider this example. You are eating an apple. Is it for the benefit of the apple, that you are eating it? No, it is for your own health! Similarly your actions, worship or meditation is only for your own happiness and satisfaction. The only thing God cares for is purity and steadfastness. Purity in thought, word and actions is all that matters to God.
Kita sering mengatakan, "Saya melakukan semua tindakan di dunia ini demi Tuhan". Apakah itu benar? Apakah engkau melakukan semua pekerjaan untuk menyenangkan Tuhan, atau itu untuk dirimu sendiri? Renungkanlah hal ini. Setiap bhakta (Sadhaka) melakukan banyak kegiatan yang berbeda, untuk kepentingan mereka sendiri dan bukan demi Tuhan. Mendengarkan, menyanyikan kemuliaan Tuhan, melantunkan nama-Nya, melayani kaki padma Tuhan, salut/menghargai/menghormati, ibadah, bekerja untuk Tuhan, persahabatan, dan pasrah pada-Nya - semuanya ini, sembilan bentuk bhakti/pengabdian, adalah untuk kebaikanmu sendiri, dan bukan untuk kepentingan Tuhan. Perhatikan contoh berikut ini. Engkau memakan apel. Apakah untuk kepentingan apel, engkau memakan apel tersebut? Tidak, itu untuk kesehatanmu sendiri! Demikian pula tindakan, ibadah, atau meditasi yang engkau lakukan, hanya untuk kebahagiaan dan kepuasanmu sendiri. Tuhan hanya peduli pada kemurnian dan keteguhan. Kemurnian dalam pikiran, ucapan dan tindakan adalah yang terpenting bagi Tuhan. (“My Dear Students”, Vol 2, Chapter 7, April 10, 2000.)
-BABA
Monday, March 3, 2014
Thought for the Day 2nd & 3rd March 2014
Date: Sunday, March 02, 2014
If you throw a pebble in a pond, a small ripple originates and spreads until the end of the river. You may or may not be able to see, but the ripple starts right at the point where the stone meets the water. Similarly, in the lake of your mind, when you throw a stone of thought, ripples of thought waves start spreading throughout your body. The same ripple reflects in your eyes, brain, ears, heart and also in your hands and legs. Hence you must be very careful with the kind of thoughts that you permit to pervade your personality. When you get pure thoughts, all your senses will be purified by it. However, if you get bad thoughts, your senses will be perverted and this will quickly spread to your eyes, heart, hand and brain. Always have pure thoughts. If you do so, your body, senses and actions will be purified.
Jika engkau melemparkan kerikil ke kolam, sebuah riak kecil berasal dari kerikil tersebut dan menyebar sampai batas akhir kolam. Engkau mungkin tidak dapat melihatnya, namun riak dimulai tepat pada titik di mana batu kerikil bertemu air. Demikian pula, di dalam danau pikiranmu, ketika engkau melemparkan batu pikiran, riak gelombang pikiran mulai menyebar ke seluruh tubuhmu. Riak yang sama memantul di mata, otak, telinga, jantung dan juga di tangan dan kakimu. Oleh karena itu engkau harus berhati-hati dengan jenis pikiran yang engkau izinkan untuk menyerap ke dalam kepribadianmu. Ketika engkau mendapatkan pikiran yang murni, semua inderamu akan dimurnikan. Namun, jika engkau mendapatkan pikiran yang buruk, inderamu akan ternodai dan ini akan cepat menyebar ke mata, hati, tangan dan otak. Selalulah memiliki pikiran yang murni. Jika engkau melakukannya, tubuh, indera, dan tindakanmu akan dimurnikan. (“My Dear Students”, Vol 2, Apr 10, 2000.)
-BABA
Date: Monday, March 03, 2014
Meditation is not merging the form in your mind. It is merging your mind with the Form, so that the mind doesn’t exist. There are three stages in this process – The Ooha (imagining the Form), Bhava (experiencing the Divine) and finally Sakshatkara (Realization). In the initial stages, the devotee imagines one’s favourite Divine Form, as they have seen before. Over time, the image vanishes in the mind and they begin experiencing the Form. This process takes longer and slowly, the devotee starts experiencing the Lord from the toe to the head. The impressions last longer and grow deeper and gradually, the image of the Lord that is firmly implanted becomes an inner reality. While the imagining stage gives only momentary joy, the experiencing stage results in complete identification of the seeker with the Lord. Thus, over time, awareness of the Divine results in oneness with the Divine (Brahmavid Brahmaiva Bhavathi).
Meditasi bukanlah menyatukan suatu Wujud (Tuhan) ke dalam pikiranmu, namun menyatukan pikiranmu dengan Wujud (Tuhan), sehingga pikiranmu menjadi tidak ada. Ada tiga tahapan dalam proses ini - Ooha (membayangkan Wujud Tuhan), Bhava (mengalami) dan akhirnya Sakshatkara (Realisasi). Pada tahap awal, bhakta membayangkan salah satu Wujud Tuhan yang paling disukai, karena mereka telah melihatnya sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, Wujud Tuhan hilang dalam pikiran dan mereka mulai mengalami Wujud Tuhan tersebut. Proses ini memakan waktu lama dan perlahan-lahan, bhakta mulai mengalami Tuhan dari ujung kaki ke kepala. Pada tahapan ini, Wujud Tuhan bertahan lebih lama dan tumbuh lebih dalam dan secara bertahap, Wujud Tuhan benar-benar tertanam menjadi realitas batin. Walaupun pada tahap membayangkan hanya memberikan kebahagiaan sesaat, pada tahap mengalami, memberikan identifikasi lengkap pada pencari spiritual dengan Tuhan. Dengan demikian, dari waktu ke waktu, kesadaran pada Tuhan akan menghasilkan kesatuan dengan Tuhan (Brahmavid Brahmaiva Bhavathi). (“My Dear Students”, Vol 2, Chapter 5, Mar 11, 1984.)
-BABA
Saturday, March 1, 2014
Thought for the Day - 1st March 2014 (Saturday)
During meditation, care must be taken to keep the back straight and steady without bending forward or backward or sideward. If you bend or move, misdirection of highly potent energy (Kundalini) can occur resulting in mental derangement. Also wear loose clothes. Your eyes must concentrate on the tip of the nose. They must be half-open, so you are neither distracted nor falling asleep. Free your mind from bad thoughts and fill it with sacred ones. To achieve this, you must control your senses. Your ears must be trained to listen only to noble and elevating ideas, and to eschew evil speech and gossip. Your eyes must be tuned to see the Divine. The restless mind must be restrained by making it concentrate on inhalation and exhalation while incessantly repeating the Mantra, ‘So-Ham’ (I am He). Through these postures and activities, your life-breath is controlled and this will ensure that the great power of Yoga is revealed unto you.
-BABA