Friday, April 12, 2024

Thought for the Day - 6th April 2024 (Saturday)

In the world, there is on the one side the attraction of the Preyo-Marga (path of pleasure) and on the other, the Sreyo-Marga (path of purpose). Those who seek the pleasures of the senses take to the Preyo-Marga. Only the spiritually wise, who are indifferent to the fleeting mundane pleasures derived from the senses, and who are austere and pure-hearted, pursue the Sreyo-Marga. There is another path, which transcends both. These two paths encompass all the possible desires of human beings. The quality of Anapeksha goes beyond both of them. Anapeksha is described as being free from desires. But this is not wholly correct. It is when a man gives up the feeling, "I am the doer" and "I am the experiencer," that true Anapeksha emerges. This means that the conceit of doership and the sense of enjoyment of desired things should be wholly renounced. This is the true state of Anapeksha (desirelessness). It is only when all actions are done as an offering to God that Anapeksha prevails. When such a feeling fills the heart of the devotee, the Divine confers beatitude on him. Such a devotee is dear to the Lord. 


- Divine Discourse, Nov 20, 1990

When you offer all your actions to God, your heart will become sacred. With a sacred heart, you can lead a peaceful life.


Di dunia, ada satu sisi daya tarik dari Preyo-Marga (jalan kesenangan) dan di sisi lainnya adalah Sreyo-Marga (jalan mengarah pada tujuan). Bagi mereka yang mencari kesenangan dari Indera akan menempuh jalan Preyo-Marga. Hanya mereka yang bijak secara spiritual, mereka yang acuh terhadap kesenangan duniawi yang bersifat sementara yang berasal dari indera, dan bagi mereka yang teguh dan berhati murni, mereka semua menempuh jalan Sreyo-Marga. Ada jalan yang lainnya yang mana melampaui keduanya. Kedua jalan ini mencakup semua keinginan manusia. Kualitas dari Anapeksha melampaui keduanya. Anapeksha dijelaskan sebagai yang bebas dari keinginan. Namun makna ini tidak sepenuhnya benar. Hanya ketika manusia melepaskan perasaan, "aku adalah pelaku " dan "aku adalah yang menikmati," makna sesungguhnya dari Anapeksha itu muncul. Ini berarti bahwa kesombongan perasaan sebagai pelaku dan penikmat dari hal-hal yang diinginkan sepenuhnya harus dilepaskan. Ini adalah keadaan sesungguhnya dari Anapeksha (tanpa keinginan). Hanya ketika semua perbuatan dilakukan sebagai sebuah persembahan kepada Tuhan maka disanalah muncul Anapeksha. Ketika perasaan seperti itu mengisi hati dari bhakta, maka Tuhan akan menganugerahkan kebahagiaan padanya. Bhakta yang seperti itu adalah yang disayang oleh Tuhan. 


- Divine Discourse, Nov 20, 1990

Ketika engkau mempersembahkan semua perbuatanmu kepada Tuhan, hatimu akan menjadi suci. Dengan hati yang suci, engkau dapat menjalani hidup yang penuh kedamaian.


No comments: