Tuesday, January 30, 2018

Thought for the Day - 30th January 2018 (Tuesday)

You may belong to any country, be of any age, and any position; it is your character and discipline that is most important. There is no difference in the code conduct for an Indian, American, German or Russian. All of you are human beings first and belong to the caste of humanity, religion of love and the language of the heart. When you realise this truth, it does not matter to which country you belong. When you are in the golden age of youth, you should protect your character as your very life. In ancient times young men and women adhered to the principles of character and hence were highly reputed. The sapling has to be tended carefully, so that it could grow into a mighty tree in the right manner and serve the people well. If you want to be remembered, guard your character. From now on if you maintain good character, your progeny, the community you live in and all countries by and large will prosper.


Engkau mungkin termasuk dalam sebuah bangsa, atau dalam golongan usia tertentu dan jabatan tertentu; adalah karakter dan disiplinmu yang paling penting. Tidak ada perbedaan dalam pedoman perilaku bagi orang India, Jerman, atau Rusia. Pertama semua dari dirimu adalah manusia dan termasuk dalam kasta kemanusiaan, agama kasih, dan Bahasa hati. Ketika engkau menyadari kebenaran ini, adalah tidak penting dari negara mana engkau berasal. Ketika engkau berada dalam masa muda keemasan, engkau seharusnya melindungi karaktermu seperti hidupmu sendiri. Pada masa lalu para pemuda dan pemudi menjunjung tinggi prinsip karakter dan oleh karena itu menjadi sangat terkenal. Pohon muda harus dijaga dengan hati-hati, sehingga pohon muda ini dapat tumbuh menjadi pohon besar dengan cara yang benar dan melayani manusia. Jika engkau ingin dapat diingat, maka jagalah karaktermu. Mulai dari sekarang, jika engkau menjaga karakter baikmu, keturunanmu, masyarakat tempat engkau tinggal dan seluruh bangsa pada umumnya akan sejahtera. (Divine Discourse, July 19, 1997)

-BABA

Thought for the Day - 29th January 2018 (Monday)

Any work done in this world with the attitude of love will be an achievement. The heart in which there is no love is certain to be the paradise of wickedness. Whatever you do, do it with love. The Gopikas prayed, “Oh Krishna, play Your sweet flute and sow the seeds of love in the desert of loveless hearts. Let the rain of love fall on earth and make the rivers of love flow continuously.” Therefore, start the day with love, spend the day with love, fill the day with love, and end the day with love - this is the way to God. You read such sacred and inspiring quotes every day, and see them on the boards, but are they getting imprinted in your hearts? Can your hunger be relieved, by just reading the names of many different sweets? So also, by merely reading sacred quotes or by listening to it will not purify your mind. Practice and experience the results!


Pekerjaan apapun yang dilakukan di dunia ini dengan sikap kasih akan mencapai keberhasilan. Hati yang tidak ada kasih pastinya akan menjadi surga bagi kejahatan. Apapun yang engkau lakukan maka lakukan dengan kasih. Para Gopika berdoa, “Oh Sri Krishna, mainkanlah seruling-Mu yang merdu dan taburlah benih kasih di hati tandus yang tanpa kasih. Biarkan hujan kasih mengguyur bumi dan membuat sungai kasih mengalir tanpa henti.” Maka dari itu, mulailah hari dengan kasih, habiskan hari dengan kasih, isi hari dengan kasih – ini adalah jalan menuju Tuhan. Engkau membaca kutipan yang suci dan menginspirasi setiap hari, serta melihat kutipan itu di atas papan, namun apakah kutipan tersebut terpatri di dalam hatimu? Dapatkah rasa laparmu dipuaskan hanya dengan membaca nama berbagai jenis makanan? Begitu juga, hanya dengan membaca kutipan yang suci atau hanya mendengarkannya maka semuanya itu tidak akan menyucikan pikiranmu. Jalankan dan alami hasilnya! (Divine Discourse, Nov 22, 1975)

-BABA

Thought for the Day - 28th January 2018 (Sunday)

You are born in society, you grow in society, and earn name and fame in society. You learn many skills from the society and develop intelligence, and thereby you gain reputation for being intelligent. You received all these precious gifts from society. Have anyone of you, young men and women, thought of showing gratitude to the society from which you got the name and fame? What service are you rendering to the society in return for the good things received? How are you expressing your gratitude to society? Put these questions to yourself, and you get shallow answers. Ingratitude is incorrect. Every human being must possess the quality of gratitude. Being beneficiaries one must show gratitude. And as an expression of one’s gratitude, one should render selfless service to the society; it is one’s foremost duty.


Engkau lahir dalam masyarakat, dan mendapatkan nama dan kemashyuran dalam masyarakat. Engkau belajar banyak keahlian dari masyarakat dan mengembangkan kecerdasan, maka dari itu engkau mendapatkan reputasi atas kecerdasanmu. Engkau menerima semua hadiah yang berharga ini dari masyarakat. Sudahkah siapapun dari dirimu, pemuda dan pemudi, memikirkan untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada masyarakat dimana engkau mendapatkan nama dan ketenaran? Apa pelayanan yang engkau berikan kepada masyarakat sebagai imbalan atas hal baik yang engkau terima? Bagaimana engkau mengungkapkan rasa terima kasihmu pada masyarakat? Tanyakan pertanyaan pada dirimu sendiri, dan engkau akan mendapat jawaban yang dangkal. Tidak ada terima kasih adalah tidak benar. Setiap manusia harus memiliki sikap terima kasih. Sebagai ahli waris maka seseorang harus memperlihatkan rasa terima kasih. Dan sebagai ungkapan terima kasihnya seseorang seharusnya memberikan pelayanan pada masyarakat; ini adalah kewajiban yang paling utama. (Divine Discourse, Jul 16, 1997)

-BABA

Saturday, January 27, 2018

Thought for the Day - 27th January 2018 (Saturday)

Life is full of worries. They seem to come in an endless procession, isn’t it? When you worship God, make sure you repose total faith in Him. Without faith, what is the use of worship? Faith alone will take you beyond worries. What is it that does not cause anxiety? Birth is a worry, and so is existence itself; family life is a worry, death is a worry, childhood is a worry, old age is the same, living is a worry, working is a worry, pain causes worry, pleasure too causes worry, and so on. Worry, worry, worry all the time! In this world, troubles will come for sure but you must learn to rise above worry; this is possible only with forbearance (kshama). Welcome troubles with a smile saying, “Come my friend, you are the bearer of joy!” When you are filled with kshama, you will be blissful and achieve everything in life!


Hidup penuh dengan kecemasan. Kecemasan itu sepertinya datang tiada akhirnya. Ketika engkau memuja Tuhan, maka pastikan engkau menaruh keyakinan yang penuh kepada Tuhan. Tanpa adanya keyakinan, apa gunanya ibadah? Keyakinan akan membawamu melampaui kecemasan. Apa yang tidak disebabkan oleh kecemasan? Lahir adalah sebuah kecemasan, begitu juga dengan keberadaannya; kehidupan keluarga adalah sebuah kecemasan, kematian adalah sebuah kecemasan, masa anak-anak adalah sebuah kecemasan, usia tua adalah hal yang sama, hidup adalah kecemasan, bekerja adalah kecemasan, rasa sakit menyebabkan kecemasan, kesenangan juga menyebabkan kecemasan, dan sebagainya. Cemas, cemas, cemas sepanjang waktu! Di dunia ini, masalah akan pasti datang padamu namun engkau harus belajar untuk bangkit di atas kecemasan; hal ini hanya bisa dengan kesabaran (kshama). Terima masalah dengan sebuah senyuman dan berkata, “Ayo temanku, engkau adalah pembawa suka cita!” Ketika dipenuhi dengan kshama, engkau akan penuh kebahagiaan dan mencapai apapun dalam hidup! (Divine Discourse, May 25, 2000)

-BABA

Thought for the Day - 26th January 2018 (Friday)

It is through sankalpa (thoughts and ideas) the entire creation manifests. As is the sankalpa, so is the human life. Life itself is an interplay of sankalpa; it has life and is powerful. There are two types of sankalpas - polluted and the pure. Thoughts and feelings associated with sacred activities, helping the needy, contemplation of spiritual truths and the divine nature of God are examples of pure sankalpas. The thoughts that lead one to take up service without selfishness, without considering one’s personal gains, and considering the welfare of the nation as one’s own, are all noble sankalpas. Jealousy that arises in seeing others prosper, and doing such things that could impede their happiness, focussing on the bad in others and resorting to criticising them - these are polluted sankalpas. Sages of yore, though they were ordinary people in the beginning, were transformed into great sages through their sacred sankalpa. It is such sankalpa that transformed Ratnakara, who lived as a thief into Maharishi Valmiki.


Dengan melalui sankalpa (pikiran dan gagasan) seluruh ciptaan tercipta. Sebagaimana sankalpa, maka begitulah kehidupan manusia. Hidup itu sendiri adalah saling mempengaruhi dari sankalpa; sankalpa memiliki hidup dan sangat kuat. Ada dua jenis sankalpa – tercemar dan suci. Pikiran dan perasaan terhubung dengan perbuatan yang suci, membantu yang membutuhkan, kontemplasi pada kebenaran spiritual dan sifat alami dari Tuhan adalah sankalpa yang suci. Pikiran yang menuntun seseorang untuk melakukan pelayanan tanpa mementingkan diri sendiri, tanpa memerhatikan keuntungan pribadi, dan menganggap kesejahteraan bangsa sebagai kesejahteraannya sendiri, semuanya ini adalah sankalpa yang mulia. Kecemburuan yang muncul saat melihat kesejahteraan yang lainnya, dan melakukan hal seperti itu yang dapat menghalangi kebahagiaan mereka, fokus pada keburukan pada orang lain dan mengambil jalan untuk mengkritik mereka – semuanya itu adalah sankalpa yang tercemar.  Orang suci zaman dahulu kala, walaupun mereka adalah orang yang biasa pada awalnya, berubah menjadi orang suci yang luhur melalui sankalpa mereka yang suci. Dengan sankalpa seperti ini yang merubah Ratnakara, yang hidup sebagai pencuri menjadi seorang Maharishi Valmiki. (Divine Discourse, Oct 2, 1987)

-BABA

Thursday, January 25, 2018

Thought for the Day - 25th January 2018 (Thursday)

People say Lord Yama, God of death takes everyone’s life away using a rope called Yama pasa. What is the rope that takes every person’s life? Attachment and selfishness are the ropes that bring end to each one! God does not create pleasure and pain from somewhere else! To think that due to others or external factors we get difficulties or happiness is incorrect! We ourselves cause our own happiness or grief. If we recognise this, we need not fear. When we are full of pure love we will be fearless. Where there is sin, there is fear. So, never give scope to wrong deeds. Whatever small work you may do, first discriminate whether it is good or bad. Take time. Do not be in haste. ‘Haste makes waste. Waste brings worry. So do not be in a hurry’. Whatever happens, be peaceful. Pray to God and cultivate love for God. That love is the divine nectar that will remove all sorrow.


Orang-orang mengatakan Yama sebagai malaikat kematian mengambil hidup setiap orang menggunakan sebuah tali yang bernama Yama pasa. Apa tali yang digunakan untuk mengambil hidup seseorang? Keterikatan dan sifat mementingkan diri sendiri adalah tali yang mengakhiri hidup setiap orang! Tuhan tidak menciptakan kesenangan dan penderitaan dari tempat yang lain! Dengan berpikir bahwa karena orang lain atau faktor dari luar sehingga kita mendapatkan kesulitan atau kebahagiaan adalah tidak benar! Kita sendiri adalah penyebab dari kebahagiaan atau kesedihan kita. Jika kita menyadari hal ini, maka kita tidak perlu takut. Ketika kita semua penuh dengan kasih yang suci maka kita akan tanpa rasa takut. Dimana ada dosa maka disana ada rasa takut. Jadi, jangan pernah memberikan ruang untuk perbuatan yang salah. Betapapun kecil perbuatan yang engkau lakukan, pertama bedakan apakah perbuatan itu baik atau buruk. Ambillah waktu. Jangan terburu-buru. ‘Terburu-buru membuat kacau. Kacau akan menghasilkan kecemasan. Jadi jangan terburu-buru’. Apapun yang terjadi, tetaplah damai. Berdoa kepada Tuhan dan tingkatkan kasih untuk Tuhan. Kasih itu adalah nektar Tuhan yang akan menghancurkan semua penderitaan. (Divine Discourse, Jun 20, 1996)

-BABA

Wednesday, January 24, 2018

Thought for the Day - 24th January 2018 (Wednesday)

Many postpone sadhana (spiritual discipline) to old age. This is wrong. Earn the precious reward while you are young and fresh. It is never too soon to begin. The tongue, the eye, the ear, the hand and mind should all be trained from childhood upwards to avoid evil. If these are kept clean and holy, the grace of God is won. When the flesh urges you to fall into falsehood, do not yield, stand firm. When the individual is strong and steady, the family prospers; when the family prospers, the village is happy; when the village is happy, the country is secure and strong; when countries are strong and secure, the world is full of humility and reverence, charity and peace. Sing aloud the glory of God and charge the atmosphere with divine adoration; the clouds will pour the sanctity through rain on the fields; the crops will feed on it and purify and fortify the food; the food will induce divine urges in man. This is the chain of progress. This is the reason why I insist on group singing of the Names of the Lord.


Banyak orang yang menunda melakukan latihan spiritual (sadhana) di masa tua. Hal ini adalah salah. Dapatkan keuntungan yang bermanfaat saat engkau masih muda dan segar. Adalah  tidak pernah terlalu cepat untuk memulai. Lidah, mata, telinga, tangan, dan pikiran semuanya ini seharusnya dilatih sejak masih anak-anak sampai besar untuk menghindari kejahatan. Jika semuanya ini dijaga kemurnian dan kesuciannya maka rahmat Tuhan dapat diraih. Saat badan mendesakmu untuk jatuh ke dalam kepalsuan, jangan menyerah dan berdirilah dengan teguh. Ketika individu kuat dan teguh maka keluarga akan sejahtera; ketika keluarga sejahtera, desa akan bahagia; ketika desa bahagia maka bangsa akan kuat dan aman; ketika negara kuat dan aman, maka dunia akan dipenuhi dengan kerendahan hati dan penghormatan, kemurahan hati, dan kedamaian. Kidungkan kemuliaan Tuhan dan isi atmosfer dengan pemujaan pada Tuhan; maka awan akan mencurahkan kesucian melalui hujan di bumi; tanaman akan menyerap hujan ini dan menyucikan serta memperkuat makanan; makanan akan mendorong getaran ke-Tuhanan di dalam diri manusia. Ini adalah rantai kemajuan. Ini adalah alasan mengapa Aku mendesak bhajan bersama dalam mengidungkan nama Tuhan. (Divine Discourse, July 8, 1968)

-BABA

Thought for the Day - 23rd January 2018 (Tuesday)

God is the source of all love; love the world as the vesture of God, no more, no less. Through love, you can merge in the ocean of love. Love cures pettiness, hate and grief. Love loosens bonds; it saves man from the torment of birth and death. Seen through the eyes of Love, all beings are beautiful, all deeds are dedicated, and all thoughts are innocent. You are all caskets of divine Love; share it, spread it. Express that Love in acts of service, words of sympathy, and thoughts of compassion. Just as when you wake up from sleep you know that the dream which you had was a matter of minutes though the chain of events dreamt spanned many years, this life will appear a transient affair when you awake into jnana after this brief 'dream of life’. Hence be always full of joy so that when death calls, you can quit with a light laugh, and not whimper in grief.


Tuhan adalah sumber dari semua kasih; mengasihi dunia sebagai wujud Tuhan, tidak lebih dan tidak kurang. Melalui kasih, engkau dapat menyatu dalam lautan kasih. Kasih menyembuhkan kepicikan, kebencian, dan kesedihan. Kasih melonggarkan ikatan; kasih menyelamatkan manusia dari siksaan kelahiran dan kematian. Melihat melalui pandangan kasih, semua makhluk adalah indah, semua perbuatan dipersembahkan, dan semua pikiran adalah tulus. Engkau adalah kotak penyimpan kasih Tuhan; bagi dan sebarkan kasih Tuhan ini. Ungkapkan kasih itu dalam tindakan pelayanan, perkataan yang menghibur, dan pikiran yang penuh welas asih. Saat engkau bangun pagi dari tidur, engkau mengetahui bahwa mimpi yang engkau alami dalam hitungan menit walaupun rangkaian kejadian dalam mimpi terbentang bertahun-tahun, hidup ini akan muncul sebagai sebuah hal yang sementara ketika engkau bangun dalam jnana setelah ‘mimpi singkat hidup ini’. Oleh karena itu, selalulah penuh dengan suka cita sehingga ketika kematian menjemputmu maka engkau dapat berhenti dengan tertawa ringan dan tidak merintih kesakitan. (Divine Discourse, July 7, 1968)

-BABA

Thought for the Day - 22nd January 2018 (Monday)

God has a million names. Believe that all names in all languages and all forms that man can conceive, denote the One and only God; that all hearts are motivated by the One and Only God; that all faiths glorify the One and Only God; and His adoration is best done by means of love. Cultivate that attitude of Oneness (Eka-bhava), between men of all creeds, all countries and all continents. That is the message of love, I bring. That is the message I wish you to take to heart. Foster love, live in love, spread love - that is the spiritual exercise which will yield the maximum benefit. When you recite the Name of God, remembering all the while His majesty, His compassion, His glory, His splendour, and His presence, love will grow within you. Its roots will go deeper and deeper, and its branches will spread wider and wider giving cool shelter to friend and foe, one and all. Cultivate love and share love.

Tuhan memiliki jutaan nama. Percayalah bahwa semua nama dalam semua Bahasa dan semua wujud yang manusia dapat pahami, menunjukkan pada satu-satunya Tuhan; semua hati didorong oleh satu-satunya Tuhan; dimana semua keyakinan memuliakan satu-satunya Tuhan; dan pemujaan kepada Tuhan dilakukan terbaik dengan sarana kasih. Tingkatkan sikap kesatuan itu (Eka-bhava) pada diantara manusia dari semua keyakinan, semua bangsa dan semua benua. Itu adalah pesan kasih yang Aku bawa. Itu adalah pesan yang Aku ingin engkau memperhatikannya dengan baik. Kembangkan kasih, hiduplah dalam kasih dan sebarkan kasih – itu adalah latihan spiritual yang akan menghasilkan keuntungan yang maksimal. Ketika engkau mengulang-ulang nama Tuhan, mengingat semua keagungan Tuhan, welas asih-Nya, kemuliaan-Nya, dan kehadiran-Nya, maka kasih akan mekar di dalam dirimu. Akar kasih ini akan menjalar semakin ke dalam dan semakin dalam, dan cabangnya akan menjulur dengan lebar dan semakin lebar serta memberikan keteduhan yang sejuk kepada kawan dan lawan, semuanya. Tingkatkan kasih dan bagilah kasih. (Divine Discourse, Jul 4, 1968)
-BABA

Sunday, January 21, 2018

Thought for the Day - 21st January 2018 (Sunday)

The human body, fully loaded with skills, and so capable of great adventures is a gift from God to you. Use it as a raft to cross this never-calm ocean of change (samsara) that lies between birth and death, bondage and liberation. Wake up to this primal duty when your physical and mental faculties are keen and when your power of discrimination is sharp. Do not postpone the ride on the raft, for it may become burdened with illness soon, and all your attention will have to be spent on its upkeep. Think of the incomparable joy that will surge within you when you reach the shore of liberation! Ride safe on the raging waters of worldly life; be a witness, do not crave for the fruit of action, and leave the consequences of all acts to God's will. He is the doer; you are His instrument. Practice spiritual discipline and be unaffected by defeat or victory, and establish yourself in unruffled peace.


Tubuh manusia, penuh keahlian dan mampu melakukan pertualangan yang luar biasa adalah sebuah hadiah dari Tuhan untukmu. Pergunakan tubuh ini sebagai sebuah rakit untuk menyebrangi lautan perubahan (samsara) yang tidak pernah tenang yang ada diantara kelahiran dan kematian, perbudakan dan kebebasan. Bangkitlah untuk kewajiban yang pertama ini ketika tubuh fisikmu dan kemampuan batinmu masih sangat bagus dan ketika kekuatan kemampuan membedakanmu masih tajam. Jangan menunda untuk naik ke atas rakit, karena rakit (tubuh kita) segera menjadi penuh dengan rasa sakit, dan semua perhatianmu akan habis untuk perawatan serta pemeliharaannya. Pikirkan tentang suka cita yang tiada bandingannya yang akan mengalir di dalam dirimu ketika engkau mencapai tepi pantai kebebasan! Berlayarlah dengan selamat diatas air yang bergejolak dari kehidupan duniawi; jadilah saksi, jangan mengharapkan buah dari perbuatan, dan tinggalkan akibat dari semua perbuatan pada kehendak Tuhan. Tuhan adalah sebagai pelaku; engkau adalah alat-Nya saja. Jalankan disiplin spiritual  dan tidak terpengaruh akan kekalahan atau kemenangan, dan buatlah dirimu hidup dalam kedamaian yang tenang. (Divine Discourse, Jul 4, 1968)

-BABA

Saturday, January 20, 2018

Thought for the Day - 20th January 2018 (Saturday)

Celestial spheres are revolving and disintegrating. Time is fleeting. Age follows age. Era succeeds era. Bodies that have taken birth, grow and end. But the urge to sanctify life with good works and good thoughts is nowhere evident. The fragrance of sincere spiritual practice (sadhana) is not found anywhere in the present times. Through the process of 'giving up’, great things can be achieved. Cultivate detachment, and the Lord will attach Himself to you. The past is beyond recovery; those days are gone. But tomorrow is coming towards you. Resolve to sanctify it with Love, Service and Sadhana. Love, adore and serve the Almighty Lord (Sarveshwara) who is resident in all mankind and through that realise Him. That is the highest Sadhana. Serve every being as God. Give food to the hungry, food that is the gift of Goddess Nature; give it with love and humility. Give it, sweetened with the name of the Lord.


Cakrawala berputar dan hancur. Waktu berlalu dengan cepat. Usia terus menua. Zaman berganti. Badan jasmani yang lahir, tumbuh, dan mati. Namun desakan untuk menyucikan hidup dengan kerja yang baik dan pikiran yang baik adalah tidak terlihat. Bau harum dari latihan spiritual yang tulus tidak ditemukan dimana saja pada saat sekarang. Melalui proses 'melepaskan’, hal-hal yang besar bisa diraih. Tingkatkan tanpa keterikatan, dan Tuhan akan mengikatkan diri-Nya padamu. Masa lalu tidak dapat ditarik kembali; waktu itu telah berlalu. Namun hari esok akan datang padamu. Ambil keputusan untuk menyucikannya dengan kasih, pelayanan, dan Sadhana. Sayangi, puja, dan layani Tuhan yang Maha Kuasa (Sarveshwara) yang bersemayam di dalam semua manusia dan melalui sarana itu untuk menyadari-Nya. Itu adalah latihan spiritual (Sadhana) yang tertinggi. Melayani setiap makhluk sebagai Tuhan. Berikan makanan pada mereka yang lapar, makanan merupakan anugerah dari Ibu Pertiwi; berikanlah makanan itu dengan kasih dan kerendahan hati. Berikan makanan dan dipermanis dengan nama Tuhan. (Divine Discourse, Mar 29, 1968)

-BABA

Thought for the Day - 19th January 2018 (Friday)

Life is but the interval between birth and death, a procession towards the grave that starts at the very moment of birth. Tigers lie in wait in a bush by the jungle track; when they spot their prey, at the right moment they pounce, and drag the catch to their lair. So too, death lies in wait for every being. It trails behind you with silent paws and when the hour strikes, it leaps and snaps the thread of life. In this difficult journey of life, have God as your lamp, you will reach your destination safely. Resolve this day to adopt this spiritual practice of reciting your chosen Lord’s Name always! Welcome the habit of reading epics as you welcome efficacious drugs! They cure deep-rooted illnesses of the mind. Accept mantras as medicines, to cure the phobias of the mind, the disabilities of the inner senses, and the defects of the inner consciousness. They clarify your vision and make you strong and steady on the Godward path.


Hidup hanyalah interval diantara kelahiran dan kematian, sebuah prosesi menuju kuburan yang dimulai pada saat baru lahir. Harimau berbaring menunggu di dalam semak di jalur hutan; ketika harimau itu melihat mangsanya, pada saat yang tepat harimau itu akan menerkam, dan menyerat tangkapannya dan membawanya ke dalam sarang. Begitu juga, kematian berbaring menunggu setiap makhluk. Kematian membuntutimu dengan cakarnya yang tenang dan ketika waktunya tiba, kematian itu melompat dan menggigit benang kehidupan. Dalam perjalanan hidup yang sulit ini, milikilah Tuhan sebagai lenteramu, engkau akan mencapai tujuanmu dengan selamat. Miliki keputusan mulai hari ini untuk menjalankan latihan spiritual dalam bentuk melantunkan nama Tuhan selalu! Sambutlah kebiasaan dalam membaca cerita Tuhan seperti engkau menerima obat yang mujarab! Latihan spiritual ini menyembuhkan penyakit yang mendalam dari pikiran. Terimalah mantra sebagai obat, untuk menyembuhkan penyakit ketakutan dari pikiran, ketidakmampuan batin di dalam diri, dan kerusakan kesadaran batin. Latihan spiritual ini menjernihkan pandanganmu dan membuatmu kuat dan mantap dalam jalan ke-Tuhanan.  (Divine Discourse, Mar 29, 1968)

-BABA

Thursday, January 18, 2018

Thought for the Day - 18th January 2018 (Thursday)

God's grace is like the shower of rain or sunlight. You must do some spiritual practice (sadhana) to receive it, the sadhana of keeping a pot upright to receive the rain, or opening the door of your heart so that the Sun may illumine it. Like the music that is broadcast over the radio, it is all around you; but you must switch on your receiver and tune to the wavelength so that you can enjoy it. Do at least little sadhana and pray for grace. Grace will set everything right. Grace will grant you self-realisation (Atma Sakshatkara) and other incidental benefits too like a happy contented life and a cool courageous temper established in unruffled peace. The plantain tree has bunches of fruits as its main gift. But its leaves, soft core of the trunk, and flower bud, are subsidiary items that can be profitably used. This is the nature of Grace. It fulfils a variety of wants.
Rahmat Tuhan adalah seperti curahan hujan atau sinar matahari. Engkau harus melakukan beberapa latihan spiritual (sadhana) untuk bisa menerimanya, sadhana itu seperti tetap menjaga agar wadah kita tetap menghadap ke atas untuk bisa menampung air hujan, atau membukakan pintu hatimu sehingga matahari dapat meneranginya. Seperti halnya musik yang disiarkan melalui radio; siaran itu ada di sekitarmu; namun engkau harus menghidupkan radiaonya dan menyetel gelombangnya sehingga engkau dapat menikmati musik itu. Setidaknya lakukan latihan spiritual dan memohon rahmat-Nya. Rahmat akan mengatur segalanya dengan benar. Rahmat juga akan memberikanmu kesadaran diri (Atma Sakshatkara) dan keuntungan yang lainnya juga seperti hidup yang bahagia dan watak berani yang terkendali dalam kedamaian yang tenang. Pohon pisang memiliki tandan buah sebagai pemberian utamanya. Namun daunnya, batangnya yang lembut, kuncup bunga adalah bagian-bagian tambahan yang bisa digunakan secara menguntungkan. Ini adalah kualitas dari rahmat dimana memenuhi berbagai keinginan.  (Divine Discourse, Mar 29, 1968)

-BABA

Thought for the Day - 17th January 2018 (Wednesday)

If you want to see God, you should firmly believe that you are not the body. To identify yourself with the body is but an illusion. All that is seen outside is only a reflection and is not the reality. Whatever you see and whomever you come across, consider every form as nothing but the manifestation of Divinity. Do not give scope for differences of ‘I’ and ‘you’. Wherever you see, everything in God’s creation is reaction, reflection and resound. You look into a mirror and say that you are in the mirror. In fact, you are not in the mirror. It is only your reflection that appears in the mirror. When you go behind the hill and shout “Hello”, you will immediately hear someone shouting at you with the same intensity. In fact that voice belongs to you only, not to anyone else. Whatever you see outside is the reflection of your inner being.


Jika engkau ingin melihat Tuhan, engkau seharusnya dengan mantap meyakini bahwa engkau bukanlah badan. Dengan mengidentifikasi dirimu dengan badan adalah hanya sebuah khayalan. Semua yang dilihat di luar hanyalah sebuah pantulan dan bukanlah sebuah kenyataan. Apapun yang engkau lihat dan siapapun yang engkau temui, pandang setiap bentuk tiada lain adalah perwujudan dari ke-Tuhanan. Jangan memberikan ruang bagi perbedaan tentang ‘aku’ dan ‘kamu’. Dimanapun engkau melihat, segala sesuatu dalam ciptaan Tuhan adalah reaksi, pantulan dan gema. Saat engkau melihat ke sebuah cermin dan berkata bahwa engkau ada di cermin. Sejatinya, engkau tidak ada di cermin. Itu hanya bayangan atau pantulanmu saja yang muncul di cermin. Ketika engkau pergi di belakang bukit dan berteriak “Halo”, maka engkau dengan segera mendengar seseorang berteriak kepadamu dengan intensitas yang sama. Sejatinya suara itu adalah milikmu, dan bukan milik orang lain. Apapun yang engkau lihat di luar adalah pantulan dari keberadaan di dalam dirimu. [Divine Discourse, Mar 21, 2004]

-BABA

Tuesday, January 16, 2018

Thought for the Day - 16th January 2018 (Tuesday)

Develop the quality of love. Do not hate anybody. Develop the faith that whatever happens is for your own good. Whenever you encounter any difficulty or suffering, you alone are responsible for it. Respect others. That alone will protect you. On the other hand, if you insult somebody that act will punish you. Pleasure and pain are the products of your own making. The merit or sin committed by you will follow you like a shadow. People today love to give sermons to others. But they are not following their own precepts. What value will such teachings have? All this is mere deception. Whatever teachings you may read or listen to, can never help you if you do not put them into practice. Help your fellow human beings at least in a small measure. That alone will help you. Do not blame others for the difficulties you face. Do not ever abuse others. Love all.


Kembangkan kualitas kasih sayang. Jangan membenci siapapun juga. Kembangkan keyakinan bahwa apapun yang terjadi adalah untuk kebaikanmu sendiri. Kapanpun engkau mengalami kesulitan atau penderitaan, engkau sendiri yang bertanggung jawab atas semuanya itu. Hormati yang lainnya. Hanya itu yang akan melindungimu. Sebaliknya, jika engkau menghina seseorang maka perbuatan itu akan menghukummu. Kesenangan dan rasa sakit adalah hasil dari perbuatanmu sendiri. Kebaikan atau dosa yang dilakukan olehmu akan mengikutimu seperti halnya bayangan. Orang-orang saat sekarang suka memberikan ceramah kepada yang lainnya. Namun mereka tidak mengikuti ceramah yang mereka sampaikan. Apa nilai yang dimiliki oleh ceramah seperti itu? Semuanya ini hanyalah penipuan saja. Apapun ajaran yang engkau baca atau dengarkan, tidak akan pernah dapat menolongmu jika engkau tidak menjalankannya. Bantulah sesamamu setidaknya dalam takaran yang kecil. Bantuan itu yang akan menolongmu. Jangan menyalahkan yang lain atas kesulitan yang engkau hadapi. Jangan pernah memperlakukan kasar yang lain. Kasihi semuanya. [Divine Discourse, Jan 1, 2004]

-BABA

Monday, January 15, 2018

Thought for the Day - 15th January 2018 (Monday)

Sankranti bestows immense joy on animals and birds, nature and everyone, right from a farmer to the king. Sankranti marks the beginning of the sacred time of Uttarayana (sun’s movement toward North). Names may vary, but this festival is celebrated joyously by one and all irrespective of state, religion and nationality. You too should welcome the arrival of the bounteous month of Pushya and celebrate Sankranti in its true spirit by manifesting your inner joy and sharing it with others. The word kranti means change. It signifies a change from misery to happiness, from restlessness to peace and from pain to pleasure. Happiness cannot be purchased in a market nor can it be acquired by worldly means. It should manifest from within. “Start the day with Love, fill the day with Love, end the day with Love - this is the way to God.” If you practice this, you will always remain happy and not be disturbed by sorrows and difficulties.


Sankranti menganugrahkan suka cita yang berlimpah pada binatang dan unggas, alam dan setiap orang, mulai dari petani sampai pada raja. Sankranti menandai permulaan waktu yang suci dari Uttarayana (pergerakan matahari ke arah Utara). Nama mungkin banyak, namun perayaan ini dirayakan dengan penuh suka cita oleh semuanya dan terlepas dari bangsa, agama dan negara. Engkau juga seharusnya menyambut kedatangan bulan suci Pushya dan merayakan Sankranti dalam semangat yang benar dengan mewujudkan kebahagiaan batinmu dan membaginya kepada yang lainnya. Kata “Kranti” berarti berubah. Ini menandakan sebuah perubahan dari kesedihan menuju kebahagiaan, dari kegelisahan menuju kedamaian dan dari rasa sakit menuju kesenangan. Kebahagiaan tidak dapat dibeli di pasar dan juga tidak bisa didapatkan dengan sarana duniawi. Hal ini harus terwujud dari dalam diri. “Mulai hari dengan kasih, isi hari dengan kasih dan akhiri hari dengan kasih – ini adalah jalan menuju Tuhan.” Jika engkau menjalankan hal ini, engkau akan selalu tetap bahagia dan tidak diganggu oleh penderitaan dan kesulitan. [Divine Discourse, Jan 14, 2005]

-BABA

Thought for the Day - 14th January 2018 (Sunday)

Presently people are not celebrating Sankranti in its true spirit. They confine it to mere performance of rituals, in the absence of purity and sanctity. In the past, of all the festivals, Sankranti was considered the most important. It is the day on which farmers bring home the harvested crop, feed the poor and rejoice. Vedic scholars get up during the early morning hours (Brahmamuhurta) and chant Vedic mantras, purifying the hearts of one and all. This festival also has a special significance for the householders. They invite their newly married son-in-law to their house, present them with new clothes and distribute sweets and rice puddings to all, thus the entire household abounds with joy. Cool winds, mellifluous bird songs and the sweet sugarcane crops herald the arrival of Sankranti. This festival bestows great joy and auspiciousness on farmers, householders, priests and children. It must drive away all disappointments and despair, and fill every heart with hope and enthusiasm.


Orang-orang pada saat sekarang tidak merayakan perayaan Sankranti dengan semangat yang benar. Mereka membatasinya hanya pada pertunjukkan ritual, tanpa adanya kesucian dan kemurnian. Pada masa lalu, dari semua perayaan, Sankranti adalah dianggap yang paling penting. Ini adalah hari dimana para petani membawa pulang hasil panennya, memberi makan yang miskin dan bersuka cita. Para cendekiawan Weda bangun di awal-awal pagi saat (Brahmamuhurta) dan melantunkan mantra-mantra Weda, menyucikan hati semuanya. Perayaan ini juga memiliki sebuah arti yang penting bagi rumah tangga. Mereka mengundang menantu laki-laki mereka yang baru menikah ke rumah mereka, memberikannya dengan pakaian baru dan membagikan manisan serta pudding beras kepada semuanya, jadi seluruh rumah tangga diliputi dengan suka cita. Angin yang dingin, kicauan burung yang merdu, panen tebu manis yang menghebohkan kedatangan perayaan Sankranti. Perayaan ini memberikan suka cita yang sangat besar dan kesucian pada petani, rumah tangga, pendeta dan anak-anak. Ini harus menghilangkan semua rasa kecewa dan putus asa dan mengisi setiap hati dengan harapan dan semangat. [Divine Discourse, Jan 12, 2004]

-BABA

Saturday, January 13, 2018

Thought for the Day - 13th January 2018 (Saturday)

Today people talk harsh words which hurt the feelings of others. If you see inappropriate sights, listen to bad talk, and indulge in unholy activities, you are investing time in activities which ultimately ruin you. When you misuse your senses, how can you expect to be happy and healthy? In order to enjoy perfect health, you must make sacred use of your senses. You may be a pauper or a millionaire, but God has given each one of you five senses and a heart (hridaya). Make proper use of them and sanctify your lives. That heart which is filled with compassion (daya) is hridaya. As you think, so you become (Yad bhavam tad bhavati). In order to sanctify your senses, you should utilise them in the service of others. If you cannot undertake any service activity, at least speak softly and sweetly. You cannot always oblige, but you can speak always obligingly.


Saat sekarang banyak orang berbicara dengan kata-kata yang kasar dan menyakiti perasaan yang lainnya. Jika engkau melihat pandangan yang tidak sesuai, mendengar perkataan yang buruk, dan terlibat dalam kegiatan yang tidak suci, maka engkau sedang menginvestasikan waktumu dalam kegiatan yang pada akhirnya akan menghancurkan hidupmu. Ketika engkau salah menggunakan indria, bagaimana engkau bisa mengharapkan kebahagiaan dan kesehatan? Dalam upaya untuk menikmati kesehatan yang sempurna, engkau harus menggunakan indriamu dengan suci. Engkau mungkin adalah seorang yang miskin atau milioner, namun Tuhan telah memberikan setiap orang darimu lima indria dan hati (hridaya). Gunakan semuanya itu dengan pantas dan sucikan hidupmu. Hati yang diliputi dengan welas asih (daya) adalah hridaya. Engkau menjadi sebagaimana yang engkau pikirkan (Yad bhavam tad bhavati). Untuk menyucikan indriamu maka engkau seharusnya menggunakannya untuk melayani yang lainnya. Jika engkau tidak bisa melakukan kegiatan pelayanan, setidaknya berbicara dengan sopan dan lembut. Engkau tidak bisa selalu membantu, namun engkau dapat selalu berbicara dengan sepenuh hati. [Divine Discourse, Jan 19, 2002]

-BABA

Friday, January 12, 2018

Thought for the Day - 12th January 2018 (Friday)

The foremost activity everyone should engage in is to serve fellow human beings. Instead, people are wasting precious time worrying about either the past or the future. Embodiments of love! This body is not meant to be engaged in mere eating and drinking, and thus wasting away our valuable time. We must realise the truth that God has given us this body for serving others. All great men have sanctified their lives only by serving humanity. Every limb in the human body has been granted by God for Karmopasana (worshipping God through service). Karmopasana is the only means by which the human life can be sanctified. We are undertaking various sadhanas (spiritual efforts). But, all these can give us only temporary satisfaction, not eternal joy. Our ancient sages have been able to achieve eternal joy through conscious effort. Therefore you must develop firm faith in the truth that nothing provides eternal joy, except service to humanity.


Kegiatan terpenting yang harus dilakukan setiap orang adalah melayani sesama manusia. Sebaliknya, manusia sedang menyia-nyiakan waktunya yang sangat berharga dengan mencemaskan tentang masa lalu dan masa depannya. Perwujudan kasih! Tubuh ini tidak diperuntukkan hanya untuk makan dan minum saja, dan menyia-nyiakan waktu yang begitu berharga. Kita harus menyadari kebenaran bahwa Tuhan memberikan kita tubuh ini adalah untuk melayani yang lainnya. Semua orang-orang yang hebat telah menyucikan hidup mereka hanya dengan melayani umat manusia. Setiap bagian dari anggota tubuh manusia telah diberkati oleh Tuhan untuk Karmopasana (memuja Tuhan melalui pelayanan). Karmopasana adalah satu-satunya sarana dimana hidup manusia dapat disucikan. Kita melakukan berbagai jenis sadhana (latihan spiritual). Namun, semuanya ini hanya dapat memberikan kita kepuasan sementara, bukan suka cita yang abadi. Para guru-guru suci terdahulu telah mampu mencapai suka cita yang abadi melalui usaha sadar. Maka dari itu engkau harus mengembangkan keyakinan yang mantap dalam kebenaran bahwa tidak ada apapun yang dapat memberikan suka cita abadi kecuali pelayanan kepada umat manusia. [Divine Discourse, Jan 1, 2004]

-BABA

Thursday, January 11, 2018

Thought for the Day - 11th January 2018 (Thursday)

Popular cricket and tennis matches today involve several lakhs of rupees. As sports become business with no room for human values, peace becomes a casualty. Sports and athletics must be practiced with a sense of spiritual oneness, transcending differences of nationality, language and religion to experience good health, peace and bliss. Since time immemorial, sports and athletics were intended mainly to promote health and experience joy. Today these objectives are being forgotten and replaced with commercial motives and self-interests. People cherish body attachment, resulting in one's outlook being very narrow and limited. Consequently, peace and happiness are lost. In every action in your daily living, you should be sportive and cooperative with unity and harmony. You must recognise that the indwelling Spirit (Atma) is one and the same in all beings and develop the spirit of oneness and equality. Then the Divinity present within you will be manifested and your human nature will become divine.


Pertandingan kriket dan tenis yang terkenal hari ini melibatkan beberapa puluhan juta rupiah. Seiring olahraga menjadi bisnis dengan tanpa adanya ruang bagi nilai-nilai kemanusiaan, kedamaian menjadi sebuah korban. Olahraga dan atletik harus dilatih dengan rasa kesatuan spiritual, melampaui perbedaan kewarganegaraan, bahasa dan agama untuk mengalami kesehatan, kedamaian, dan kebahagiaan yang baik. Sejak zaman dahulu kala, olahraga dan atletik ditujukan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan mengalami suka cita. Saat sekarang tujuan ini telah dilupakan dan diganti dengan motif komersial dan kepentingan pribadi. Orang-orang menghargai keterikatan pada tubuh yang mana menghasilkan pandangan seseorang menjadi sangat sempit dan terbatas. Akibatnya adalah kedamaian dan kebahagiaan menjadi hilang. Dalam setiap perbuatan di dalam hidupmu sehari-hari, engkau harus tetap sportif dan bekerjasama dengan persatuan dan kerukunan. Engkau harus menyadari bahwa jiwa yang bersemayam (Atma) adalah satu dan sama dalam semua makhluk hidup dan kembangkan semangat persatuan dan persamaan. Kemudian ke-Tuhanan yang bersemayam di dalam dirimu akan terwujud dan sifat kemanusiaanmu yang alami akan menjadi sifat Tuhan. [Divine Discourse, Jan 14, 1990]

-BABA

Thought for the Day - 10th January 2018 (Wednesday)

When the Lord’s name is pronounced by your tongue, and the image is adored by the mind, these should not degenerate into mechanical routine; the meaning of the Name and the content of the form must at the same time inspire and illumine the consciousness. Escape the routine; involve yourselves in the attitude of worship deeply and sincerely. That is the way to earn peace and content, for which all human activity ought to be dedicated and directed. Planting the sapling of the cotton-tree, how can you hope for the mango? Do it now! That is the urgency of this problem of all problems, of winning peace and contentment. If you feel hungry now, you cannot have your meals tomorrow; nor do you eat your meals now fearing that you will be hungry tomorrow. Eat when you are hungry - not before or after. Aspire now, adore now, achieve now.


Ketika nama Tuhan dilantunkan oleh lidahmu, dan wujud dari Tuhan itu dimuliakan oleh pikiran, ini seharusnya tidak merosot menjadi sebuah kegiatan rutinitas tanpa perasaan; arti dari nama dan isi dari wujud pada saat bersamaan menginspirasi dan menerangi kesadaran. Keluarlah dari rutinitas; bawalah dirimu dalam sikap ibadah dengan dalam dan tulus. Itu adalah cara untuk mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan, dimana semua aktifitas manusia seharusnya didedikasikan dan diarahkan. Dengan menanam benih pohon katun, bagaimana engkau dapat mengharapkan mangga? Lakukan sekarang! Itu adalah urgensi dari masalah ini dari semua masalah, dalam mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan. Jika engkau merasa lapar sekarang, engkau tidak bisa makan esok hari; dan engkau juga tidak makan sekarang karena takut engkau akan lapar besok. Makanlah saat engkau lapar – bukan sebelum atau sesudah. Inginkan sekarang, rindukan sekarang, raih sekarang. (Divine Discourse, Mar 5, 1968)

-BABA

Thought for the Day - 9th January 2018 (Tuesday)

Chaitanya Mahaprabhu, a great disciple of Lord Krishna, said, ‘‘Think of God incessantly. Chant His Name. There is nothing in this world except God.” He went about singing the glory of Lord Krishna in the streets. Some miscreants, jealous of his growing reputation, snatched away the cymbals from his hands. Thereafter he started playing on a drum while singing the Divine Name. The drum too was also broken by the miscreants, but he was least perturbed. He started clapping and singing bhajans, as he felt there was no need for instruments to sing the Lord’s Name. Then they beat him up mercilessly. His body started bleeding profusely, but Chaitanya continued to chant the Divine Name calmly, and within a few minutes, all blood and pain disappeared miraculously! Remember, difficulties in life do not cause any hindrance to a person pursuing a noble course of life. In spite of troubles and difficulties, they always remain at peace and contemplate on God constantly!


Chaitanya Mahaprabhu, seorang murid terbaik dari Sri Krishna, berkata, "Pikirkan Tuhan secara berkelanjutan. Kidungkan nama suci Tuhan. Tidak ada apapun di dunia ini selain Tuhan.” Chaitanya Mahaprabhu mengkidungkan kemuliaan dari Sri Krishna di jalanan. Beberapa penjahat merasa iri dengan reputasi Chaitanya yang semakin berkembang maka si penjahat merebut alat musik dari tangan Chaitanya. Selanjutnya Chaitanya mulai menggunakan  sebuah drum dalam melantunkan nama suci Tuhan. Alat musik drum itu juga dirusak oleh penjahat itu, namun beliau sedikitpun tidak terganggu. Beliau mulai menepukkan tangan dan mengkidungkan bhajan, karena beliau merasa bahwa tidak perlu sarana dalam mengkidungkan nama Tuhan. Kemudian para penjahat memukulnya tanpa ampun. Tubuhnya mulai berdarah banyak, namun Chaitanya melanjutkan untuk mengkidungkan nama suci Tuhan dengan tenang dan dalam beberapa menit, semua darah dan rasa sakit hilang secara ajaib! Ingatlah, kesulitan di dalam hidup tidak menyebabkan halangan bagi seseorang untuk mengejar jalan hidup yang mulia. Sekalipun masalah dan kesulitan, mereka selalu tetap dalam keadaan damai dan merenungkan Tuhan secara terus menerus! (Divine Discourse, May 6, 2001)

-BABA

Monday, January 8, 2018

Thought for the Day - 8th January 2018 (Monday)

The root-cause of all discontentment is envy. You can be self-satisfied only when envy is eradicated from your heart. The contented individual enjoys peaceful living. How does envy arise? Discontent over what one lacks gives birth to envy. For example, when you compare yourself with those who are better off, or hold higher office, or score higher marks, or are more good looking, you suffer from a consciousness of your own inferiority! It is a crime to entertain envy within. To get rid of this evil quality, look at those who are worse off than you. For instance, when you look at those who got lower marks, you can derive comfort from the fact that you have done better than them! Hence, get rid of envy by comparing yourself with those who are worse off. In due course you must develop a sense of equal-mindedness towards those who are better off and those who are worse. Such equal-mindedness is a Divine quality.


Akar penyebab ketidakpuasan adalah iri hati. Engkau dapat memiliki kepuasan dalam diri hanya ketika iri hati dihapuskan dari dalam hatimu. Seseorang yang merasa puas atau bersyukur dapat menikmati hidup yang penuh kedamaian. Bagaimana iri hati itu muncul? Ketidakpuasan atas apa yang kurang melahirkan sifat iri hati. Sebagai contoh, ketika engkau membandingkan dirimu sendiri dengan mereka yang lebih baik, atau memiliki jabatan yang lebih tinggi, atau mendapatkan nilai yang lebih baik, atau penampilan yang lebih baik, engkau menderita dari kesadaran sifat rendah dirimu! Ini adalah sebuah kejahatan dengan menampilkan sifat iri hati di dalam diri. Untuk menghapus sifat iri hati ini, lihatlah pada mereka yang keadaannya lebih tidak baik darimu. Sebagai contoh, ketika engkau melihat pada mereka yang memiliki nilai yang lebih rendah, engkau bisa mendapatkan kenyamanan dari kenyataan bahwa engkau telah melakukan hal yang lebih baik daripada mereka! Oleh karena itu, lenyapkan sifat iri hati dengan membandingkan dirimu sendiri dengan mereka yang lebih buruk. Pada waktunya engkau harus mengembangkan rasa berpikiran sama kepada mereka yang lebih baik dan lebih buruk. Pikiran yang sama itu adalah sifat ke-Tuhanan. (Divine Discourse, Jan 19, 1989)

-BABA

Thought for the Day - 7th January 2018 (Sunday)

It is by the stroke of supreme good fortune that you have come to the Lord. You must not let this opportunity slip. This is your chance to secure your physical, mental and spiritual well being. You have got this blessing, thanks to merit earned in some previous lives. It is not the fruit of this birth. Remember, there is no Dharma higher than Truth. Truth alone triumphs. Amongst all the attributes of God, Truth is foremost. God is hailed as Satya-vak-palakaya Namah (the Protector of Truth), the Propagator of Truth, and the Embodiment of Truth. Truth is God. Students! Youth is a crucial period in your lives. It is the stage in which your Divinity can blossomforth. It is the right time for you to strive to sublimate your speech and practice honoring your own words. Hence when you give your word once or take a pledge or make a promise, make every effort to fulfil it.

Adalah karena keberuntungan yang sangat besar maka engkau bisa datang pada Tuhan. Engkau seharusnya tidak melewatkan kesempatan ini. Ini adalah kesempatanmu untuk menjaga kesejahteraan serta kesehatan fisik, batin, dan spiritual. Engkau telah mendapatkan karunia ini, berkat kebaikan yang didapat dalam beberapa kehidupan sebelumnya. Hal ini bukanlah buah dari kelahiran saat sekarang. Ingatlah, tidak ada Dharma yang lebih tinggi daripada kebenaran. Hanya kebenaran yang menang. Diantara semua kualitas Tuhan, kebenaran adalah yang utama. Tuhan dimuliakan dengan Satya-vak-palakaya Namah (pelindung kebenaran), memajukan kebenaran, dan perwujudan dari kebenaran. Kebenaran adalah Tuhan. Para pelajar! Masa muda adalah masa yang krusial dalam hidupmu. Ini adalah tahapan dimana kualitas ke-Tuhanan dalam dirimu dapat berkembang pesat. Ini adalah waktu yang tepat bagimu untuk berusaha untuk menghaluskan perkataanmu dan mempraktikkan dalam menghormati perkataanmu sendiri. Oleh karena itu ketika engkau sekali sudah menyampaikan sesuatu atau berjanji, maka buatlah setiap usaha untuk memenuhi janji itu. (Divine Discourse, Jan 19, 1989)

-BABA

Saturday, January 6, 2018

Thought for the Day - 6th January 2018 (Saturday)

My dear students, love your parents. Obey their commands. Your parents work very hard to feed you, educate you and bring you up in life. They struggle to keep you in good mood and give you good food, good clothing and good education. If you do not respect such parents, how do you expect to be respected by society? You must bring joy to your parents through your behaviour. When you achieve high qualifications, it promotes ego, but not humility and respect towards parents and elders. Hence, cultivate the qualities of humility, respect and reverence assiduously. Only then will you become good citizens of the country. It is not necessary that everyone achieves greatness. However it is important for everyone to become good citizens. Name and fame will come today and leave tomorrow. But good name will last forever. Therefore earn a good name. Think of God always and earn His Grace. Your lives will certainly be sanctified!


Para pelajar-Ku yang terkasih, sayangi orang tuamu. Patuhi perintah mereka. Orang tuamu bekerja sangat keras untuk memberikanmu makan, mendidikmu, dan membesarkanmu di dalam hidup ini. Mereka berjuang keras untuk tetap membuatmu dalam suasana hati yang baik dan memberikanmu makanan yang baik, pakaian yang baik, dan pendidikan yang baik. Jika engkau tidak menghormati orang tua seperti itu, bagaimana engkau bisa berharap untuk bisa dihormati oleh masyarakat? Engkau harus membawa suka cita pada orang tuamu melalui tingkah lakumu. Ketika engkau mencapai kualifikasi yang tinggi maka ini akan meningkatkan ego, bukan kerendahan hati dan rasa hormat kepada orang tua dan yang lebih tua. Oleh karena itu, tingkatkan kualitas kerendahan hati dan rasa hormat dengan tekun. Hanya dengan demikian engkau menjadi warga negara yang baik. Adalah tidak perlu bagi setiap orang mencapai kehebatan. Bagaimanapun juga, adalah penting bagi setiap orang untuk menjadi warga negara yang baik. Nama dan ketenaran akan datang hari ini dan hilang esok hari. Namun nama baik akan ada selamanya. Maka dari itu dapatkan nama baik. Selalu pikirkan Tuhan dan dapatkan rahmat-Nya. Hidupmu pastinya disucikan! (Divine Discourse, Jan 12, 2004)

-BABA

Friday, January 5, 2018

Thought for the Day - 5th January 2018 (Friday)

Embodiments of Love! See that your love for God does not fluctuate according to whether your wishes are fulfilled or not. Remember that you reap the fruits of your own actions, depending on whether they are good or bad. Love of God alone can confer enduring bliss. Eschew bad qualities like hatred and envy. If you wish to lead a sacred life and have sacred experiences, you must engage yourself in sacred actions. The good and evil in the world can be changed only by the change in people’s actions. Transformation of society must start with transformation of individuals. Students! Remember that you are in a ‘golden age’ in your lives. Do not waste it. Do your duty. Love and revere your parents. Serve society. Adhere to good qualities always. Be happy and make others happy. When students cultivate humility, reverence for elders and love towards all, I feel very happy.


Perwujudan kasih! Jaga agar kasihmu kepada Tuhan tidak berubah-ubah sesuai dengan apakah permintaanmu dikabulkan atau tidak. Ingatlah bahwa engkau mendapatkan hasil dari perbuatanmu sendiri, tergantung dengan apakah perbuatanmu baik atau buruk. Hanya kasih pada Tuhan yang dapat memberikan kebahagiaan yang abadi. Hilangkan sifat-sifat buruk seperti kebencian dan iri hati. Jika engkau ingin menjalani hidup yang suci dan memiliki pengalaman yang suci, engkau harus melibatkan dirimu dalam perbuatan yang suci. Kebaikan dan kejahatan di dunia hanya dapat dirubah dengan berubahnya perbuatan dari orang-orang. Perubahan dalam masyarakat harus mulai dengan perubahan dalam individu. Para pelajar! Ingatlah bahwa engkau berada di ‘masa keemasan’ dalam hidupmu. Jangan menyia-nyiakannya. Lakukan kewajibanmu. Cintai dan hormati orang tuamu. Layani masyarakat. Selalu menjunjung tinggi sifat-sifat yang baik. Hiduplah bahagia dan buatlah yang lain juga bahagia. Ketika para pelajar meningkatkan kerendahan hati, rasa hormat pada orang tua dan kasih sayang kepada semuanya, Aku merasa sangat-sangat senang. (Divine Discourse, Jan 1, 1998)

-BABA

Thursday, January 4, 2018

Thought for the Day - 4th January 2018 (Thursday)

Life is a newspaper; read casually a few columns and headlines that catch your fancy and throw it aside. Do not consider it any more important than that. Remember, today’s newspaper, is tomorrow’s 'waste paper'! So too, life is worth only a casual perusal! One birth is enough; let the death coming to you in this life be the last. You are all caskets of divine Love; share it and spread it. Express that Love in acts of service, words of sympathy, and thoughts of compassion. Just as when you wake up from sleep you know that the dream you had was a matter of minutes, even though the chain of events dreamt spanned many years, this life too will appear a transient affair when you awaken into jnana (supreme wisdom) after this brief 'dream of life’. Be always full of joy so that when death calls, you can quit with a light laugh, without whimpering in grief. I bless you to shape your life to attain that supreme everlasting bliss!

Hidup adalah sebuah surat kabar; membaca dengan detail secara tenang beberapa kolom dan berita utama yang menarik perhatianmu dan setelah membacanya koran itu dibuang. Jangan menganggap surat kabar lebih penting daripada itu. Ingatlah, surat kabar hari ini adalah limbah kertas di esok hari! Begitu juga, hidup hanya bernilai saat dijalani dengan tenang! Satu kelahiran adalah cukup; biarkan kematian datang padamu dalam hidup ini menjadi yang terakhir. Engkau semuanya adalah peti mati kasih Tuhan; bagilah dan sebarkan kasih Tuhan ini. Ungkapkan kasih Tuhan dalam perbuatan pelayanan, kata-kata penuh simpati, dan pikiran welas asih. Hanya ketika engkau terbangun dari tidur maka engkau mengetahui bahwa mimpi yang engkau alami adalah hitungan menit, walaupun rangkaian kejadian yang engkau mimpikan terbentang bertahun-tahun, hidup ini juga akan muncul sebagai sebuah peristiwa yang sementara ketika engkau terbangun dalam jnana (kebijaksanaan tertinggi) setelah ini 'mimpi hidup’ adalah singkat. Selalulah penuh dengan suka cita sehingga saat kematian menjemputmu, engkau dapat terlepas dengan tawa ringan, tanpa merintih kesakitan. Aku memberkatimu untuk membentuk hidupmu dalam mencapai kebahagiaan yang tertinggi dan abadi! - Divine Discourse, Jul 7, 1968

-BABA