Friday, March 22, 2024

Thought for the Day - 22nd March 2024 (Friday)

You have to read the newspaper to know how mad and foolish the world is; how futile is heroism, how momentary the glory; and after perusing it for the information it conveys, you throw it aside; it is now a tasteless waste. So too, live but once; so live that you are born but once. Do not fall in love with the world so much that your false fascination brings you again and again into this delusive amalgam of joy and grief. Unless you stand back a little, away from entanglement with the world, knowing that it is all a play whose director is God, you are in danger of being too closely involved. Use the world as a training ground for sacrifice, service, expansion of the heart, and cleansing of the emotions. That is the only value it has. Do not waste time purposelessly; let every moment be Bhajana. Know the purpose of Bhajana or Namasmarana and devote yourself wholeheartedly to it; derive the maximum benefit from the years allotted to you. 


- Divine Discourse, Mar 28, 1967.

Rise every day with the thought of God; spend every day with the name of God; go back to bed with the thought of His glory as enshrined in His name.


Engkau telah membaca surat kabar untuk mengetahui betapa gila dan bodohnya dunia ini; betapa sia-sianya kepahlawanan, begitu sementaranya kejayaan itu; dan setelah membaca dengan teliti informasi yang disampaikan, engkau membuang surat kabar itu; sekarang surat kabar itu menjadi limbah yang tidak ada nilainya. Begitu juga, hiduplah hanya sekali saja; jadi hiduplah bahwa engkau dilahirkan hanya sekali saja. Jangan jatuh cinta pada dunia begitu besar sehingga pesona yang salah itu membawamu berulang kali dalam campuran suka dan duka yang ilusi ini. Kecuali jika engkau mundur sedikit, menjauh dari keterikatan dengan dunia, mengetahui bahwa itu semua adalah drama yang sutradaranya adalah Tuhan, engkau dalam bahaya karena terlibat terlalu dekat. Gunakan dunia sebagai tempat latihan untuk berkorban, melayani, mengembangkan hati, dan membersihkan emosi. Hanya ini nilai yang dimiliki dunia. Jangan menghabiskan waktu tanpa tujuan; jadikan setiap moment sebagai Bhajana. Ketahuilah tujuan dari Bhajana atau Namasmarana dan dedikasikan dirimu sendiri sepenuh hati untuk itu; dapatkan keuntungan yang maksimal dari tahun-tahun yang diberikan kepadamu. 


- Divine Discourse, Mar 28, 1967.

Bangkitlah setiap hari dengan memikirkan Tuhan; habiskan setiap hari dengan nama suci Tuhan; pergilah ke tempat tidur dengan memikirkan kemuliaan Tuhan yang diabadikan dalam nama-Nya.


Thursday, March 21, 2024

Thought for the Day - 21st March 2024 (Thursday)

To lead a good life, constant prompting from God within is a great help. That inspiration can be obtained only by constantly reciting the Lord's Name and calling on the inner springs of Divinity. The Name is so valuable an instrument to win His Grace, to realise His presence, to picture His form, and to remember His glory, that even if it is repeated from the heart once in the morning, and once in the evening, that will make the griham a griham (a home), instead of a guha (cave)! The lamp of the Name when it is lit will illumine the household and make it a home, instead of a cave. If a lamp is kept burning in a room, it may go out when winds blow in from the windows. The senses (indriyas) are the windows and when they are open, the lamp of the Name will not burn steadily. So keep the external-facing windows (senses) closed to the influences that attract, and concentrate on the Name of the Lord and its beauty and sweetness! 


- Sathya Sai Speaks, Vol 6, Ch 27.

All evil thoughts and wicked plans and plots will disappear like fog before the Sun when the Name of God is remembered sincerely.


Untuk menjalani hidup yang baik, dorongan hati secara konstan dari Tuhan di dalam diri adalah sebuah bantuan yang begitu besar. Inspirasi tersebut hanya dapat diperoleh melalui pengulangan nama suci Tuhan terus menerus dan memanggil sumber keilahian di dalam diri. Nama adalah sarana yang sangat berharga untuk mendapatkan Rahmat-Nya, untuk menyadari kehadiran-Nya, untuk menggambarkan wujud-Nya, dan untuk mengingat kemuliaan-Nya, dan jika nama itu diulang-ulang dari hati di pagi hari, dan di sore hari, maka nama itu akan membuat griham sebagai griham (rumah), dan bukannya sebuah guha (gua)! Lentera dari nama itu ketika dinyalakan akan menerangi rumah tangga dan menjadikannya rumah dan bukan sebuah gua. Jika sebuah lampu dibiarkan menyala di dalam rumah, lampu tersebut bisa mati ketika angin berhembus dari jendela. Indria adalah jendela dan ketika jendela-jendela itu dibuka, lampu nama itu tidak menyala terus menerus. Jadi tutuplah jendela-jendela indria yang mengarah keluar pada pengaruh-pengaruh yang menarik, dan pusatkan perhatian pada nama suci Tuhan dan keindahan serta rasa manis-Nya! 


- Sabda Sathya Sai, Vol 6, Ch 27.

Semua pikiran dan rencana jahat akan lenyap seperti kabut dihadapan matahari ketika nama Tuhan diingat dengan tulus.

Tuesday, March 12, 2024

Thought for the Day - 12th March 2024 (Tuesday)

If love forms part of your nature, Satya or Truth will be present. When your thoughts emanate from a mind purified by love, they will result in Dharma (Right Action). When love becomes part of your experience, thoughts and actions, you get Shanti (Peace). When we comprehend Love clearly, Ahimsa or non-violence will result automatically. So love is the unseen undercurrent binding all the four values. It can be summarised thus: Love plus thoughts is Satya; love plus feelings is Shanti; love plus action is Dharma and love plus understanding is Ahimsa. Love is the common denominator for all these values. It is the form of God, for God is love. One who gives love is a man and one who fails to nourish this love is a beast. Love, or absence of love makes one an animal, man or God. The nurturing of love is possible only in a tender heart. Because of attachment to worldly objects, that tenderness is lost.


- Divine Discourse, Jan 25, 1985.

To foster love is the purpose of all spiritual endeavor.


Jika wujud kasih menjadi bagian dari sifat alamimu, Satya atau kebenaran akan hadir. Ketika pikiranmu muncul dari pikiran yang dimurnikan oleh kasih, maka pikiran itu akan menghasilkan Dharma (kebajikan). Ketika kasih menjadi bagian dari pengalamanmu dalam pikiran dan perbuatan maka engkau mendapatkan Shanti (kedamaian). Ketika kita memahami kasih dengan jelas, maka Ahimsa atau tanpa kekerasan akan menjadi hasilnya secara otomatis. Jadi kasih adalah arus bawah yang tidak terlihat mengikat keempat nilai-nilai itu. Hal ini dapat disimpulkan menjadi: kasih ditambahkan pikiran adalah Satya; kasih ditambahkan perasaan adalah Shanti; kasih ditambahkan tindakan adalah Dharma dan kasih ditambahkan pemahaman adalah Ahimsa. Kasih adalah penyebut yang sama bagi nilai-nilai ini. Kasih adalah wujud dari Tuhan, karena Tuhan adalah kasih. Seseorang yang memberikan kasih adalah manusia dan seseorang yang gagal memelihara kasih ini adalah binatang. Kasih, atau tanpa adanya kasih membuat seseorang menjadi binatang, manusia atau Tuhan. Pengembangan kasih hanya mungkin di dalam hati yang lembut. Karena keterikatan pada objek-objek duniawi, kelembutan itu telah hilang. 


- Divine Discourse, Jan 25, 1985.

Untuk mengembangkan kasih adalah tujuan dari seluruh usaha spiritual.

Saturday, March 9, 2024

Thought for the Day - 9th March 2024 (Saturday)

According to Numerology, the first three syllables of the word Shivaratri - Shi, va and ra - connote the numbers 5, 4 and 2, and the fourth syllable, tri, means 'three.' 5, 4 and 2 make one whole, one composite picture of the eleven Rudras. Rudra means, "the one who makes man weep." The eleven Rudras are: the five senses of perception, the five senses of action, and the mind. These, by leading man astray in pursuit of trivial and transitory pleasures, ruin him and make him weep. But the Atman, if it is sought and relied upon, sheds its rays on the eleven and makes them meaningful partners in the progress of man towards self-realisation. The rays from the Atman illumine the intelligence. The illumined intelligence alerts the mind and the alerted mind gets control of the senses, making the path clear for the person to proceed through knowledge to wisdom.


- Divine Discourse, Mar 7, 1978.

When the mind is drawn by yearning to know the Lord, all other low desires diminish and disappear. Then, knowledge of Atma is attained.


Menurut Numerologi, tiga suku kata pertama dari kata Shivaratri yaitu - Shi, va dan ra – berarti angka 5, 4 dan 2, sedangkan suku kata keempat yaitu tri, berarti 'tiga.' 5, 4 dan 2 menjadi satu keseluruhan, satu gambar gabungan dari sebelas Rudra. Rudra berarti, "yang membuat manusia menangis." Sebelas Rudra adalah: lima Indera persepsi, lima Indera tindakan, dan pikiran. Kesemuanya ini mengarahkan manusia menjadi tersesat dalam pengejaran kesenangan yang sementara dan sepele, menghancurkan manusia dan membuatnya menangis. Namun Atman, jika dicari dan diandalkan, akan memancarkan sinarnya pada kesebelas bagian itu dan membuatnya menjadi mitra yang berguna dalam kemajuan manusia menuju pada realisasi diri yang sejati. Sinar dari Atman menerangi kecerdasan. Kecerdasan yang tercerahkan akan mengingatkan pikiran dan pikiran yang waspada akan mengendalikan indera, membuat jalan yang jelas bagi orang tersebut untuk berjalan melalui pengetahuan menuju kebijaksanaan.


- Divine Discourse, Mar 7, 1978.

Ketika pikiran ditarik dengan kerinduan untuk mengetahui Tuhan, semua keinginan rendahan akan berkurang dan lenyap. Kemudian, pengetahuan Atma yang akan tercapai.

Friday, March 8, 2024

Thought for the Day - 8th March 2024 (Friday)

Man should seek God alone. Once God's grace is secured, all else will be got with ease. For this, man must get rid of attachment, fear and hatred. He must perform all actions as an offering to God, who is omnipresent. The vigil and fasting observed on Shivaratri night have become a farce. True vigil and fasting consist of concentrating one's thoughts on God during the whole night. God's grace is a direct sequel to one's actions. Each one must examine and see in what spirit one is performing one’s worship. The Divine can be realised only through Shraddha and Vishvasa (steadfastness and faith). The Divine is within everyone. Once man recognises this fact, he will give no room for bad qualities. Embodiments of Divine Love! Dedicate yourselves to the performance of your duties. Do not waste your time or that of others in idle talk. Starting with the duties of the individual, man should aim at achieving oneness with the Divine as the ultimate goal. Shivaratri is an auspicious occasion for concentrating the mind on God. Devote at least this one night entirely to the contemplation of God, to the exclusion of all other thoughts and worries. 


- Divine Discourse, Feb 19, 1993

Mahashivaratri is dedicated to the disintegration of the aberrations of the mind, and so, of the mind itself, by dedicating oneself to Shiva, God.


Manusia seharusnya hanya mencari Tuhan. Sekali Rahmat Tuhan didapatkan, semua yang lainnya akan mudah didapatkan. Untuk ini, manusia harus melenyapkan keterikatan, ketakutan dan kebencian. Manusia harus menjalankan semua perbuatan sebagai sebuah persembahan kepada Tuhan, yang ada dimana-mana. Tidak tidur dan puasa yang dilakukan pada malam Shivaratri telah menjadi sebuah lelucon. Tidak tidur dan puasa dalam arti yang sesungguhnya terdapat dalam terpusatnya pikiran seseorang pada Tuhan sepanjang malam. Rahmat Tuhan adalah kelanjutan lansung dari perbuatan seseorang. Setiap orang harus memeriksa dan melihat apa motif seseorang dalam melakukan persembahyangan. Tuhan dapat disadari hanya melalui Shraddha dan Vishvasa (ketabahan dna keyakinan). Tuhan bersemayam di dalam diri setiap orang. Sekali manusia menyadari kenyataan ini, dia tidak akan memberikan ruang bagi sifat-sifat yang buruk. Perwujudan kasih Tuhan! Dedikasikan dirimu sendiri untuk menjalankan kewajibanmu. Jangan menyia-nyiakan waktumu atau waktu orang lain dalam gosip. Mulai dari kewajiban diri, manusia harus memiliki tujuan untuk mencapai penyatuan dengan Tuhan sebagai tujuan terakhir. Shivaratri adalah sebuah perayaan suci untuk memusatkan pikiran pada Tuhan. Persembahkan setidaknya satu malam ini seluruhnya untuk merenungkan Tuhan, dengan mengesampingkan semua pikiran lainnya dan kecemasan. 


- Divine Discourse, Feb 19, 1993

Mahashivaratri didedikasikan untuk menghancurkan penyimpangan pikiran, dan juga pikiran itu sendiri dengan mendedikasikan diri pada Shiva, Tuhan.

Thursday, March 7, 2024

Thought for the Day - 7th March 2024 (Thursday)

Shivaratri makes one aware that the same Divinity is all-pervasive, and found everywhere. In our daily experiences, there are a number of instances which reveal the existence of Divinity in every person. Consider a cinema; on screen, we see rivers in flood, engulfing all surrounding land. Even though the scene is filled with flood waters, the screen does not get wet by even a drop of water. At another time, on the same screen, we see volcanoes erupting with tongues of flame, but the screen is not burnt. The screen which provides the basis for all these pictures is not affected by any of them. Likewise in the life of man, good or bad, joy or sorrow, birth or death, will come and go, but they do not affect the Atma! In the cinema of life, the screen is the Atma; It is Shiva, it is Shankara, it is Divinity. When one understands this principle, one will be able to understand, enjoy and find fulfilment in life! 


- Divine Discourse, Feb 17, 1985.

All forms merge in the Formless at last. Shiva is the Principle of the destruction of all names and forms, of all entities and individuals.


Shivaratri membuat seseorang menyadari bahwa ke-Tuhan-an yang sama adalah meliputi semuanya, dan ditemukan dimana saja. Dalam pengalaman kita sehari-hari, ada beberapa contoh yang mengungkapkan keberadaan Tuhan dalam diri setiap orang. Bayangkan bioskop; di atas layar, kita melihat air sungai meluap, menggenangi semua daratan sekitar. Walaupun layar dibanjiri dengan air bah, layar tersebut tidak menjadi basah bahkan oleh setetes airpun. Pada kesempatan lainnya, di layar yang sama kita melihat ada gunung Merapi yang Meletus dengan nyala api yang berkobar, namun layar itu tidak terbakar. Layar yang menjadi dasar dari semua tayangan tadi tidak terpengaruh oleh semua yang muncul. Sama halnya dalam hidup manusia, baik atau buruk, suka atau duka cita, kelahiran atau kematian, akan datang dan pergi, namun semuanya itu tidak mempengaruhi Atma! Dalam bioskop kehidupan, layar itu sama dengan Atma; ini adalah Shiva, ini adalah Shankara, ini adalah ke-Tuhan-an. Ketika seseorang memahami prinsip ini, seseorang anak mampu memahami, menikmati dan mendapatkan pemenuhan dalam hidup! 


- Divine Discourse, Feb 17, 1985.

Semua bentuk akhirnya menyatu dalam yang tidak berwujud. Shiva adalah prinsip pelebur dari semua nama dan wujud, dari semua entitas dan individual.