Thursday, November 30, 2017

Thought for the Day - 30th November 2017 (Thursday)

The bee hovers around the lotus, it sits upon it, it drinks the nectar; while drinking the sweet intoxicating honey, it is silent, steadfast, concentrated, and forgetful of all else. That pure love (prema) is experienced by the inner I, which is the reflection of the real I, your Divine Soul (Atma). Every individual behaves exactly like the bee when they are immersed in the presence of God. The hum of the bee ceases and it is silent once the drinking of the nectar begins. So also, people argue, fight, condemn, and assert only until they discover the sweet essence of Divinity (rasa). The Divine rasa or essence is prema rasa, the sweetness of pure love. Where there is love, there can be no fear, no anxiety, no doubt, and no ashanti (absence of peace). When you are afflicted with restlessness and agitation, you can be sure that your love is narrow, restricted, and it has some ego or selfishness mixed in it.


Lebah terbang melayang di sekitar bunga teratai dan meminum nektarnya; sambil minum madu manis yang memabukkan, lebah itu tenang, tidak tergoyahkan, fokus dan melupakan semua yang lainnya. Cinta kasih yang murni itu (prema) dialami oleh sang diri di dalam, yang mana merupakan pantulan dari jati diri yang sejati, jiwa ilahimu (Atma). Setiap individu bertingkah laku sama persis dengan lebah ketika mereka tenggelam dalam kehadiran Tuhan. Suara dengung lebah berhenti dan tenang saat minum nektar dimulai. Begitu juga, manusia berdebat, bertengkar, menyalahkan, dan memaksakan hanya sampai manusia menemukan intisari manis dari ke-Tuhanan (rasa). Cita rasa ke-Tuhanan atau intisari adalah prema rasa, rasa paling manis dari cinta kasih yang murni. Dimana ada kasih, maka tidak akan ada rasa takut, tidak ada kecemasan, tidak ada keraguan, dan tidak adanya ashanti (hilangnya kedamaian). Ketika engkau menderita kegelisahan dan keresahan, engkau dapat memastikan bahwa cinta kasihmu masih sempit, terbatas, dan juga masih ada ego atau mementingkan diri sendiri yang tercampur di dalamnya. [Divine Discourse, Feb 26, 1968]

-BABA

Thought for the Day - 29th November 2017 (Wednesday)

Do not demean your talents; when you dive deep into yourselves you can discover the source of all strength. Ants creeping over a huge rock, millions of them, can carve a deep groove along their path. The minute feet of the ant have that power. You might have seen on the walls around the village wells, deep holes produced on granite slabs by the continuous placing of water pots! The pots are made of mud, but over years they erase even the hardest granite! The embodiment of the Self (Atma-swarupa) that you are is not an embodiment of insignificance (alpa-swarupam)! The Atma is not anaemic. It is a powerful dynamo, capable of generating enormous power. Your spiritual teacher (Guru) shows you the goal (guri); but, you must generate the power yourself, by your own spiritual effort.


Jangan merendahkan bakatmu; ketika engkau menyelam ke dalam dirimu sendiri maka engkau dapat menemukan sumber dari semua kekuatan. Semut merambat di atas sebuah batu yang besar, jutaan dari semut dapat mengukir alur yang dalam sepanjang jalan yang mereka lalui. Kaki-kaki kecil dari semut memiliki kekuatan itu. Engkau mungkin telah melihat pada dinding di sekitar sumur di desa, lubang dalam yang terbentuk pada lempingan granit dengan terus-menerus menempatkan pot air! Pot itu terbuat dari lumpur, namun selama bertahun-tahun pot ini bahkan lebih keras daripada granit! Perwujudan diri sejati (Atma-swarupa) bahwa engkau bukanlah perwujudan dari yang tidak berarti (alpa-swarupam)! Atma bukanlah kurang energi. Atma adalah dinamo yang sangat kuat, mampu menghasilkan energi yang sangat besar. Guru spiritualmu (Guru) memperlihatkan kepadamu tujuan (guri); namun, engkau harus menghasilkan energi sendiri, dengan usaha spiritualmu sendiri. [Divine Discourse, Nov 23, 1964]

-BABA

Tuesday, November 28, 2017

Thought for the Day - 28th November 2017 (Tuesday)

Lord Krishna demonstrated that if you practise the spiritual exercise of living in the constant presence of God, you are bound to achieve victory. Take Him as your charioteer; He will steer you through the heaviest of odds. He has no favourites or rivals. Like fire, He spreads warmth to all near Him. If you do not feel the warmth, do not blame Him: blame yourself! Hiranyakashipu said, 'He is nowhere' and so, God was nowhere for him; Prahlada asserted 'He is everywhere,' and He appeared from the pillar to prove him true. God did not run into the pillar to come out of it! He was there all along, just as in everything else! He just made Himself visible! I am also like that; if you accept Me and say yes, I too respond and say, “Yes, yes, yes”! If you deny and say, no, I also echo, “no”. Come, examine, experience and have faith; that is the best way to profit from Me.


Sri Krishna mengungkapkan bahwa jika engkau menjalankan latihan spiritual dengan hidup dalam kesadaran Tuhan maka engkau dipastikan akan mencapai kemenangan. Jadikan Tuhan sebagai pengemudimu; Tuhan akan mengemudikanmu melalui rintangan yang paling berat. Tuhan tidak memiliki yang disenangi atau yang disaingi. Seperti halnya api, Tuhan menyebarkan kehangatan kepada semua yang dekat dengan-Nya. Jika engkau tidak merasakan kehangatan, jangan menyalahkan Tuhan; namun salahkan dirimu sendiri! Hiranyakashipu berkata, 'Tuhan tidak ada dimana-mana (nowhere)' dan demikian Tuhan tidak ada bagi Hiranyakasipu; Prahlada menegaskan 'Tuhan ada dimana-mana,' dan Tuhan muncul dari pilar untuk membuktikan kebenarannya. Tuhan tidak masuk ke dalam pilar dan kemudian keluar dari pilar! Tuhan memang ada disana, sama halnya Tuhan ada di dalam segalanya! Tuhan hanya membuat diri-Nya dapat dilihat! Aku juga seperti itu; jika engkau menerima-Ku dan mengatakan ya, Aku juga menjawab dan berkata, “Ya, ya, ya”! Jika engkau menyangkal dan mengatakan, tidak, Aku juga menjawab hal yang sama, “tidak”. Datang, uji, alami, dan miliki keyakinan; itu adalah jalan terbaik untuk mendapatkan keuntungan dari-Ku. [Divine Discourse, Nov 23, 1964]

-BABA

Thought for the Day - 27th November 2017 (Monday)

I will tell you today what is beneficial to you, which you must put into daily practice. Develop renunciation with regards to your own needs and wishes. Examine each on the touchstone of essentiality. When you pile up things in your apartment, you only promote darkness and dust; so also, do not collect and store too many materials in your mind. Travel light. Have just enough to sustain life and maintain health. The pappu (dish of lentils) must have only enough uppu (salt) to make it relishing; do not spoil the 'dal' with extra salt. Life becomes difficult to bear, if you add too much desire to it. Limit your desires to your capacity and amongst them, choose those that grant lasting joy. Do not run after fashion and public approval and strain your resources. Stick to your own code of rules that regulate your life based on your spiritual progress. Place the needs and joys of others first, as more important than yours!


Aku akan mengatakanmu hari ini bahwa apa yang menguntungkan bagimu, yang mana engkau harus jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Kembangkan melepaskan keakuan untuk kebutuhan dan keinginanmu sendiri. Periksa masing-masing pada batu uji yang bersifat mendasar. Ketika engkau menimbun barang-barang di dalam apartemenmu, engkau hanya menebalkan debu dan kegelapan; begitu juga, jangan mengumpulkan dan menyimpan terlalu banyak barang di dalam pikiranmu. Berjalanlah dengan ringan. Milikilah secukupnya untuk menopang hidup dan menjaga kesehatan. Pappu (makanan kacang-kacangan) hanya harus berisi cukup uppu (garam) untuk membuatnya menjadi bisa dinikmati; jangan menyia-nyiakan 'dal' dengan garam yang berlebihan. Hidup menjadi sulit dihadapi, jika engkau menambahkan terlalu banyak keinginan. Batasi keinginanmu pada kapasitasmu dan diantara semuanya itu pilih yang dapat memberikan suka cita yang kekal. Jangan mengikuti kebiasaan dan persetujuan masyarakat umum serta memaksakan sumber dayamu. Berpegang teguh pada pedoman hidupmu yang mengatur hidupmu berdasarkan pada kemajuan spiritualmu. Tempatkan kebutuhan dan suka cita yang lain pertama, sama lebih pentingnya dari milikmu! [Divine Discourse, Aug 19, 1964]

-BABA

Monday, November 27, 2017

Thought for the Day - 26th November 2017 (Sunday)

Everyone is now seeking comfort and pleasure; that seems to be the be-all and end-all. If you tell people that they can eat whatever they like and as much as they like, they are delighted; if you add that they might develop, as a consequence, some illness or other, they will treat you as an enemy! No regimen or control is popular. But strength is derived only from control, from restraint and regulation. People become tough and capable of endurance only if they welcome hardships. Struggle, and you get the strength to succeed. Seek the basis for the seen in the unseen. The tall skyscraper has a deep base reaching into the earth. This seen world has as its base the unseen Paramathma (Supreme Lord)! Your body is the god-gifted instrument through which you can search, investigate, and discover that base.


Setiap orang sekarang sedang mencari kenyamanan dan kesenangan; hal itu kelihatan menjadi segalanya dan tujuan dari semuanya. Jika engkau meminta orang-orang bahwa mereka dapat makan apapun yang mereka sukai dan sebanyak yang mereka mau maka mereka akan menjadi sangat senang; jika engkau menambahkan dengan bahwa mereka bisa mendapatkan beberapa penyakit atau yang lainnya sebagai dari akibat makan maka mereka akan menganggapmu sebagai musuh! Tidak ada aturan atau pengendalian adalah popular saat sekarang. Namun kekuatan hanya bisa didapatkan melalui pengendalian, pengaturan, dan pengekangan. Manusia menjadi kuat dan mampu serta memiliki ketahanan hanya jika manusia menerima penderitaan. Berjuanglah maka engkau akan mendapatkan kekuatan untuk berhasil. Carilah dasar untuk dapat melihat yang tidak terlihat. Gedung pencakar langit memiliki dasar yang dalam di dalam tanah. Dunia yang nampak ini memiliki dasarnya yang tidak kelihatan yaitu Paramathma (Tuhan yang tertinggi)! Tubuhmu adalah pemberian dari Tuhan dimana sebagai sarana yang dapat engkau pakai dalam mencari, menyelidiki, dan mengungkapkan dasarnya. [Divine Discourse, Nov 23, 1964]

-BABA

Thought for the Day - 25th November 2017 (Saturday)

You might say that the karma from previous birth must be consumed in this birth and that no amount of grace can save you. Evidently someone has taught you to believe so. I assure you, you need not suffer from karma like that. When severe pain torments you, the doctor gives you a morphine injection (pain-killer), and you do not feel the pain though it is there in your body. Grace is like morphine; the pain is not felt, though you go through it! Grace takes away the malignity of the karma which you undergo. Just like dated drugs are declared ineffective after a certain date, with Grace, the effect of karma is rendered null, though the account is there! Hence, it is wrong to say the ‘Lalata likhitam’ (fate written on the forehead) cannot be rendered ineffective. Grace can surpass anything; nothing can stand in its way. Remember, it is the grace of the ‘All-mighty’!


Engkau mungkin berpikir bahwa karma dari kelahiran yang lalu harus diterima dalam kelahiran ini dan tidak ada rahmat yang dapat menyelamatkanmu. Dengan jelas seseorang telah mengajarkanmu untuk mempercayainya. Aku meyakinkan dan menjaminmu bahwa engkau tidak perlu menderita dari karma seperti itu. Ketika rasa sakit yang sangat menyakitkan menyiksamu maka dokter memberikanmu suntikan penghilang rasa sakit, dan engkau tidak merasa sakit walaupun rasa sakit itu ada di dalam dirimu. Rahmat Tuhan adalah seperti suntikan penghilang rasa sakit; rasa sakit itu tidak dirasakan lagi walaupun engkau mengalaminya! Rahmat Tuhan menghilangkan penyakit karma yang engkau alami. Sama halnya seperti tanggal kadaluarsa pada obat dimana obat tidak akan efektif pada tanggal tertentu, dengan rahmat Tuhan maka pengaruh dari karma dijadikan menjadi nol walaupun catatan karma itu masih ada! Oleh karena itu, adalah salah mengatakan ‘Lalata Likhitam’ (takdir tertulis di dahi) tidak bisa dijadikan tidak berlaku. Rahmat dapat melampaui apapun; tidak ada apapun yang dapat menghalanginya. Ingatlah, ini adalah rahmat Yang Maha Kuasa [Divine Discourse, Nov 23, 1964]

-BABA

Friday, November 24, 2017

Thought for the Day - 24th November 2017 (Friday)

In the present times, there is none fully good, and so who deserves the protection of God? All are tainted by wickedness! Will anyone survive if God decides to uproot evil? Therefore I have to correct the buddhi (intellect) by various means; I have to counsel, help, command, condemn and standby as friend and well-wisher to all, so that they may give up evil propensities, recognise the straight path, tread it and reach the goal. I have to reveal to the people the worth of the Vedas and the scriptural texts, which lay down the norms. The easiest path to self-realisation is the surrender of the ego. Arjuna surrendered and so the war he was engaged was transformed into a yajna, a sacrifice! Daksha performed a yajna, but was so full of egoism and chose not to surrender! So his yajna was transformed into a war filled with hate. Do not pit your tiny ego against the Almighty; leave it to His Will and you will enjoy lasting peace.


Pada saat sekarang, tidak ada seorangpun yang benar-benar baik, dan siapa yang layak berhak mendapatkan perlindungan dari Tuhan? Semuanya dinodai oleh kejahatan! Akankah ada yang dapat bertahan hidup jika Tuhan memutuskan untuk menghancurkan kejahatan? Maka dari itu Aku telah memperbaiki buddhi (kecerdasan) dengan berbagai jenis sarana; Aku harus menasihati, membantu, memerintahkan, menghukum, dan bersiap-siap sebagai teman dan mengharapkan kebahagiaan bagi semuanya, sehingga melepaskan kecenderungan jahatnya, menyadari jalan yang lurus, menapaki jalan itu dan mencapai tujuan. Aku harus mengungkapkan kepada manusia nilai luhur dari Weda dan naskah suci, yang memuat semua norma-norma yang ada. Jalan yang paling gampang untuk mencapai kesadaran diri adalah menyerahkan ego. Arjuna berserah diri, sehingga perang yang dijalaninya dirubah menjadi sebuah Yajna, sebuah kurban suci! Daksha melakukan sebuah Yajna, namun penuh dengan ego dan memilih untuk tidak berserah diri! Sehingga Yajnanya dirubah menjadi perang yang diliputi dengan kebencian. Jangan mengadu egomu yang sangat kecil melawan Yang Maha Kuasa; serahkan ego itu pada kehendak-Nya dan engkau akan menikmati kedamaian yang kekal. [Divine Discourse, Nov 23, 1964]

-BABA

Thought for the Day - 23rd November 2017 (Thursday)

Embodiments of the Divine Self! You are celebrating today as the Birthday of Swami, and deriving divine bliss (ananda) through various programs carried on with enthusiasm; but in fact, I have no wish to consider this as a special day! Such desire, does not exist in Me at any time, in this or any other sojourn. I need nothing, however great or small, in this Universe! I have come with one purpose: To reveal to everyone of you the mystery of your reality and the goal of your life! What you should place before Me as offering is Pure Love from within. When you offer Me that, I derive Ananda! From today, spend your days and years in activities that help and care for those who are in dire need, and make this human existence of yours worthwhile and fruitful. Conduct yourself appropriately and realise the goal of your life. My blessings to you!


Perwujudan diri yang ilahi! Hari ini engkau sedang merayakan ulang tahun Swami, dan mendapatkan kebahagiaan ilahi (ananda) melalui berbagai jenis program yang dilakukan dengan semangat; namun sejatinya, Aku tidak menganggap hari ini sebagai hari yang istimewa! Keinginan seperti itu, tidak ada pada diri-Ku pada kapanpun juga, dalam persinggahan ini atau yang lainnya. Aku tidak membutuhkan apapun, betapa besar atau kecilnya, di alam semesta ini! Aku telah datang dengan satu tujuan: untuk mengungkapkan kepada setiap orang darimu tentang misteri kenyataanmu yang sejati dan tujuan dari hidupmu! Apa yang seharusnya engkau letakkan di depan-Ku sebagai persembahan adalah kasih yang suci dari dalam diri. Ketika engkau mempersembahkan itu pada-Ku, maka Aku mendapatkan Ananda! Mulai dari hari ini, lewatkan hari-harimu dan tahun-tahunmu dalam kegiatan untuk membantu dan merawat orang-orang yang sangat membutuhkan, dan buatlah keberadaanmu sebagai manusia menjadi berguna dan bermanfaat. Atur dirimu sendiri dengan tepat dan sadari tujuan hidupmu. Karunia-Ku adalah untukmu! [Divine Discourse, Nov 23, 1974]

-BABA

Thought for the Day - 22nd November 2017 (Wednesday)

It is essential for students to understand why morality and spirituality have disappeared from society. Education without character, science without human values, commerce without ethics, and politics without truth are responsible for the erosion of virtue. Students have a duty to develop patriotism and restore these forgotten values. Today’s education makes one clever but does not instill virtue. Students transform their heads (mastakam) into books (pustakam) without practising human values. There is no benefit in turning your head into a book or vice versa. Recognise the path of Truth and demonstrate it in day-to-day living. The world needs people imbued with integrity. All that is learned must culminate in behaviour. Life today is based on show, expenditure, and comfort. Humanity’s problems can be solved not by money or science but by humanity alone. People must transform themselves to live as human beings.


Adalah bersifat mendasar bagi para pelajar untuk mengerti mengapa moralitas dan spiritualitas telah lenyap dari masyarakat. Pendidikan tanpa karakter, ilmu pengetahuan tanpa nilai-nilai kemanusiaan, perdagangan tanpa etika, dan politik tanpa kebenaran semuanya ini yang bertanggung jawab pada merosotnya nilai-nilai kebajikan. Para pelajar memiliki sebuah kewajiban untuk mengembangkan cinta tanah air dan memulihkan kembali nilai-nilai yang telah dilupakan. Pendidikan saat sekarang membuat seseorang pintar namun tidak menanamkan kebajikan. Para pelajar merubah kepala mereka (mastakam) menjadi buku-buku saja (pustakam) tanpa menjalankan nilai-nilai kemanusiaan. Tidak ada untungnya merubah kepalamu menjadi sebuah buku atau sebaliknya. Sadarilah jalan kebenaran dan perlihatkan dalam kehidupan sehari-hari. Dunia memerlukan orang-orang yang penuh dengan integritas. Semua yang dipelajari harus berujung pada tingkah laku. Kehidupan sekarang didasarkan pada pamer, pengeluaran, dan kenyamanan. Masalah kemanusiaan tidak dapat dipecahkan dengan uang atau pengetahan namun hanya oleh umat manusia saja. Manusia harus merubah diri mereka sendiri untuk hidup sebagai manusia.  (Divine Discourse, May 20, 1991)

-BABA

Tuesday, November 21, 2017

Thought for the Day - 21st November 2017 (Tuesday)

Sanctify your life by developing sense control. It is only because people have no control over their senses and no limit to their desires that there is a lot of unrest and agitation in society. Many people roam about in society like animals. You should not become so. Whenever some evil thoughts arise in you, you should remind yourself that you are a human being and not an animal. Anger is an animal quality. When animals get angry, they fight with one another. Unfortunately, today human beings are also fighting among themselves like animals. Animals have a reason and a season, but human beings have no reason, no season and behave worse than animals. Being a human being, you should cultivate human qualities and do not get angry! Even if anger overpowers you, you should try to become calm and quiet. Do not lose your cool. When you cultivate calmness, you will never become agitated and restless.


Sucikan hidupmu dengan mengembangkan pengendalian indria. Hanya karena manusia tidak memiliki pengendalian indria dan tidak ada batas pada keinginan mereka maka dari itu muncul banyak kegelisahan dan pergolakan dalam masyarakat. Banyak orang hidup di masyarakat seperti halnya binatang. Engkau seharusnya tidak menjadi seperti itu. Kapanpun pikiran jahat muncul dalam dirimu, engkau harus mengingatkan dirimu sendiri bahwa engkau adalah manusia dan bukan seekor binatang. Kemarahan adalah sifat seekor binatang, mereka bertengkar satu dengan yang lainnya. Namun sangat disayangkan, hari ini manusia juga bertengkar diantara mereka seperti halnya binatang. Binatang memiliki alasan dan musim, namun manusia tidak memiliki alasan dan musim serta bertingkah laku lebih buruk daripada binatang. Dengan menjadi manusia, engkau seharusnya meningkatkan sifat manusia dan jangan menjadi marah! Bahkan jika kemarahan menguasaimu, engkau seharusnya mencoba untuk tenang dan diam. Jangan kehilangan ketenanganmu. Ketika engkau meningkatkan ketenangan, engkau tidak akan pernah menjadi meradang dan gelisah. (Divine Discourse, May 2, 2006)

-BABA

Monday, November 20, 2017

Thought for the Day - 20th November 2017 (Monday)

Truth is unchangeable, irrespective of time and place. Wherever you are, truth is truth, love is love! If you have love, truth will automatically become part of you and vice versa. You are all born with love. But unfortunately, as you grow up, the selfless love in you gradually starts declining, and hatred and jealousy begin to increase. Jealousy is a very bad quality. It will not only harm others, but also will cause harm to you as well. Hence do not ever give scope for such evil qualities to germinate within you. Strive to cultivate good qualities like love and truth. Only then can you experience uninterrupted peace. When you develop the firm faith that God is in you and you are God and that your body itself is the temple of God, then there will be no scope at all for anger, jealousy, pride, etc., to trouble you. Hence beloved ones, develop love and compassion.


Kebenaran adalah tidak berubah, tanpa tergantung dengan waktu dan tempat. Dimanapun engkau berada, kebenaran adalah kebenaran, kasih adalah kasih! Jika engkau memiliki kasih, kebenaran secara otomatis akan menjadi bagian dari dirimu dan juga sebaliknya. Engkau semua lahir dengan kasih. Namun sangat disayangkan, ketika engkau tumbuh berkembang, kasih yang tidak mementingkan diri sendiri secara perlahan mengalami kemerosotan dan kebencian serta kecemburuan mulai meningkat. Kecemburuan adalah sifat yang buruk. Sifat ini tidak hanya akan menyakiti yang lain, namun juga akan menyebabkan penderitaan bagimu. Oleh karena itu jangan pernah memberikan ruang bagi sifat buruk seperti itu untuk tumbuh di dalam dirimu. Berusahalah untuk meningkatkan sifat baik seperti kasih dan kebenaran. Hanya dengan demikian engkau dapat mengalami kedamaian tak terputuskan. Ketika engkau mengembangkan keyakinan yang teguh bahwa Tuhan bersemayam di dalam dirimu dan engkau juga adalah perwujudan Tuhan, maka tidak akan ada ruang sama sekali bagi kemarahan, kecemburuan, kesombongan, dsb yang dapat menyusahkanmu. Oleh karena itu yang terkasih, kembangkan kasih. (Divine Discourse, May 2, 2006)

-BABA

Thought for the Day - 19th November (Sunday)

Ladies’ Day is celebrated on this day in order to delve into the sacred qualities of women and disseminate them. Though the Earth is one, the plants vary depending upon the seeds sown. The womb of the mother symbolises Mother Earth. As is the seed of thought sown in it, so is the fruit that it yields. So the mother should foster good thoughts, words and deeds. Only then can she beget virtuous children. Aryamba was a paragon of virtues. She spent all her time in the contemplation of God and in undertaking noble deeds. As a result, Sankaracharya was born to her. Sankaracharya could become Jagadguru (world teacher) because of his mother’s virtuous thoughts. Noble souls like Vivekananda and Ramakrishna Paramahamsa could attain exalted positions in their lives only due to the sacred feelings of their mothers. It is because of the feelings of the mother that the children become good or bad. It is because of such women that the children take to the path of righteousness.


Perayaan Ladies Day dirayakan pada hari ini dalam upaya untuk mempelajari sifat suci dari wanita dan menyebarkannya. Walaupun bumi adalah satu, tanaman bervariasi tergantung dari benih yang ditaburkan. Rahim seorang ibu adalah simbol dari ibu pertiwi. Seperti benih pemikiran yang di tanam di dalamnya, maka begitulah buah yang dihasilkan. Jadi ibu harus menumbuhkan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik. Hanya dengan demikian sang ibu bisa memperoleh anak-anak yang baik. Aryamba teladan dari kebajikan. Beliau menghabiskan seluruh waktunya dalam perenungan pada Tuhan dan melakukan perbuatan yang mulia. Sebagai hasilnya, Sankaracharya lahir dari kandungannya. Sankaracharya dapat menjadi Jagadguru (guru bagi dunia) karena pikiran yang luhur dari ibunya. Jiwa mulia seperti Vivekananda dan Ramakrishna Paramahamsa dapat mencapai posisi yang mengagungkan dalam hidupnya hanya karena perasaan suci yang dimiliki ibunya. Karena perasaan dari sang ibu sehingga anak-anak menjadi baik atau buruk. Karena ibu-ibu seperti itu maka anak-anak mengambil jalan kebajikan. (Divine Discourse, Nov 19, 2000)

-BABA

Thought for the Day - 18th November (Saturday)

You build a house and install doors in it, isn’t it? After installing doors in your house, will you allow animals and reptiles like donkeys, pigs, snakes and scorpions to enter your home, just because the doors are there? No! Even if they try to enter, you will drive them away and close the door, isn’t it? Similarly control the door of your heart. If you close the door of your heart to evil qualities, they cannot enter. You should not get angry with anyone, nor criticise or harm anyone. If, for any reason, such circumstances arise, control yourself. When anger overtakes you, put it down immediately considering it as your worst enemy. It is said: ‘Anger is your enemy, patience is your shield of protection, and happiness is your heaven’. Fill your heart with love and compassion. When you fill your heart with love, you will see God everywhere. Bereft of love, you will see only devils everywhere!


Engkau membangun sebuah rumah dan memasang pintu di dalamnya. Setelah memasang pintu di rumahmu, akankah engkau membiarkan binatang dan hewan reptil seperti keledai, babi, ular, dan kalajengking masuk ke dalam rumahmu, hanya karena ada pintu disana? Tidak! Bahkan jika binatang itu mencoba untuk masuk, engkau akan menggiringnya keluar dan menutup pintumu. Sama halnya kendalikan pintu hatimu. Jika engkau menutup pintu hatimu dari sifat buruk, maka sifat buruk itu tidak bisa masuk. Engkau seharusnya tidak marah kepada siapapun, tidak juga mengeritik atau menyakiti siapapun. Jika karena alasan tertentu, keadaan memungkinkan maka kendalikan dirimu sendiri. Ketika marah menguasaimu, segera untuk meredakannya dengan menganggap kemarahan adalah musuh yang paling berbahaya. Dikatakan bahwa: ‘kemarahan adalah musuhmu dan kesabaran adalah baju pelindungmu dan kebahagiaan adalah surgamu’. Isilah hatimu dengan cinta dan kasih sayang. Ketika engkau mengisi hatimu dengan kasih, engkau akan melihat Tuhan dimana-mana. Tanpa adanya kasih, engkau akan hanya melihat iblis dimana-mana! (Divine Discourse, May 2, 2006)

-BABA

Thought for the Day - 17th November 2017 (Friday)

Change the angle of your vision. When you practice seeing the world from the point of view of the omnipresence of the Divine, you will be transformed. You will experience the power of the Divine in everything in creation. You cannot hide anything from God. Many imagine that Swami does not see what they are doing. They do not realise that Swami has a million eyes. Even your eyes are divine. But you are not aware of your true nature. When you have faith in yourself, you will have faith in God. Realise that there is nothing beyond the power of God. Love God with that supreme faith. Then you will be drawn towards God. It needs purity. A magnet cannot attract a piece of iron covered with rust. Similarly, God will not draw to Himself an impure person. Hence, change your feelings and thoughts and develop the conviction that God is everywhere and in every being.


Ubahlah sudut pandangmu. Ketika engkau mempraktikkan melihat dunia dari sudut pandang kehadiran Tuhan dimana-mana, engkau akan dirubah. Engkau akan mengalami kekuatan Tuhan dalam segala ciptaan. Engkau tidak bisa menyembunyikan apapun dari Tuhan. Banyak yang membayangkan bahwa Swami tidak melihat apa yang sedang mereka lakukan. Mereka tidak menyadari bahwa Swami memiliki jutaan mata. Bahkan matamu adalah Tuhan. Namun engkau tidak menyadari kualitas sejatimu. Ketika engkau memiliki keyakinan dalam dirimu, engkau akan memiliki keyakinan pada Tuhan. Sadari bahwa tidak ada sesuatupun yang melampaui kekuatan Tuhan. Cintailah Tuhan dengan keyakinan yang tertinggi itu. Kemudian engkau akan ditarik menuju Tuhan. Hal ini memerlukan kesucian. Sebuah magnet tidak dapat menarik sebuah besi yang diliputi oleh karat. Sama halnya, Tuhan tidak akan menarik seseorang yang tidak suci pada diri-Nya. Oleh karena itu, ubahlah perasaan dan pikiranmu dan kembangkan keyakinan bahwa Tuhan ada dimana-mana dan dalam diri setiap orang. (Divine Discourse, Feb 27, 1995)

-BABA

Thought for the Day - 16th November 2017 (Thursday)

Your life is a long journey. You should have less luggage (desires) in this journey of life. Therefore, it is said: ‘less luggage more comfort, makes travel a pleasure’. You have many desires. What do you get out of them? There are rules for ceiling with regard to land and property. But is there any rule you observe to exercise a ceiling on your desires? Ceiling on desires is the need of the hour today. It means exercising control over your own desires. You can be truly happy only when your desires are controlled. You are under the mistaken notion that happiness lies in the fulfilment of desires. But in fact, happiness begins to dawn when desires are totally eradicated. Cut short your desires, day after day. When you reduce your desires, you advance very rapidly towards the state of renunciation, peace and bliss.


Hidupmu adalah sebuah perjalanan yang panjang. Engkau seharusnya memiliki sedikit bagasi (keinginan) dalam perjalanan hidup ini. Maka dari itu, dikatakan: ‘sedikit bagasi lebih nyaman, membuat perjalanan menjadi sebuah kesenangan’. Engkau memiliki banyak keinginan. Apa yang engkau dapatkan dari keinginan itu? Ada beberapa aturan terkait plafon untuk tanah dan properti. Namun apakah ada aturan yang engkau terapkan untuk melatih dalam membatasi keinginan? Pembatasan keinginan adalah kebutuhan untuk saat sekarang. Ini berarti melatih mengendalikan keinginanmu sendiri. Engkau bisa benar-benar bahagia hanya ketika keinginanmu dikendalikan. Engkau sering keliru bahwa kebahagiaan terdapat pada memenuhi keinginan. Namun kenyataannya, kebahagiaan mulai muncul ketika keinginan sepenuhnya dihapuskan. Potong pendek keinginanmu dari hari ke hari. Ketika engkau mengurangi keinginanmu, engkau akan maju dengan sangat cepat menuju pada keadaan pelepasan duniawi, kedamaian, dan kebahagiaan. (Divine Discourse, Mar 14, 1999)

-BABA

Wednesday, November 15, 2017

Thought for the Day - 15th November 2017 (Wednesday)

Today there is no love between elders and youngsters in the home; children do not revere parents. This moral decline will undermine unity and strength. Moral decline is worse than military decline; it will lead to greater disaster. If you always meditate on ‘mine and me’, how can you be useful to others? Sacrifice is the 'salt' of life; it’s the secret to peace and joy. 'Go' means the senses; so, the name 'Go-pala' (one of God’s names) means, he who controls the senses. And, why should they be controlled? So that they may not stand in the way of sacrifice. All the senses are self-centred and egoistic. They must be educated to be inward-directed, towards the Universal Atma. That is gained by entrusting the senses to Gopala (God). Everyone must pass through sat-karma or good deeds, into the realm of expanding Love and from Love, learn the lesson of sacrifice, dedication and surrender to the one Overlord.


Hari ini tidak ada kasih diantara yang lebih tua dan yang lebih muda di dalam rumah; anak-anak tidak menghormati orang tua. Kemerosotan moral akan melemahkan kesatuan dan kekuatan. Kemerosotan moral adalah lebih buruk daripada kemerosotan militer; karena ini akan menuntun pada bencana yang lebih mengerikan. Jika engkau selalu berpikir tentang ‘milikku dan aku’, bagaimana engkau dapat berguna bagi yang lainnya? Pengorbanan adalah 'garam kehidupan; ini adalah rahasia dari kedamaian dan suka cita. 'Go' berarti indria; jadi nama 'Go-pala' (satu dari nama Tuhan) yang berarti, Beliau yang mengendalikan indria. Dan mengapa Indira harus dikendalikan? Agar indria tidak menghalangi pengorbanan. Semua indria adalah mementingkan diri sendiri dan egois. Indria ini harus dididik agar mengarah ke dalam diri yaitu pada Atma yang bersifat universal. Hal ini bisa didapatkan dengan mempercayakan indria kepada Gopala (Tuhan). Setiap orang harus melewati sat-karma atau perbuatan baik, menuju pada pengembangan kasih dan dari kasih kita belajar hikmah pengorbanan, dedikasi dan menyerahkan sepenuhnya pada Tuhan yang Maha Kuasa. (Divine Discourse, 27-Mar-1965)

-BABA

Tuesday, November 14, 2017

Thought for the Day - 14th November 2017 (Tuesday)

Without delving deep into the significance of all that happens around them, people lead superficial lives. If only people meditate on the reality of one’s own existence, knowledge and joy, they will establish firm contact with the Source of all existence, all knowledge and all bliss. Without taking the first step towards self-inquiry, how can one derive self-satisfaction, infinite power and wisdom? You have it in your power to make your days on earth a path of flowers, instead of a path of thorns. Recognise the Divine Resident in every heart and life will be smooth, soft and sweet. God will be the fountain of Love in your heart and in the hearts of all with whom you come in contact with. Adore everyone as you adore Sai. Allow the other person as much freedom as you like to enjoy; do unto them just as you would like to be done to you. That is the sum and substance of Sadhana.


Tanpa menyelidiki secara mendalam makna dari semua yang terjadi di sekitar manusia, itu berarti manusia menjalani hidup yang dangkal. Hanya jika manusia merenungkan pada kenyataan sejati dari keberadaan seseorang, pengetahuan dan suka cita, mereka akan membangun hubungan yang kuat dengan sumber dari semua eksistensi, semua pengetahuan dan semua kebahagiaan. Tanpa mengambil langkah awal menuju pada penyelidikan dalam diri, bagaimana seseorang bisa mendapatkan kepuasan pada diri, kekuatan yang tanpa batas dan kebijaksanaan? Engkau memiliki dalam kekuatanmu untuk membuat harimu di dunia sebuah jalan setapak berbunga dan bukan jalan setapak berduri. Sadarilah Tuhan yang bersemayam dalam setiap hati dan hidup akan menjadi lebih mulus, lembut, dan indah. Tuhan akan menjadi sumber kasih di dalam hatimu dan juga dalam hati semua orang yang engkau temui. Sayangi setiap orang seperti engkau menyayangi Sai. Izinkan orang lain memiliki kebebasan seperti yang engkau ingin nikmati; lakukanlah kepada mereka seperti yang engkau ingin mereka lakukan kepadamu. Itu adalah ringkasan dan inti dari Sadhana. (Divine Discourse, May 11, 1975)

-BABA

Monday, November 13, 2017

Thought for the Day - 13th November 2017 (Monday)

Truth is God, Faith is God, Love is God; Live in Love. If only you cultivate these three, you can achieve anything. You may encounter any number of losses and difficulties in life. You may undergo a lot of suffering. But, you should never give up truth, faith and love. Loss, suffering and difficulties are like the waves in the ocean of life. They just come and go. But, the water in the ocean remains permanently. Hence, develop the faith of ‘water’, i.e., Divinity. Your thoughts are like passing clouds. Hence keep your faith firmly fixed on God. If you develop love and faith towards God, there is nothing in the world that you cannot achieve. By faith and love, you can even change the earth into sky and the sky into earth. The power of divine name is unparalleled. People often take it lightly. That is a mistake.


Kebenaran adalah Tuhan, keyakinan adalah Tuhan, kasih adalah Tuhan; hiduplah dalam kasih. Hanya jika engkau meningkatkan ketiga bagian ini, engkau dapat mencapai apapun. Engkau mungkin mengalami berbagai bentuk kehilangan dan kesulitan dalam hidup. Engkau mungkin mengalami banyak penderitaan. Namun, engkau seharusnya tidak pernah menyerah akan kebenaran, keyakinan dan kasih. Kehilangan, penderitaan, dan kesulitan adalah seperti gelombang dalam lautan kehidupan. Semuanya itu datang dan pergi. Namun, air yang ada dalam lautan tetap ada selamanya. Oleh karena itu, kembangkan keyakinan pada ‘air’ itu yaitu Tuhan. Pikiranmu adalah seperti awan yang berlalu. Oleh karena itu, tetap jaga keyakinanmu tetap mantap pada Tuhan. Jika engkau mengembangkan kasih dan keyakinan pada Tuhan, tidak ada apapun di dunia yang tidak bisa engkau capai. Dengan keyakinan dan kasih, engkau bahkan dapat merubah lagit menjadi bumi. Kekuatan nama Tuhan adalah tiada bandingannya. Orang-orang sering meremehkannya. Itu adalah sebuah kesalahan. (Divine Discourse, Nov 13, 2007)

-BABA

Sunday, November 12, 2017

Thought for the Day - 12th November 2017 (Sunday)

There are two kinds of Bhajans - one is Khanda Bhajan, Bhajans done for a specific time or for a limited period, and the other is Akhanda Bhajan which involves constant contemplation on God in the morning, evening and even during the night - it is incessant contemplation on God during all the three states - the waking, dream and deep sleep. It is “sarvada sarvakaleshu sarvathra Harichintanam”, that is, to think of the Lord at all times and in all places. The divine name is highly potent. Each one of the several names of God has one type of power specific to it. If you wish to make good use of this power and derive lasting benefit out of it, you have to participate in Akhanda bhajan. You are most fortunate to participate in this Akhanda Bhajan. This is a great opportunity. If only you make good use of it, your life will be sanctified. The global Akhanda Bhajan is held only for this purpose every year.


Ada dua jenis bhajan – pertama adalah Khanda Bhajan, Bhajans yang dilakukan pada waktu tertentu atau waktu yang terbatas, dan yang kedua adalah Akhanda Bhajan yang merenungkan Tuhan secara terus menerus dari pagi, sore, dan bahkan malam hari – ini adalah perenungan pada Tuhan tiada putusnya selama ketiga tahapan yaitu – saat terjaga, mimpi, dan tidur lelap. Ini adalah “sarvada sarvakaleshu sarvathra Harichintanam”, artinya memikirkan Tuhan sepanjang waktu dan di setiap tempat. Nama Tuhan adalah sangat ampuh. Masing-masing dari beberapa nama Tuhan memiliki satu jenis kekuatan yang spesifik untuk itu. Jika engkau ingin menggunakan dengan baik kekuatan ini dan mendapatkan manfaat kekal darinya, engkau harus berpartisipasi dalam Akhanda bhajan. Engkau adalah yang paling beruntung dapat berpartisipasi dalam Akhanda Bhajan ini. Ini adalah kesempatan yang sungguh luar biasa. Hanya jika engkau menggunakan dengan baik hal ini, hidupmu akan disucikan. Global Akhanda Bhajan hanya dilaksanakan untuk tujuan ini setiap tahunnya. (Divine Discourse, Nov 13, 2007)

-BABA

Saturday, November 11, 2017

Thought for the Day - 11th November 2017 (Saturday)

The power of divine name is unparalleled. Once you seek refuge in the lotus feet of God, you should never give up. Wherever you go, the divine feet will protect you. If you install the divine name firmly in your heart, your life will become sanctified. That is true devotion (bhakti). That is your power (shakti). That will bestow liberation (mukti). It is only to make people realise this truth that the spiritual practice of akhanda bhajan is prescribed for devotees at least once in a year. The word ‘akhanda’ implies chanting the divine name non-stop for 24 hours. During Akhanda Bhajan you may go home for any purpose, for example, to take food. But continue to do namasmarana while attending to any work in your house. You may attend to all your needs, constantly remembering God while doing so. That is the essence of Lord Krishna’s message in the Gita, “Mam anusmara yuddhya ca” (keep Me ever in your mind and fight till the end).


Kekuatan dari Nama Tuhan adalah tiada bandingannya. Sekali engkau mencari perlindungan di kaki padma Tuhan, engkau seharusnya tidak pernah menyerah.  Kemanapun engkau pergi, kaki padma Tuhan akan melindungimu. Jika engkau menempatkan Nama Tuhan dengan mantap di dalam hatimu maka hidupmu akan disucikan.  Itulah adalah bhakti yang sejati. Itu adalah kekuatanmu (shakti). Itu akan memberkatimu dengan kebebasan (mukti). Hanya untuk membuat manusia menyadari kebenaran ini maka latihan spiritual dalam bentuk akhanda bhajan diperuntukkan bagi para bhakta setidaknya sekali dalam setahun. Kata ‘akhanda’ mengandung makna melantunkan Nama Tuhan tanpa henti selama 24 jam.  Selama Akhanda Bhajan engkau bisa pulang untuk tujuan tertentu, contohnya untuk makan. Namun tetap lanjutkan untuk melakukan namasmarana saat sedang melakukan pekerjaan apa pun di rumah. Engkau dapat memenuhi semua kebutuhanmu dengan secara terus menerus mengingat Tuhan saat sedang melakukannya. Ini adalah intisari dari Sri Krishna dalam Gita, “Mam anusmara yuddhya ca” (selalu ingat Aku dalam pikiranmu dan berjuanglah sampai akhir).  (Divine Discourse, Nov 13,2007)

-BABA

Thought for the Day - 10th November 2017 (Friday)

There is no use counting seconds and minutes while doing namasankirtan (act of singing God’s name) thinking, ‘I have done namasankirtan for so many minutes and so many seconds’. Meera sincerely prayed to Lord Krishna, “Swami, I delved deep into the ocean and could get the pearl of Your divine name. Let not this valuable pearl slip from my hand and drop back into the ocean. Having been born in this world, let me sing the glory of the divine name constantly and sanctify my life!” Some people participating in bhajan say, “Today I am not well. I have a sore throat due to cough and cold. I am not able to sing.” True, you may be suffering from cold and cough. But, you can sing within yourself, surely. Do it. That will give you sufficient strength. The divine name is very sacred.


Tidak ada gunanya menghitung detik dan menit saat kita sedang melaksanakan namasankirtan (mengkidungkan nama Tuhan) dengan berpikir, ‘saya telah melaksanakan namasankirtan untuk jangka waktu yang lama’. Meera dengan tulus berdoa kepada Sri Krishna, “Swami, hamba menyelam dalam lautan yang dalam dan  bisa mendapatkan mutiara yaitu nama suci-Mu. Tolong jangan sampai mutiara yang sangat berharga ini terlepas dari tangan hamba dan kembali  ke dalam lautan. Dengan telah lahir di dunia ini, izinkan hamba melantunkan kemuliaan dari nama Tuhan secara terus-menerus dan menyucikan hidup hamba!” Beberapa orang ikut dalam bhajan dan berkata, “hari ini saya tidak sehat. Saya menderita sakit tenggorokan karena batuk dan pilek. Saya tidak mampu menyanyi.” Betul, engkau sedang menderita karena pilek dan batuk. Namun, pastinya engkau dapat menyanyi di dalam hatimu. Lakukanlah hal itu dan akan memberikanmu kekuatan yang cukup. Nama Tuhan adalah sangat suci. (Divine Discourse, Nov 13, 2007)

-BABA

Thursday, November 9, 2017

Thought for the Day - 11th November 2017 (Thursday)

For Myself I can say, I shower more blessings on those who decry or defame Me. For, those who spread falsehoods about Me derive joy therefrom; I am happy that I am the cause for their exultation and joy! You too must accept this line of argument and be very happy when someone derives joy by defaming you. Do not respond by defaming that person; then, the chain of hatred will bind both and drag both of you down. Life will become a tragedy. Conquer anger by means of fortitude; conquer hatred by love. Do not feed anger with retaliation; do not feed hatred with fury. Forget and forgive all that has happened amongst you until this very moment; start a new chapter of love and brotherhood from now on. Goodness is Godliness. Never talk ill of others; spend your time in showering love, and in mutual help. Love, Love, Love, first Love.. Love as long as life lasts.


Bagi diri-Ku sendiri Aku dapat mengatakan, Aku mencurahkan banyak rahmat pada mereka yang memfitnah dan mencemarkan nama baik-Ku. Untuk mereka yang mendapatkan kesenangan dengan menyebarkan kebohongan tentang Aku; Aku senang bisa menjadi penyebab bagi suka cita dan kegembiraan mereka. Engkau juga harus menerima segala bentuk pernyataan dan berbahagialah ketika seseorang mendapatkan suka cita dengan mencemarkan nama baikmu. Jangan menanggapi dengan memfitnah orang itu; kemudian rantai kebencian akan mengikat keduanya dan menyeret engkau berdua ke bawah. Hidup akan menjadi sebuah tragedi. Taklukkan kemarahan dengan sarana ketabahan, taklukkan kebencian dengan kasih. Jangan pupuk kemarahan dengan balas dendam, jangan pupuk kebencian dengan amarah. Lupakan dan maafkan semua yang telah terjadi di antara dirimu sampai saat ini; mulai bab baru kasih dan persaudaraan mulai sekarang. Kebaikan adalah ke-Tuhanan. Jangan pernah berbicara buruk tentang orang lain; Luangkan waktumu untuk mencurahkan kasih, dan dengan saling membantu. Kasih, kasih, kasih, kasih pertama ... kasihi sepanjang hidup terus berlangsung. (Divine Discourse, Apr 28, 1975)

-BABA

Wednesday, November 8, 2017

Thought for the Day - 8th November 2017 (Wednesday)

You must become your own tutor. Train yourself by using the spark of wisdom that has been implanted in you. Once you try with all your might, the Lord’s Grace will be there to help you forward. The first step in spiritual discipline is to cleanse your speech. Talk sweetly without anger. Do not boast of your scholarship or attainments. Be humble and eager to serve. Conserve speech and practice silence. It will save you from squabbles, idle thoughts and factions. Practice the attitude of joy when others are joyful and of grief when others around you are sad. Let your heart move in empathy. But the joy and grief have to be translated into service; they should not be mere emotions. When the sun rises, not all lotuses in the lake bloom; only the grown buds open their petals. Others await their time. It’s the same with people. Differences exist because of unripeness, but remember, all fruits will ripen and fall someday. Every being reaches its goal, however slow they walk or circuitous their road is!


Engkau harus menjadi pengajar bagi dirimu sendiri. Latihlah dirimu sendiri dengan menggunakan percikan kebijaksanaan yang telah ditanamkan di dalam dirimu. Sekali engkau mencoba dengan segenap kekuatanmu, karunia Tuhan akan ada untuk membantumu melangkah maju. Langkah pertama dalam latihan spiritual adalah membersihkan perkataanmu. Berbicaralah dengan lembut tanpa amarah. Jangan membanggakan kesarjanaanmu atau pencapaianmu. Jadilah rendah hati dan bersemangat untuk melayani. Berhematlah dalam bicara dan jalankan hening. Hal ini akan menyelamatkanmu dari pertengkaran, pikiran yang ngawur, dan perselisihan. Praktikkan sikap suka cita ketika yang lainnya bahagia dan ikut merasa sedih saat yang lainnya di sekitarmu merasa sedih. Biarkan hatimu tergerak dalam empati. Namun suka cita dan duka cita harus diterjemahkan dalam pelayanan; dan tidak hanya sebatas emosi. Ketika matahari terbit, tidak semua bunga teratai di kolam mekar; hanya tunas yang tumbuh yang membuka kelopaknya. Sedangkan yang lainnya menunggu waktu mereka. Adalah sama dengan manusia. Perbedaan ada karena ketidakdewasaan, namun ingatlah, semua buah akan matang dan jatuh suatu hari nanti. Setiap makhluk mencapai tujuannya, bagaimanapun lambatnya mereka berjalan atau berputar-putar jalan mereka! (Divine Discourse, Apr 23, 1961)

-BABA

Tuesday, November 7, 2017

Thought for the Day - 7th November 2017 (Tuesday)

Do not get involved in the mesh of ‘I and mine’. As soon as your ego is suppressed, that very moment two consequences immediately will follow: freedom from grief and acquisition of joy! To achieve this great consummation, you must take one step after another persistently. Good deeds like ritual worship, repetition of holy names, meditation, observance of vows, etc., are the essential 'steps'! Good thoughts like prayer for greater discrimination, more chance to serve others, etc. will help you immensely! Slowly and steadily cleanse your mind, sharpen the intellect, purify the senses, and you will win grace. Treat the old and the sick that are amidst you with some special care. Those of you who are young and sturdy, comfort them and give them the chances they deserve. Observe the disciplinary rules that are prescribed for your sake and be benefited! You have come to the Lord, prompted by Love (prema); cultivate it assiduously and live in that love.
Jangan tersangkut dalam lubang ‘aku dan milikku’. Begitu egomu ditekan maka saat itu ada dua konsekuensi yang akan terjadi: bebas dari kesedihan dan perolehan suka cita! Untuk mencapai penyempurnaan yang hebat ini, engkau harus mengambil selangkah demi selangkah secara terus-menerus. Perbuatan baik seperti halnya ibadah, mengulang-ulang nama suci, meditasi, ketaatan pada komitmen diri, dsb, adalah langkah yang mendasar! Pikiran baik seperti berdoa untuk kemampuan membedakan yang lebih baik, kesempatan yang lebih besar untuk melayani yang lain, dsb, ini akan sangat membantumu! Secara perlahan dan mantap bersihkan pikiranmu, pertajam intelekmu, sucikan indriamu dan engkau akan mendapatkan karunia. Perlakukan yang tua dan sakit yang berada di tengah-tengahmu dengan perawatan yang khusus. Bagi engkau yang masih muda dan kuat, hibur mereka dan berikan mereka kesempatan yang layak bagi mereka. Jalankan aturan disiplin yang ditentukan untuk kepentinganmu dan dapatkan manfaatnya! Engkau telah datang pada Tuhan, didorong oleh kasih (prema); tingkatkan kasih itu dengan tekun, dan hiduplah dalam kasih itu. (Divine Discourse, Feb 18, 1966)

-BABA

Thought for the Day - 6th November 2017 (Monday)

You see death snatching away persons from all around you, but you do not train yourself to meet it calmly, bravely, and gladly when it comes to you. Majority of people get glimpses of discrimination and detachment off and on, but they soon forget the call, ignore it or cover it up with excesses or excuses. One step forward and one step back — the journey does not take them far. Even if some do take up spiritual practices, steadiness is absent. Like a ball of thread that slips out of the hand onto the floor, and comes off loose because the grasp is not firm, practices fade away. Only steady effort will bring success here, as in every other case. How can you expect quick success in the control of the mind? It is very difficult to overcome its vagaries, for it is many-faced and very adamant. Steady perseverance alone will tame your mind, and it is only through a tamed mind that you can experience God.
Engkau melihat kematian merengut orang-orang di sekitarmu, namun engkau tidak melatih dirimu sendiri untuk menghadapi kematian dengan tenang, dengan berani, dan dengan senang hati ketika kematian itu datang padamu. Kebanyakan orang mendapatkan sepintas tentang kemampuan membedakan dan tanpa keterikatan sebentar, namun mereka segera melupakan panggilan itu, mengabaikannya atau menutupinya dengan perbuatan yang keterlaluan atau alasan. Satu langkah maju dan satu langkah mundur — perjalanan tidak akan membawa mereka pada tempat yang jauh. Bahkan jika beberapa menjalankan latihan spiritual, itu karena tidak adanya kemantapan. Seperti halnya sebuah gulungan benang yang terlepas dari tangan dan jatuh di lantai, dan menjadi terlepas karena pegangannya tidak kuat, latihan menjadi pudar. Hanya usaha yang mantap yang akan membawa keberhasilan disini, sama halnya dengan setiap kasus yang lainnya. Bagaimana engkau bisa mengharapkan keberhasilan yang segera dalam mengendalikan pikiran? Adalah sangat sulit untuk mengatasi keanehannya, karena pikiran memiliki banyak wajah dan sangat tidak mau menyerah. Hanya keteguhan yang mantap yang akan menjinakkan pikiranmu, dan hanya melalui pikiran yang jinak engkau dapat mengalami Tuhan. (Divine Discourse, Apr 23, 1961)

-BABA

Thought for the Day - 5th November 2017 (Sunday)

Meeting with fellow-pilgrims and kindred aspirants is a piece of rare good fortune. Every one of you is a temple, with the Lord installed in your heart, whether you are aware of it or not. The Lord is described in the Purusha Sukta scripture as ‘thousand headed’. It does not mean that He has just thousand heads and no more, no less. It means that the Lord is present in thousands of heads as just one loving heart, and gives life and energy to all! None of you must consider yourself separate from others; all of you are bound by the one same life-force, the same blood that flows through countless bodies. This is a precious message, a very special teaching of the Eternal Religion (Sanatana Dharma), which most of you have unfortunately forgotten. This is what the world needs today! Attach yourself to God fervently. Then all people on all days will be holy and special to you!


Bertemu dengan  para pencari dan peminat spiritual yang baik adalah sebuah keberuntungan baik yang jarang di dapat. Setiap orang  darimu adalah sebuah tempat suci, dengan Tuhan bersemayam di dalam hatimu, apakah engkau menyadarinya atau tidak. Tuhan disebutkan dalam naskah Purusha Sukta sebagai “Memiliki ribuan kepala”. Hal ini tidak berarti bahwa Tuhan hanya memiliki ribuan kepala dan tidak kurang dan tidak lebih. Ini mengandung makna bahwa Tuhan adalah hadir dalam ribuan kepala, sebagai satu hati yang penuh kasih, serta memberikan kehidupan dan energi kepada semuanya! Tidak ada seorangpun darimu seharusnya menganggap bahwa dirimu adalah terpisah dari yang lainnya; semua darimu diikat oleh satu kekuatan hidup yang sama, darah yang sama yang mengalir melalui tubuh yang tidak terhitung. Ini adalah pesan yang sangat berharga, sebuah ajaran yang khusus dari agama yang kekal (Sanatana Dharma), yang mana kebanyakan darimu sungguh menyedihkan telah melupakannya. Ini adalah apa yang dunia perlukan saat sekarang! Ikatkan dirimu pada Tuhan dengan penuh semangat. Kemudian semua orang dalam sepanjang hari akan menjadi suci dan spesial bagimu! (Divine Discourse, Feb 18, 1966)

-BABA