Every one of you must ask yourself, ‘What is the purpose I have come for?’ If it is to study, are you following the path and learning sincerely and thoroughly? Never forget the purpose of your existence. Humility is the very core of education, and its the most important aspect. Ishwar Chandra Vidyasagar, a renowned educationist in India grew up amidst many challenges. He lost his father, and his mother raised him with a lot of difficulties. She taught very important lessons to her son. She used to say, “Child, education is not as important as virtues. For the sake of education, do not make the mistake of giving up virtues. In a difficult situation, it is even okay to give up education if it entails compromising on virtues. Good qualities are the most important for any person. Humility is the true ornament of an educated person.”
Setiap orang dari kalian harus bertanya pada dirimu sendiri, "Apa tujuan kedatangan saya?" Jika itu adalah untuk belajar, apakah engkau mengikuti jalan dan belajar sungguh-sungguh dan seksama? Jangan pernah melupakan tujuan keberadaanmu. Kerendahan hati adalah inti dari pendidikan, dan merupakan aspek yang paling penting. Ishwar Chandra Vidyasagar, seorang pendidik terkenal di India hidup di tengah-tengah banyak tantangan. Dia kehilangan ayahnya, dan ibunya membesarkannya dengan banyak kesulitan. Dia mengajarkan pelajaran yang sangat penting untuk anaknya. Dia sering berkata, "Anakku, pendidikan tidak sepenting kebajikan. Demi pendidikan, jangan membuat kesalahan dengan meninggalkan kebajikan. Bahkan dalam situasi yang sulit-pun, kita boleh meninggalkan pendidikan jika memerlukan mengorbankan kebajikan. Kualitas yang baik adalah yang paling penting bagi setiap orang. Kerendahan hati adalah ornamen sejati dari orang yang berpendidikan. " (Divine Discourse, “My Dear Students”, Vol 2, Chapter 1)
-BABA
Friday, January 31, 2014
Thought for the day - 31st January 2014 (Friday)
Thursday, January 30, 2014
THought for the Day - 30th January 2014 (Thursday)
Wednesday, January 29, 2014
Thought for the Day - 29th January 2014 (Wednesday)
Jealousy will make a person see bad, even in the good! It will bring about your destruction in many ways. Root it out of you at the earliest. If not, the next one to come is ego. Ego destroys discrimination, drives out human qualities, and turns you into a demon. Doubt, jealousy, ego and lack of faith are four very strong evil qualities. Even if any one of those four are present in anyone, without doubt, they will be ruined over time. Develop good conduct and earnestly practice good behavior as much as possible, then you will attain the status of a noble person over time. Never do any work with the desire for money or any other benefit. Expecting the result of work is greediness. The fruit of the action depends upon the action itself. Can you expect 100/100 even before you start studying? Instead of studying keeping marks in view, you must study because it is your duty, and do it with total dedication.
Kecemburuan akan membuat seseorang melihat hal yang buruk, bahkan pada sesuatu yang baik! Dalam banyak hal, ini akan membawa kehancuran bagimu. Cabutlah sifat ini dari awal. Jika tidak, berikutnya akan muncul ego. Ego menghancurkan diskriminasi, mengusir kualitas manusia, dan membuatmu menjadi setan. Keraguan, kecemburuan, ego, dan kurangnya keyakinan adalah empat kualitas buruk yang sangat kuat. Bahkan jika salah satu dari empat sifat tersebut ada pada siapa saja, tanpa diragukan lagi, orang tersebut akan hancur pada waktunya. Kembangkanlah perilaku yang baik dan sungguh-sungguh mempraktikkan perilaku yang baik sebanyak mungkin, maka engkau akan mencapai status orang yang mulia pada waktunya. Jangan melakukan pekerjaan dengan keinginan untuk uang atau manfaat lainnya. Mengharapkan hasil kerja adalah keserakahan. Buah dari tindakan tergantung pada tindakan itu sendiri. Dapatkah engkau mengharapkan 100/100 bahkan sebelum engkau mulai belajar? Daripada belajar hanya untuk mengejar nilai, engkau harus belajar karena itu adalah kewajibanmu, dan lakukanlah itu dengan penuh dedikasi. (Divine Discourse, “My Dear Students”, Vol 2, Chapter 1)
-BABA
Tuesday, January 28, 2014
Thought for the Day - 28th January 2014 (Tuesday)
Monday, January 27, 2014
Thought for the Day - 27th January 2014 (Monday)
Sunday, January 26, 2014
Thought for the Day - 26th January 2014 (Sunday)
The life of Shakuni in Mahabharatha is a classical case study. He was the epitome of bad company and bad thoughts. He was not only the maternal uncle of Duryodhana, but also his confidant. The ego of Duryodhana reached a climax, on account of the counsel of Shakuni. Ego does not have the power of discrimination. Duryodhana entered into bad actions and followed the bad counsel given to him. Shakuni is well known for his evil ideas, Duryodhana for his egoism and Dushasana for his wrong behavior. Karna was a noble one. But on account of the bad company he was in, he was ready to perform bad deeds. Hence the ancient quote, “Bad association causes bad acts”. Karna became notorious, because of his evil association. These are the lessons Mahabharatha holds out for us. You must be aware of the above and take adequate care.
Kehidupan Shakuni dalam Mahabharatha adalah studi kasus klasik. Ia adalah lambang teman yang buruk dan pikiran buruk. Dia tidak hanya paman dari pihak ibu dari Duryodana, tetapi juga orang kepercayaannya. Ego Duryodhana mencapai klimaks, karena nasihat Shakuni. Ego tidak memiliki kemampuan diskriminasi. Duryodhana melakukan tindakan buruk dan mengikuti nasihat buruk yang diberikan kepadanya. Shakuni terkenal karena ide-idenya yang jahat, Duryodhana terkenal karena egoismenya dan Dursasana karena perilakunya yang salah. Karna adalah seorang yang mulia. Tetapi karena ia berada dalam lingkungan pergaulan yang buruk, ia melakukan perbuatan buruk. Oleh karena itu kutipan kuno, " pergaulan buruk menyebabkan tindakan buruk". Karna menjadi terkenal, karena pergaulan buruknya. Ini adalah pelajaran dari Mahabharatha yang hendaknya menjadi pegangan kita bersama. Engkau harus menyadari pelajaran di atas dan memperhatikannya dengan baik. (Divine Discourse, 'My Dear Students', Vol 2, Chapter 1)
-BABA
Saturday, January 25, 2014
Thought for the Day - 25th January 2014 (Saturday)
Friday, January 24, 2014
Thought for the Day - 24th January 2014 (Friday)
Thursday, January 23, 2014
Thought for the Day - 23rd January 2014 (Thursday)
Wednesday, January 22, 2014
Thought for the Day - 22nd January 2014 (Wednesday)
Tuesday, January 21, 2014
Thought for the Day - 21st January 2014 (Tuesday)
Monday, January 20, 2014
Thought for the Day - 19th & 20th January 2014
Saturday, January 18, 2014
Thought for the Day - 18th January 2014 (Saturday)
Friday, January 17, 2014
Thought for the Day - 17th January 2014 (Friday)
Thursday, January 16, 2014
Thought for the Day - 16th January 2014 (Thursday)
Wednesday, January 15, 2014
Thought for the Day - 15th January 2014 (Wednesday)
Tuesday, January 14, 2014
Thought for the Day - 14th January 2014 (Tuesday)
A person's life may be compared to a stalk of sugar cane. Like the cane, which is hard and has many knots, life is full of difficulties. But these difficulties must be overcome to enjoy the bliss of the Divine, just as the sugarcane has to be crushed and its juice converted into jaggery to enjoy the permanent sweetness of jaggery. Enduring bliss can be got only by overcoming trials and tribulations. Gold cannot be made into an attractive jewel without it being subjected to the process of melting in a crucible and being beaten into the required shape. When Bhagawan address devotees as Bangaaru (Golden one), He is considering you as very precious. Go through the vicissitudes of life with forbearance and become attractive jewels. Do not allow yourself to be overwhelmed by obstacles. Lead exemplary lives with self-confidence and firm faith in God.
Kehidupan seseorang dapat disamakan dengan batang tebu. Seperti batang tebu, yang kaku dan memiliki banyak knot/benjolan, hidup ini penuh dengan kesulitan. Tetapi kesulitan-kesulitan ini harus diatasi untuk menikmati kebahagiaan Ilahi, seperti tebu harus dihancurkan dan jus/sari buah yang dihasilkan diubah menjadi jaggery untuk menikmati manisnya jaggery yang permanen. Kebahagiaan seperti itu bisa didapat hanya dengan mengatasi cobaan dan kesengsaraan. Emas tidak dapat dibuat menjadi permata yang menarik tanpa proses peleburan dan dipukuli untuk diubah menjadi bentuk yang diinginkan. Ketika Bhagawan menyapa devotee/bhakta sebagai Bangaaru (Emas), Beliau sedang menganggap engkau sebagai sesuatu yang sangat berharga. engkau hendaknya berangkat melalui perubahan hidup dengan kesabaran dan menjadi perhiasan yang menarik. Jangan biarkan dirimu dipenuhi dengan rintangan. Jalanilah kehidupan yang patut dicontoh/menjadi teladan dengan kepercayaan diri dan keyakinan yang kuat pada Tuhan.(Divine Discourse, Jan 15, 1992)
-BABA
Monday, January 13, 2014
Thought for the Day - 13th January 2014 (Monday)
Sunday, January 12, 2014
Thought for the Day - 12th January 2014 (Sunday)
The observance of morality in daily life, the divinization of all actions and thoughts related to life, and adherence to ideals - all of these together constitute culture. Culture means that which sanctifies the world, which enhances the greatness and glory of a country, and which helps to raise the individual and society to a higher level of existence. The process of refinement or transformation is essential for improving the utility of any object or life. For instance, paddy has to be milled and its husk removed before the rice is fit for cooking. This is called Samskriti or transformation. This means, doing away with unwanted elements and securing the desirable ones. With regard to people, Samskriti (culture) means getting rid of bad qualities and cultivating virtues. The cultured person is one who has developed good thoughts and good conduct.
Ketaatan moralitas dalam kehidupan sehari-hari, semua tindakan dan pikiran yang berkaitan dengan kehidupan selalu berlandaskan pada Tuhan, dan kepatuhan terhadap ideal/aturan - semuanya ini bersama-sama membentuk budaya. Budaya berarti yang menyucikan dunia, yang meningkatkan kebesaran dan kemuliaan suatu negara, dan yang membantu untuk meningkatkan keberadaan individu dan masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi. Proses perbaikan atau transformasi sangat penting untuk meningkatkan kegunaan dari setiap objek atau kehidupan. Misalnya, padi harus digiling dan kulitnya dihilangkan sebelum beras ini layak dimasak. Ini disebut Samskriti atau transformasi. Ini berarti, menghilangkan unsur-unsur yang tidak diinginkan dan mengamankan yang diinginkan. Berkenaan dengan orang, Samskriti (budaya) berarti menyingkirkan sifat buruk dan mengembangkan kebajikan. Orang berbudaya adalah orang yang telah mengembangkan pikiran yang baik dan perilaku yang baik. (Divine Discourse, Jan 14, 1990)
-BABA
Saturday, January 11, 2014
Thought for the Day - 11th January 2014 (Saturday)
Friday, January 10, 2014
Thought for the Day - 10th January 2013 (Friday)
Thursday, January 9, 2014
Thought for the Day - 9th January 2014 (Thursday)
Wednesday, January 8, 2014
Thought for the Day - 8th January 2014 (Wednesday)
Tuesday, January 7, 2014
Thought for the Day - 7th January 2014 (Tuesday)
Monday, January 6, 2014
Thought for the Day - 5th & 6th January 2014
Date: Sunday, January 05, 2013
If you happen to see a wicked person, do not immediately think of that person as being bad. The bad actions of that person are due to the body, but within that person is the same Atma that is also in you. This unity, this Atmic Principle, is what you must focus on. Deal with this other person with the feeling that the Self in you is also present in the other. This is the way to develop love for all beings. Also do not bear ill will towards any country but be alike to all. Do not criticise the culture of other countries. Love your culture as your mother, just as people of other lands love their respective cultures. If you live like this, you will, without question, become an ideal person. You must spiritualise your attitude, tendencies, and mind.
Jika engkau kebetulan melihat orang yang berkelakuan buruk, jangan langsung berpikir orang itu sebagai orang yang jahat. Tindakan buruk orang tersebut adalah karena badan jasmani, tetapi dalam diri orang tersebut ada Atma yang sama yang juga ada di dalam dirimu. Kesatuan ini, Prinsip atma ini, adalah yang harus engkau perhatikan. Perlakukan orang lain dengan perasaan bahwa Atma dalam dirimu ada juga dalam diri orang lain. Inilah cara untuk mengembangkan cinta-kasih bagi semua makhluk. Juga janganlah memandang buruk terhadap negara manapun. Jangan mengkritik budaya negara lain. Cintai budayamu sebagai ibumu, sama seperti orang lain juga mencintai budayanya masing-masing. Jika engkau hidup seperti ini, engkau tidak akan memiliki pertanyaan, engkau menjadi orang yang ideal. Engkau harus membuat sikap, kecenderungan, dan pikiranmu tetap dalam suasana spiritual.
-BABA
Date: Monday, January 06, 201
The flower of forbearance (kshama) is very dear to the Lord. The Pandavas suffered a lot at the hands of the Kauravas. But it was the virtue of forbearance that protected the Pandavas and made them an ideal to the rest of the world. The other flower that we must offer to God is Shanti (peace). One should remain peaceful through all the vicissitudes of life. Only then can one attain divine grace. Peace is needed at the physical, mental and spiritual levels. Peace is not external, it is present within. You are the embodiment of peace. In the worldly life, there are bound to be many hardships, but one should not be perturbed. One should bear all sufferings with fortitude and patience. Human life is given not merely to enjoy the worldly pleasures. Life becomes meaningful only when one experiences the peace that originates from the heart.
Bunga kesabaran (Kshama) adalah sesuatu yang berharga untuk Tuhan. Pandawa banyak mengalami penderitaan di tangan Korawa, tetapi karena kesabarannya, itu yang melindungi Pandawa dan membuat mereka menjadi ideal/idaman bagi seluruh dunia. Bunga lainnya yang harus kita persembahkan kepada Tuhan adalah Shanti (kedamaian). Seseorang harus tetap dalam kedamaian melewati semua perubahan hidup, baru setelah itu, seseorang dapat mencapai berkat Tuhan. Kedamaian dibutuhkan pada tingkat fisik, mental, dan spiritual. Kedamaian tidak berada di luar dirimu, namun ia ada di dalam dirimu. Engkau adalah perwujudan kedamaian. Dalam kehidupan duniawi, pasti akan ada banyak kesulitan, tetapi janganlah khawatir. Seseorang harus menanggung semua penderitaan dengan ketabahan dan kesabaran. Kehidupan manusia diberikan bukan hanya untuk menikmati kesenangan duniawi. Hidup menjadi bermakna hanya ketika seseorang mengalami kedamaian yang berasal dari hati.
-BABA
Saturday, January 4, 2014
Thought for the Day - 4th January 2014 (Saturday)
The four components in the “Ceiling on Desires” programme are: Curb on excessive talk, curb on excessive desires and expenditure, control of consumption of food, and check on waste of energy. You need some essential commodities for sustenance, and you should not aspire for more. Only if air is available in sufficient quantity will it be comfortable. If it is excessive and there is a gale, you will feel uncomfortable. When you are thirsty, you can consume only a limited quantity of water needed for the sustenance of the body; you can’t drink the entire water of the River Ganga. Your eyes automatically close when they happen to see a flash of lightning because they can’t withstand such high illumination. Therefore there must be a limit to everything, including desires.
Empat komponen dalam program "Pembatasan keinginan" adalah: mengekang pembicaraan yang berlebihan, mengekang keinginan dan pengeluaran yang berlebihan, pengendalian konsumsi makanan, dan memeriksa pemborosan energi. Engkau memerlukan beberapa komoditas penting untuk kelangsungan hidup, dan engkau tidak perlu mencapai lebih dari yang diperlukan. Hanya jika udara tersedia dalam jumlah yang cukup, maka hidup akan nyaman. Jika udara/angin berlebihan dan ada badai/angin kencang, engkau akan merasa tidak nyaman. Ketika engkau haus, engkau hanya memerlukan jumlah air yang sedikit yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupmu, engkau tidak bisa minum seluruh air dari Sungai Gangga. Matamu secara otomatis akan menutup ketika secara kebetulan melihat kilatan petir karena mata tidak dapat menahan pencahayaan yang tinggi. Oleh karena itu harus ada batas untuk segala sesuatu, termasuk keinginan.
-BABA
Friday, January 3, 2014
Thought for the Day - 3rd January 2013 (Friday)
Thursday, January 2, 2014
Thought for the Day - 2nd January 2014 (Thursday)
Wednesday, January 1, 2014
Thought for the Day - 1st January 2014 (Wednesday)
God does not expect you to perform rituals nor does He want you to study the scriptures. All that He desires from you is eight types of ‘flowers’. God will be pleased with you and confer boons on you only when you offer Him these ‘flowers’ which are dear to Him. No benefit accrues from offering the flowers, which fade away and decay. Offer Him the eight flowers of nonviolence, control of senses, compassion, forbearance, peace, penance, meditation and Truth (ahimsa, indriya nigraha, daya, kshama, shanti, tapas, dhyana and sathya). Your life will find fulfillment when you please God by offering Him these ‘flowers’. Love is the undercurrent of all this. So lead a life suffused with love.