Monday, April 28, 2025

Thought for the Day - 28th April 2025 (Monday)



Revere knowledge as you revere your father, adore love as you adore your mother, move fondly with dharma, as your own brother; confide in compassion as your dearest friend; have calmness as your better half; and treat fortitude, as your own beloved son. These are your genuine kith and kin. Move with them, live with them, do not forsake or neglect them. Arjuna asked Krishna how the ever-restless mind could be controlled. Living with these kinsmen is the best recipe. That is the best atmosphere to ensure discipline and detachment needed for mind control. Mere prayer will not do. You must swallow and digest the morsel that’s put into the mouth; repetition of the name of the dish is of no use! Hearing discourses and nodding approval or clapping in appreciation are not enough. The mother feeds lovingly, but the child must take it in with avidity and relish. When this earthly mother has so much love, who can estimate the love of the Mother of all beings, the Jagat-janani?


- Divine Discourse, Oct 9, 1964

Anxiety is removed by faith in the Lord, the faith that tells you that whatever happens is for the best and that the Lord’s will be done. 


Hormatilah ilmu pengetahuan sebagaimana engkau menghormati ayahmu, muliakanlah kasih sebagaimana engkau memuliakan ibumu, jalanilah dharma dengan penuh kasih seperti halnya saudara kandungmu sendiri; percayalah pada welas asih sebagai teman terdekatmu; miliki ketenangan sebagai pasangan hidupmu; dan perlakukan ketabahan sebagai putra kesayanganmu sendiri. Semuanya ini adalah kerabat dan keluargamu yang sesungguhnya. Bergeraklah bersama mereka, hiduplah dengan mereka dan jangan tinggalkan atau abaikan mereka. Arjuna bertanya pada Krishna bagaimana cara mengendalikan pikiran yang selalu gelisah. Hidup bersama dengan keluarga dan kerabat ini adalah resep yang terbaik. Itu adalah suasana yang terbaik dalam memastikan disiplin serta tanpa keterikatan yang dibutuhkan untuk pengendalian pikiran. Berdoa saja tidak akan berhasil. Engkau harus menelan dan mencerna makanan yang dimasukkan ke dalam mulut; dengan mengulang-ulang nama makanan tidak ada gunanya! Mendengarkan ceramah dan menganggukkan kepala tanda setuju atau bertepuk tangan sebagai penghargaan adalah tidak cukup. Sang ibu menyusui anaknya dengan penuh kasih, namun sang anak harus menerimanya dengan antusias dan menikmati. Jika seorang ibu duniawi memiliki kasih yang begitu besar, siapa yang dapat mengukur kasih dari Ibu semua makhluk, sang Jagat-janani?


- Divine Discourse, 9 Oktober 1964

Kecemasan dihilangkan dengan keyakinan pada Tuhan, keyakinan memastikanmu bahwa apapun yang terjadi adalah yang terbaik dan bahwa kehendak Tuhanlah yang terjadi.

Sunday, April 27, 2025

Thought for the Day - 27th April 2025 (Sunday)



You toiled hard, earned money, and deposited it in a bank for safety and security. No doubt that money belongs to you, but the Bank Manager will not give it to you on your mere asking for it. There are certain rules and regulations for the withdrawal of money from the bank. You can withdraw the money only when you sign the cheque and surrender it to the Bank Manager. Likewise, you have deposited the 'money' of meritorious deeds with God, the Divine Bank Manager. Though God is the embodiment of sacrifice, and the money belongs to you, there is a proper procedure to get it. God is the Manager of the Bank of Love. You have deposited your money in His bank. In order to withdraw money from this bank, you have to submit the cheque of sacrifice with the signature of love. Anything may happen, but your love for God should not change. Only through such love can you follow the path of sacrifice and withdraw 'money' from the Divine Bank. Here 'money' does not mean currency notes. It is the 'money' of grace, wisdom, and righteousness.


- Divine Discourse, May 07, 2001.

Knock, the doors of Grace will open. Open the door; the sun’s rays waiting outside will flow silently in and flood the room with light. 


Engkau bekerja keras, mendapatkan uang dan menyimpannya di bank untuk keamanan dan keselamatan. Tidak diragukan lagi bahwa uang itu adalah milikmu, namun manajer bank tidak akan memberikan uang itu padamu hanya karena engkau memintanya. Ada aturan dan syarat tertentu yang harus dilakukan untuk menarik uang dari bank. Engkau bisa menarik uang hanya ketika engkau menandatangi cek dan menyerahkannya pada manajer bank. Sama halnya, engkau telah menyimpan ‘uang’ berupa perbuatan-perbuatan baik pada Tuhan sebagai manajer bank Ilahi. Walaupun Tuhan adalah perwujudan dari pengorbanan, dan uang itu adalah milikmu, ada prosedur yang tepat untuk mendapatkannya. Tuhan adalah manajer bank dari kasih. Engkau telah menyimpan uangmu pada bank Tuhan. Untuk menarik uang dari bank Tuhan maka engkau harus menyerahkan cek berupa pengorbanan dengan membubuhkan tanda tangan kasih. Apapun bisa terjadi, namun kasihmu pada Tuhan seharusnya tidak berubah. Hanya dengan kasih seperti itu maka engkau dapat menapaki jalan pengorbanan dan menarik ‘uang’ dari bank Ilahi. Dalam hal ini ‘uang’ tidak berarti mata uang. Ini adalah ‘uang’ berupa Rahmat, kebijaksanaan dan kebajikan.


- Divine Discourse, 07 Mei 2001.

Ketuklah, pintu Rahmat akan terbuka. Buka pintunya; karena cahaya matahari sedang menunggu di luar dan akan masuk dalam keheningan dan menerangi ruangan dengan terang cahaya.

Saturday, April 26, 2025

Thought for the Day - 26th April 2025 (Saturday)



When you are driving a car, the car is your God. When you are doing business in market, the market is your God. According to the culture of Bharat, we first make obeisance to the work we have to do. Before undertaking any work, we should regard that work as God. Tasmai Namah Karmane - Upanishads teach us this: “The work I have to do, I regard as God and make obeisance to God in that form”. Let us see the person who plays on tabla. Before he begins to play on it, he pays obeisance to tabla. The harmonium player will make obeisance to the harmonium before he starts. A dancer, before she begins her dance, will make obeisance to her ghunghru (musical anklets). Even a driver who is going to drive a lifeless car, before he holds the steering wheel, makes namaskaram (salutations) to the steering wheel! You do not have to go so far. While driving, if the car hits another person, immediately we make namaskaram to that person. The significance of all this is the faith and belief that God is present in all things. Thus, to regard the entire creation as the form of God and to perform your duty in that spirit is meditation.


- Divine Discourse, May 12, 1981.

Consider every work as God’s work. Then your work will be transformed into worship.

 

Ketika engkau sedang mengemudikan mobil, mobil itu adalah Tuhanmu. Ketika engkau sedang menjalankan bisnis di pasar maka pasar itu adalah Tuhanmu. Sesuai dengan budaya Bharat, kita pertama memberikan penghormatan pada pekerjaan yang harus kita lakukan. Sebelum melakukan kerja apapun, kita harus memandang kerja itu sebagai Tuhan. Tasmai Namah Karmane – Upanishad mengajarkan kita hal ini: “kerja yang harus aku lakukan, aku menganggapnya sebagai Tuhan dan memberikan penghormatan pada Tuhan dalam wujud kerja itu”. Mari kita lihat seseorang yang memainkan alat musik tabla. Sebelum dia mulai memainkan tabla, maka dia memberikan penghormatan pada tabla tersebut. Pemain harmonium akan memberikan penghormatan pada harmonium sebelum mulai memainkannya. Seorang penari, sebelum dia mulai tariannya maka dia akan memberikan penghormatan pada ghunghru (gelang kakinya yang berbunyi). Bahkan seorang sopir yang akan mengemudikan sebuah mobil yang tidak bernyawa, sebelum dia memegang kemudi maka dia memberikan penghormatan dalam bentuk namaskaram pada kemudi tersebut! Engkau tidak perlu melakukan sejauh itu. Pada saat lagi mengemudi, jika mobil menabrak orang lain, segera kita melakukan namaskaram pada orang itu. Makna dari semuanya ini adalah keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan bersemayam pada semuanya. Jadi, sadarilah seluruh ciptaan sebagai wujud Tuhan dan menjalankan kewajibanmu dalam semangat itu adalah meditasi.


- Divine Discourse, 12 Mei 1981.

Pandanglah bahwa setiap pekerjaan sebagai pekerjaan Tuhan. Kemudian pekerjaanmu akan berubah menjadi ibadah.

Thursday, April 24, 2025

Thought for the Day - 24th April 2025 (Thursday)



Fill your hearts with love and let love be the guiding principle in all your activities. When you have love in your heart, you need not worry about anything. God will always be with you, in you, around you and will look after you in all respects. When you say, “Krishna, I will follow You,” it means that Krishna is separate from you. It is possible that you will lose your way. Hence, you should pray, “Krishna, please be with me always.” In fact, He is always in you. When you enquire deeply, you will experience this truth. It is impossible to be away from Him. Many devotees proclaim, “Oh God, I am in you, I am with you and I am for you.” They repeat these words like parrots, but do not say from the depths of their heart. Actually, God is never separate from you. Pray to Him wholeheartedly with the conviction that He is always in you, with you, above you, below you, and around you. When you offer such a prayer to God, He will certainly redeem your life!


- Divine Discourse, Apr 13, 2005.

You may think that Swami is somewhere and does not know what is happening, but Swami is here, there and everywhere as the principle of the Atma. 


Isilah hatimu dengan kasih dan jadikan kasih menjadi prinsip penuntun dalam segala aktifitasmu. Ketika engkau memiliki kasih di dalam hatimu, engkau tidak perlu merasa cemas tentang apapun juga. Karena Tuhan akan selalu bersamamu, di dalam dirimu, di sekitarmu dan akan menjagamu dalam segala hal. Ketika engkau berkata, “Krishna, aku akan mengikutimu,” itu berarti bahwa Krishna adalah terpisah dari dirimu. Maka ada kemungkinan engkau akan kehilangan arah. Karena itu, engkau harus berdoa, “Krishna, tolonglah agar selalu bersamaku.” Sejatinya, Tuhan ada selalu di dalam dirimu. Ketika engkau menyelidiki lebih dalam, engkau akan mengalami kebenaran ini. Adalah tidak mungkin untuk bisa menjauh dari Tuhan. Banyak bhakta menyatakan, “Oh Tuhan, aku ada di dalam diri-Mu, aku ada bersama-Mu dan aku ada untuk-Mu.” Mereka mengulang perkataan ini seperti burung beo, namun tidak dikatakan dari kedalaman lubuk hati mereka. Sesungguhnya, Tuhan tidak pernah terpisah darimu. Berdoalah pada Tuhan sepenuh hati dengan keyakinan bahwa Tuhan selalu ada di dalam dirimu, bersamamu, diatasmu, dibawahmu, dan disekitarmu. Ketika engkau mempersembahkan doa seperti itu kepada Tuhan, maka Tuhan pastinya akan menyelamatkan hidupmu!


- Divine Discourse, 13 April 2005.

Engkau mungkin berpikir bahwa Swami ada di suatu tempat dan tidak mengetahui apa yang sedang terjadi, namun Swami ada disini, disana dan dimana-mana sebagai prinsip dari Atma.

Tuesday, April 22, 2025

Thought for the Day - 22nd April 2025 (Tuesday)



God never asks anything from anyone. But when people give to Him with a full heart, He returns a thousand-fold. You know the story of Kuchela. For the gift of a fistful of dry rice, Krishna granted him lifelong prosperity. Rukmini Devi was able to win Krishna for herself by offering Him just a single Tulasi leaf. So, whenever God accepts anything from anyone, He grants unending bounty in return. That is why it is said, Patram Pushpam Phalam Toyam - a leaf, a flower, a fruit or some water. At least these must be offered to God. Why? Only when we offer, we become eligible to receive. If you go to a bank and simply ask for your money, they will not give it to you although you have every right over it. You need to fill a withdrawal slip and sign it. Only then can you claim your money. So, you must give something first, in order to receive. This is Divine Law. Even if it is tiny or insignificant, it must be offered to God.


- Summer Showers, May 28, 1995.

God offers Himself to His devotees in exactly the same manner in which devotees offer themselves to Him.

 

Tuhan tidak pernah meminta apapun dari siapapun. Namun ketika manusia memberikan pada-Nya dengan sepenuh hati, Tuhan mengembalikannya seribu kali lipat. Engkau mengetahui kisah tentang Kuchela. Untuk pemberian segenggam beras kering, Krishna memberikannya kesejahtraan seumur hidup. Rukmini Devi mampu mendapatkan Krishna bagi dirinya hanya dengan mempersembahkan selembar daun Tulasi kepada Krishna. Jadi, kapanpun Tuhan menerima apapun dari siapapun, Tuhan memberikan karunia yang tidak terbatas padanya. Itulah sebabnya mengapa disebutkan, Patram Pushpam Phalam Toyam - daun, bunga, buah atau air. Setidaknya keempat ini harus dipersembahkan kepada Tuhan. Mengapa? Hanya ketika kita mempersembahkan, kita menjadi layak untuk menerima. Jika engkau pergi ke bank dan hanya meminta uangmu, pihak bank tidak akan memberikannya kepadamu walaupun engkau memiliki hak pada uang itu. Engkau harus mengisi berkas penarikan uang dan menandatanginya. Hanya setelah itu engkau dapat mengklaim uangmu. Jadi, engkau harus memberikan sesuatu awalnya, dalam upaya untuk menerima. Ini adalah hukum Tuhan. Bahkan pemberian itu bersifat kecil atau tidak berarti, ini harus dipersembahkan pada Tuhan.


- Wacana Musim Panas, 28 Mei 1995.

Tuhan mempersembahkan diri-Nya sendiri pada bhakta-Nya dengan cara yang sama seperti bhakta mempersembahkan dirinya pada Tuhan.

Monday, April 21, 2025

Thought for the Day - 21st April 2025 (Monday)



The greatest obstacle on the path of surrender is ahankara (egoism) and mamakara (mineness or possessiveness). It is something that has been inherent in your personality since ages, sending its tentacles deeper and deeper with the experience of every succeeding life. It can be removed only by the twin detergents of discrimination and renunciation. Bhakti is the water to wash away this dirt of ages and the soap of japam, dhyanam, and yoga (repetition of God’s name, meditation, and communion) will help to remove it quicker and more effectively. The slow and the steady will surely win this race; walking is the safest method of travel, though it may be condemned as slow. Quicker means of travel mean disaster; the quicker the means, greater the risk of disaster. You should eat only as much as you feel hunger, for more will cause disorder. So, proceed step by step in Sadhana (spiritual effort), making sure of one step before you take another. Do not slide back two paces, when you go one pace forward. But, even the first step will be unsteady, if you have no faith. So, cultivate faith.


- Divine Discourse, Aug 01, 1956.

When the Sun is over your head, there will be no shadow; similarly, when faith is steady in your head, it should not cast any shadow of doubt. 


Rintangan terbesar dalam jalan berserah diri adalah ahankara (egoisme) dan mamakara (rasa kepemilikan). Keduanya ini telah melekat dalam kepribadianmu sejak dari jaman dahulu, menancapkan tentakelnya lebih dalam dan lebih dalam lagi seiring dengan pengalaman hidup yang bertambah. Kedua rintangan ini hanya dapat dilepaskan dengan sabun cuci ganda yaitu kemampuan memilah dan tanpa keterikatan. Bhakti adalah air yang dipakai dalam membersihkan kotoran yang melekat sejak lama dan sabun berupa japam, dhyanam, dan yoga (pengulangan nama suci Tuhan, meditasi dan pergaulan spiritual) akan membantu untuk melepaskan kotoran ini lebih cepat dan lebih efektif. Mereka yang melangkah pelan namun mantap pastinya akan memenangkan perlombaan ini; berjalan adalah metode yang paling aman dalam menempuh perjalanan, walaupun berjalan dianggap sebagai lambat. Menempuh perjalanan lebih cepat berarti bencana; semakin cepat berarti semakin besar resiko bencana. Engkau hanya bisa makan sebanyak engkau merasa lapar, makan lebih banyak lagi akan menyebabkan gangguan. Jadi, lakukan sadhana (latihan spiritual) secara bertahap langkah demi langkah, pastikan satu langkah sebelum melangkah pada langkah selanjutnya. Jangan mundur dua langkah ketika engkau melangkah satu langkah ke depan. Namun, bahkan satu langkah menjadi tidak mantap jika engkau tidak memiliki keyakinan. Jadi, tingkatkan keyakinan.


- Divine Discourse, 01 Agustus 1956.

Ketika matahari ada tepat di atas kepalamu, maka tidak akan ada bayangan; sama halnya, ketika keyakinan begitu mantap dalam kepalamu maka tidak akan ada bayangan keraguan. 

Sunday, April 20, 2025

Thought for the Day - 20th April 2025 (Sunday)



It is the destiny of man to journey from humanity to Divinity. In this pilgrimage, he is bound to encounter various obstacles and trials. To illumine the path and help him overcome these troubles, sages, seers, realised souls, divine personalities, and Incarnations of God take birth in human form. They move among the afflicted and the seekers who have lost their way or strayed into the desert and lead them into confidence and courage. Certain personalities are born and live out their days for this very purpose. They can be called karana-janmas, for they take on the janma (birth) for a karana (cause, purpose). Of course, there are many aspirants who by their devotion, dedication and disciplined lives, attain the vision of the Omnipresent, Omnipotent, and Omniscient One. They are content with the bliss they have won for themselves. There are others who go out to share this bliss with those beyond the pale; they guide and lead and are blessed thereby. They teach that multiplicity is a delusion and that unity is the reality. Jesus was a karana-janma, a Master born with a purpose, the mission of restoring love, charity, and compassion in the heart of man.


- Divine Discourse, Dec 25, 1978.

A lover of God is a messenger of God. The one whom God loves is a “Son of God.” When one experiences both of these, he becomes one with God. 


Merupakan takdir dari manusia melakukan perjalanan dari kemanusiaan menuju keilahian. Dalam perjalanan suci ini, manusia terikat menghadapi berbagai jenis rintangan dan cobaan. Untuk menerangi jalan ini dan membantu manusia mengatasi rintangan-rintangan ini maka para guru suci, orang bijak dan jiwa yang tercerahkan, kepribadian Ilahi, dan inkarnasi Tuhan mengambil kelahiran sebagai manusia. Para guru-guru suci ini bergerak diantara orang-orang yang menderita dan para pencari spiritual yang kehilangan arah atau tersesat di gurun pasir dan menuntun mereka menuju keyakinan dan keberanian. Kepribadian tertentu lahir dan menjalani hari-harinya untuk tujuan khusus ini. Mereka dapat disebut dengan karana-janmas, karena mereka lahir (janma) untuk sebuah tujuan (karana). Tentu saja, ada banyak peminat spiritual dengan bhakti, dedikasi dan kehidupan disiplin mereka, mencapai pandangan dari Tuhan yang ada dimana-mana, Tuhan yang Maha Kuasa dan Tuhan yang Maha Tahu. Mereka puas dengan kebahagiaan yang mereka dapatkan untuk diri mereka sendiri. Sedangkan ada yang lainnya yang hadir untuk berbagi kebahagiaan ini dengan mereka yang berada di luar batas; mereka ini menuntun serta mengarahkan dan karenanya diberkati. Mereka mengajarkan bahwa keberagaman adalah khayalan dan kesatuan itu adalah kenyataan sejati. Yesus adalah seorang karana-janma, guru suci yang lahir dengan sebuah tujuan, dengan misi untuk memulihkan kasih, kedermawanan, dan welas asih dalam hati manusia.


- Divine Discourse, 25 Desember 1978.

Seorang yang mengasihi Tuhan adalah seorang utusan Tuhan. Seseorang yang Tuhan kasihi adalah seorang “putra dari Tuhan.” Ketika seseorang mengalami keduanya ini maka dia menjadi satu dengan Tuhan.