Thursday, June 30, 2011

Thought for the Day - 30th June 2011 (Thursday)

All of you must realize that the relationship between you and God is permanent, and is beyond the limitations of time and space. You should not waste your life thinking only of the physical relationship. The body is a passing thing. What you see externally is a burden. When you have made it a part of yourself it ceases to be a burden. It is like the food that a traveller carries on his shoulders for consumption on the way. As long as the food remains outside it is a burden. But when he has eaten it, he gets stronger and there is no burden on his shoulder. You must safeguard the Divinity you experienced and magnify it by contemplating on it internally. You should concentrate on the attainment of union with the Divine, which is permanent and beyond the limitations of time and space.

Engkau semua harus menyadari bahwa hubungan antara engkau dan Tuhan adalah permanen, dan berada di luar batas ruang dan waktu. Engkau tidak perlu membuang-buang hidupmu dan hanya berpikir bahwa hubungan itu hanyalah merupakan hubungan fisik. Badan kasar ini nanti akan lenyap. Apa yang engkau lihat diluar dirimu adalah sebuah beban, ketika engkau telah membuat bagian dari dirimu berhenti menjadi sebuah beban. Hal ini seperti makanan yang dibawa di pundak untuk konsumsi dalam perjalanan. Selama makanan itu masih berada di pundak, itu merupakan suatu beban. Tapi ketika ia telah memakannya, ia menjadi lebih kuat dan tidak ada beban di pundaknya. Engkau harus menjaga Keilahian yang engkau alami dan memperkuatnya dengan merenungkannya secara internal. Engkau harus berkonsentrasi pada pencapaian kesatuan dengan Tuhan, yang bersifat permanen dan di luar batas ruang dan waktu.

-BABA

Wednesday, June 29, 2011

Thought for the Day - 29th June 2011 (Wednesday)

Upaasana means approaching near the Divine. Upaasana is often equated with fasting. This is not correct. When one is immersed in the bliss of Brahma-ananda (divine bliss of rapture), one gives up food of one's own accord. This constitutes true Upaasana. To subject oneself to fasting as a compulsory regimen is not Upaasana, but mere starvation. For instance, to keep awake on Shivaraathri night by watching films or playing cards is a caricature of the sacred vigil that one is expected to observe at that time. The experience of Divine Bliss is not to be achieved by the mastery of various spiritual practices. It is only when the heart is purified that divinity can be realized. There is no room for divinity in a heart filled with egoism, pride and hatred.

Upaasana berarti lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Upaasana sering disamakan dengan puasa. Ini sepenuhnya tidaklah benar. Ketika seseorang tenggelam dalam kebahagiaan sejati Brahma-ananda, seseorang akan meninggalkan makanan atas kemauannya sendiri. Inilah Upaasana yang benar. Menjadikan puasa sebagai suatu aturan yang wajib dilakukan, bukanlah Upaasana, tetapi hanya menderita kelaparan belaka. Misalnya, agar tetap terjaga pada malam Shivaraathri dengan cara menonton film atau bermain kartu, bukanlah cara yang tepat. Pengalaman Kebahagiaan Ilahi tidak akan dicapai oleh penguasaan berbagai praktek-praktek spiritual. Hanya ketika hati dimurnikan maka keilahian dapat diwujudkan. Tidak ada ruang untuk keilahian dalam hati yang penuh dengan egoisme, kesombongan dan kebencian.

-BABA

Tuesday, June 28, 2011

Thought for the Day - 28th June 2011 (Tuesday)

Your attitude to God should not be dependent on likes and dislikes. There are some devotees who worship God with devotion for some time. Then they turn against God. The reasons for these changes in attitude are traceable to their expectations from God. When they feel that their prayers are being answered and their desires are being fulfilled, they adore Him. But when their wishes are not fulfilled, they revile God in all sorts of words. This kind of devotion is based on self-interest and has nothing divine about it. One should not blame God for one’s difficulties. Pure devotion will not be affected by changes in circumstances or fortunes. True love is not based on any conditions. It is equal in joy and pain and is not affected by fluctuations in fortune.

Sikapmu pada Tuhan seharusnya tidak tergantung pada suka dan tidak suka. Beberapa bhakta suatu waktu memuja Tuhan dengan pengabdian, tetapi kemudian mereka berbalik melawan Tuhan. Alasan untuk perubahan sikap mereka, dapat dilacak pada harapan mereka pada Tuhan. Ketika mereka merasa bahwa doa-doa mereka dijawab dan keinginan mereka terpenuhi, mereka memuja Beliau. Tetapi ketika keinginan mereka tidak dipenuhi, mereka mencaci Tuhan dengan berbagai kata-kata. Pengabdian semacam ini didasarkan pada kepentingan diri sendiri dan tidak ada keilahian tentang hal itu. Kita seharusnya tidak menyalahkan Tuhan untuk penderitaan yang kita alami sendiri. Pengabdian yang murni tidak akan dipengaruhi oleh perubahan keadaan atau keberuntungan. Cinta-kasih sejati tidak didasarkan pada suatu kondisi, ia sama baik dalam suka dan duka dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi keberuntungan.

-BABA

Monday, June 27, 2011

Thought for the Day - 27th June 2011 (Monday)

If you view the world with love, it will appear as filled with love. If you view it with hatred, everything will appear antagonistic to you. Eyes filled with love shine with brightness and cheerfulness. Eyes filled with hatred appear bloodshot and fearful. Your thoughts determine your actions - good or bad. The external world will reflect your thoughts. You must consider the entire universe as a temple of God. You must regard all that is beautiful and great in Nature - the lofty mountains, the vast oceans, the stars in the sky - as proclaiming the glory and power of the Divine. The sweet fragrance of flowers, the delectable juice of fruits should also be regarded as tokens of God's love and compassion.

Jika engkau melihat dunia dengan cinta-kasih, maka dunia nampak dipenuhi dengan cinta-kasih. Jika engkau melihatnya dengan kebencian, semuanya akan nampak berlawanan denganmu. Mata yang dipenuhi dengan cinta-kasih bercahaya dengan kecemerlangan dan kebahagiaan. Mata yang dipenuhi dengan kebencian nampak merah dan menakutkan. Pikiranmu menentukan tindakanmu - baik atau buruk. Dunia luar akan mencerminkan pikiranmu. Engkau harus menganggap seluruh alam semesta sebagai temple (tempat suci) Tuhan. Engkau harus menganggap semua yang indah dan besar di Alam semesta ini - gunung yang tinggi, lautan yang luas, bintang-bintang di langit - menyatakan kemuliaan dan kuasa Tuhan. Keharuman bunga, jus buah yang lezat juga harus dianggap sebagai tanda cinta-kasih Tuhan.

-BABA

Sunday, June 26, 2011

Thought for the Day - 26th June 2011 (Sunday)

Believe firmly that everything is rendered holy by His Name. Do not reject Him; cultivate Prema (love) for the Lord. It has infinite potentiality. An iron chain can be broken with ease, but not the chain of love that binds you to the Lord! Even the cruelest of animals is overpowered by love. Do not mistake this temporary abode as your eternal dwelling place. Do not lose heart at evanescent troubles and short-lived tragedies. Immerse yourselves in the effort to attain the eternal Lord. The Lord will never give you up.

Percayalah bahwa segala sesuatu diberikan karena Nama suci Tuhan. Janganlah menyangkal Beliau; kembangkanlah Prema (cinta-kasih) pada Tuhan. Beliau Maha kuasa, memiliki kemampuan yang tidak terbatas. Sebuah rantai besi bisa dipatahkan dengan mudah, tetapi hanya rantai cinta-kasihlah yang menyatukanmu dengan Tuhan! Bahkan binatang yang paling kejam-pun dapat dikalahkan dengan cinta-kasih. Janganlah keliru menganggap bahwa kediaman sementara ini sebagai tempat tinggalmu yang abadi. Jangan kehilangan semangat pada masalah dan tragedi yang pasti akan berlalu. Tenggelamkanlah dirimu dalam upaya untuk mencapai Tuhan yang abadi. Tuhan tidak akan pernah meninggalkanmu.

-BABA

Saturday, June 25, 2011

Thought for the Day - 25th June 2011 (Saturday)

Life is a long journey through time, and religion confers peace for the present and encouragement for the future. We must believe that we are at present undergoing the consequences of our own activities in the past. It will be a great source of peace and encouragement when people can be content with their present conditions because they know they themselves were the cause and know that if one does good and meritorious deeds now, it is possible to build a happy future. It is only when life is run on these two lines that morality and self-control can have a place in life. The power to adhere to these two ideals consists in the encouragement and the enthusiasm given by religion.

Hidup merupakan sebuah perjalanan panjang melalui waktu, dan agama memberikan kedamaian untuk saat ini dan memberikan dorongan untuk masa depan. Kita harus yakin bahwa saat ini kita sedang menjalani akibat dari perbuatan kita sendiri di masa lalu. Hal inilah yang akan menjadi sumber kedamaian dan dorongan ketika orang bisa puas dengan kondisi mereka sekarang karena mereka mengetahui bahwa mereka sendirilah yang merupakan penyebabnya dan mengetahui bahwa jika saat ini seseorang melakukan perbuatan baik dan bermanfaat, maka akan memungkinkan mereka untuk membangun masa depan yang bahagia. Hanya jika hidup ini berjalan pada dua garis yaitu moralitas dan pengendalian diri, maka kita bisa mendapatkan tempat dalam kehidupan ini. Kekuatan untuk mematuhi kedua ideal ini yang terdiri dari: dorongan dan semangat diberikan oleh agama.

-BABA

Friday, June 24, 2011

Thought for the Day - 24th June 2011 (Friday)

Do not entertain in your mind the idea of purity or impurity while undertaking a spiritual practice. There is nothing impure in the world. When the Lord is immanent everywhere and in everything, how can anything be impure? Even if something appears to the eyes as impure, the moment it contacts the Name of the Lord, it becomes purified. Purity and impurity are the result of the mental reactions at a particular moment. When one is giving money to someone, one talks of choosing an auspicious time. But when one gets a chance to take money, every moment becomes auspicious! The mind is the reason for both the attitudes. Remember that everything is pure, everything is Divine.

Janganlah menempatkan gagasan yang murni atau yang tidak murni saat melakukan praktek spiritual. Tidak ada yang tidak murni di dunia ini. Karena Tuhan imanen (ada) di mana-mana dan dalam segala hal, bagaimana mungkin sesuatu menjadi tidak murni? Bahkan jika sesuatu muncul pada pandangan sebagai sesuatu yang tidak murni, pada saat terjadi kontak dngan Nama Tuhan, maka ia menjadi dimurnikan. Kemurnian dan ketidakmurnian adalah hasil dari reaksi mental pada suatu waktu tertentu. Ketika seseorang memberikan uang kepada orang lain, seseorang akan mengatakan untuk memilih waktu yang tepat. Tapi ketika seseorang mendapatkan kesempatan untuk menerima uang, setiap waktu menjadi waktu yang tepat! Pikiran adalah alasan untuk kedua sikap tersebut. Ingatlah bahwa segala sesuatunya murni, dan semuanya adalah Divine (Tuhan).

-BABA

Thursday, June 23, 2011

Thought for the Day - 23rd June 2011 (Thursday)

Let the mind run wherever it likes; just be careful not to follow it, seeking to discover where it is going! It will then wander about for some time as the fancy takes it. Soon, getting tired and exhausted, it will come back to you in the end! It is like a little child that knows nothing. Since the mother is following it and calling it back, it gets courage and confidence to run forward in any direction, but if the mother does not run behind the child and instead retraces her steps quietly, the child too, of its own accord, will run back to the mother! Carry on with the remembrance and meditation of the Divine Name and Form that you like best, in the manner you are accustomed to. In this way, you will acquire one-pointedness (Ekagratha); you will realise your heart’s desire.

Biarlah pikiran bergerak kemanapun yang ia suka, hanya berhati-hatilah untuk tidak mengikutinya, berusahalah untuk menemukan kemana ia pergi! Pikiran kemudian akan berkhayal mengembara dalam beberapa saat. Segera, setelah merasa lelah, pada akhirnya ia akan datang kembali padamu! Hal ini dapat diibaratkan seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Karena si ibu mengikutinya dan memanggilnya kembali, ia mendapatkan keberanian dan keyakinan untuk bergerak ke segala arah, tetapi jika si ibu tidak berjalan di belakang sang anak dan sebagai gantinya mengikuti jejaknya dengan sangat pelan, anak itu juga, atas kemauannya sendiri, akan lari kembali pada sang ibu! Dengan mengingat Tuhan dan meditasi pada Nama dan Wujud Tuhan yang engkau sukai, maka engkau akan menjadi terbiasa untuk melakukannya. Dengan cara ini, engkau akan mendapatkan satu-kemanunggalan (Ekagratha); engkau akan menyadari keinginan hatimu.

-BABA

Wednesday, June 22, 2011

Thought for the Day - 22nd June 2011 (Wednesday)

The Grace of God, the compassionate glance from the eyes of God alone can instill into you the real meaning of the scriptures. The Grace of God is the only hope we have; that is the beacon to illumine the spiritual path. It is the compassion of God that will reward you for your spiritual struggles. His is a strong, steady ship that can take you safely across the ocean of birth and death. Such loving Grace of God can be won only by devotion and dedication.

Hanya dengan berkat Tuhan serta pandangan penuh kasih dari mata Tuhan, akan dapat menanamkan ke dalam dirimu arti sebenarnya dari kitab suci. Berkat Tuhan adalah satu-satunya harapan yang kita miliki; yang adalah cahaya untuk menerangi jalan spiritual kita. Inilah belas kasih Tuhan yang akan memberkatimu dalam perjuangan spiritualmu. Beliau adalah kapal yang kuat dan stabil yang dapat membawamu dengan aman melintasi lautan kelahiran dan kematian. Berkat cinta-kasih Tuhan yang seperti itu hanya dapat dicapai dengan bhakti (pengabdian) dan dedikasi.

-BABA

Tuesday, June 21, 2011

Thought for the Day - 21st June 2011 (Tuesday)

The human body is Paanchabouthika (made up of the five elements, namely, earth, water, fire, air, and space). It consists of Panchendriyas (five senses) that crave for fulfilling desires. There are also certain values like Sathya (truth), Dharma (righteousness), Shanti (peace), Prema (love), and Ahimsa (nonviolence) hidden in the core of our personality. These noble qualities are inherent in each and every one of us. They have to be brought out and manifested in our daily life. This process is called ‘Educare’.

Tubuh manusia adalah Paanchabouthika (yang terdiri dari lima unsur, yaitu, tanah, air, api, udara, dan ether), yang terdiri dari Panchendriyas (panca indera) yang menginginkan untuk memuaskan keinginan duniawi. Ada juga nilai-nilai tertentu seperti Sathya (kebenaran), Dharma (kebajikan), Shanti (kedamaian), Prema (cinta-kasih), dan Ahimsa (tanpa kekerasan) yang tersembunyi dalam inti kepribadian kita. Sifat-sifat mulia inilah yang melekat pada masing-masing dan setiap dari kita. Mereka harus dibawa keluar dan diwujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Proses inilah yang disebut dengan 'Educare'.

-BABA

Monday, June 20, 2011

Thought for the Day - 20th June 2011 (Monday)

People generally think that giving up family life, house, land and other forms of wealth is Thyaga (sacrifice). But that is not a sacrifice at all! It can be done easily. What is required is sacrificing one's desires. That is the real sacrifice! You must realize the purpose of human life. We are not born merely to eat, drink and make merry. The human birth is given to us to help our fellow human beings. We should not cause harm to anybody. We should not speak harsh words. We must always follow the motto: “Help ever, Hurt never.”

Orang-orang biasanya berpikir bahwa dengan meninggalkan kehidupan keluarga, rumah, tanah kelahiran, dan meninggalkan berbagai kekayaan adalah Thyaga (pengorbanan). Tetapi itu sama sekali bukanlah merupakan pengorbanan! Pengorbanan dapat dilakukan dengan sangat mudah. Apa yang diperlukan adalah mengorbankan keinginan kita sendiri. Itulah pengorbanan yang sesungguhnya! Engkau harus menyadari tujuan hidup manusia. Kita tidak dilahirkan semata-mata hanya untuk makan, minum, dan bersenang-senang. Kelahiran sebagai manusia diberikan kepada kita untuk membantu sesama manusia. Kita seharusnya tidak menyakiti siapapun. Kita seharusnya tidak mengucapkan kata-kata yang kasar. Kita harus selalu mengikuti motto berikut ini: "Selalulah menolong, jangan pernah menyakiti."

-BABA

Sunday, June 19, 2011

Thought for the Day - 19th June 2011 (Sunday)

You are overly concerned about the human body. It is but like a water bubble. The mind is a bundle of thoughts. Hence, one should not lead one's life reposing one’s entire faith in the body and mind. In today's world, righteousness has declined and the whole world is filled with injustice, indiscipline, and evil behaviour. In such a chaotic state, faith in God is the only lasting remedy. Love God to receive the gift of love from God. Truth is the only refuge, for truth is God. Love is God, live in love.

Engkau terlalu memperhatikan badan ini. Badan dapat diibaratkan seperti gelembung air. Mind (pikiran) merupakan kumpulan dari pemikiran-pemikiran. Oleh karena itu, seseorang seharusnya tidak meletakkan keyakinannya sepenuhnya pada badan dan pikiran. Di dunia saat ini, kebajikan telah menurun dan seluruh dunia ini penuh dengan ketidakadilan, ketidakdisiplinan, dan perilaku yang buruk. Dalam suasana kacau-balau yang seperti ini, keyakinan pada Tuhan adalah satu-satunya obat yang abadi. Kasihilah Tuhan untuk menerima hadiah cinta-kasih dari-Nya. Kebenaran adalah satu-satunya tempat berlindung, kebenaran adalah Tuhan. Cinta-kasih adalah Tuhan, hiduplah dalam cinta-kasih.

-BABA

Saturday, June 18, 2011

Thought for the Day - 18th June 2011 (Saturday)

Do not crave for the fruit the moment the sapling is planted! Do not pluck and chew the leaves and the twigs in the hope of inferring therefrom the taste of the fruit. If you do so, you cannot enjoy the sweetness of the fruit; besides, the plant itself will not survive. Similarly, your task is to simply cultivate the sapling called Nama (Name of God). While doing so, do not doubt and examine whether it has the glory ascribed to it. Without fail, that sapling will grow into a tree and give you the fruit you hope to eat. You can achieve it. Believe firmly that the Name is capable of yielding that fruit!

Janganlah menginginkan buah pada saat benih baru ditanam! Jangan pula memetik dan mengunyah daun dan ranting pohon dengan harapan bisa menyimpulkan rasa dari buah tersebut. Jika engkau melakukannya, engkau tidak akan bisa menikmati manisnya buah tersebut; selain itu, tanaman itu sendiri tidak akan bertahan hidup. Dengan cara yang sama, tugasmu adalah dengan sungguh-sungguh untuk mengembangkan ‘benih’ yang disebut Nama Tuhan. Ketika melakukan hal itu, janganlah ragu dan menguji apakah hal tersebut memiliki kemuliaan yang dianggap berasal darinya. Tentu, benih akan tumbuh menjadi pohon dan akan memberikan buah yang engkau harapkan buah tersebut dapat dimakan. Engkau akan mendapatkan hasilnya. Yakinlah bahwa Nama Tuhan akan mampu menghasilkan buah itu!

-BABA

Friday, June 17, 2011

Thought for the Day - 17th June 2011 (Friday)

Those who have the inner urge to achieve the higher wisdom that confers liberation have, therefore, to reflect upon and investigate the phenomenon of death. Death should arouse no fear. It should not be regarded as inauspicious. You should not run away from the problem, imagining that death happens only to others, and that it will not happen to you. Neither should you postpone reflections on death, judging that they are inappropriate now, and profitless. For inquiry into death is really inquiry into one’s own Reality. This truth has to be recognised.

Mereka yang memiliki dorongan batin untuk mencapai kebijaksanaan yang lebih tinggi yang akan memberikan pembebasan, seharusnya merenungkan dan menyelidiki fenomena kematian. Kematian seharusnya tidak menimbulkan rasa takut, juga tidak dianggap sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan. Engkau seharusnya tidak melarikan diri dari masalah, membayangkan bahwa kematian hanya terjadi pada orang lain, dan bahwa kematian tidak akan terjadi padamu. Seharusnya engkau juga tidak menunda merenungkan tentang kematian, menilai bahwa kematian tidak tepat saat ini, dan tidak menguntungkan. Untuk menyelidiki fenomena kematian benar-benar merupakan penyelidikan Realita kita sendiri. Kebenaran ini haruslah disadari.

-BABA

Thursday, June 16, 2011

Thought for the Day - 16th June 2011 (Thursday)

An untrained horse is trained through many devices. Similarly, it is to tame our unruly mind that we have prayer, Bhajans (devotional singing), and remembrance of the Name. In the initial stages, the horse runs in many directions, but the trainer does not worry. He holds fast to the reins. The mind, too, naturally runs in different directions when you begin remembrance and repetition of the Name; you must not yield to despair, anxiety, or indecision. Hold fast to the reins, the Nama (Divine Name)! Within a short time, your speech and thoughts will come under your grip. Do not allow anything to come near you that might make you forget the Name of the Lord. You will realise the profit of that name in due course.

Seekor kuda liar, dilatih dengan berbagai cara. Demikian pula, untuk menjinakkan pikiran yang sulit dikendalikan kita dapat melakukan doa, Bhajan (menyanyikan kemuliaan Tuhan), dan mengingat Nama Tuhan. Pada awalnya, kuda itu bergerak pada banyak arah, tetapi pelatih tidak khawatir; dia memegang kuat kendali. Pikiran juga demikian, secara alami pikiran bergerak ke berbagai arah. Ketika engkau mulai mengingat dan mengulang-ulang Nama Tuhan, engkau seharusnya tidak menyerah, cemas, ataupun ragu-ragu. Berpegang teguhlah pada kendali, yaitu Nama Tuhan! Dalam waktu singkat, pikiran dan perkataanmu akan berada di bawah kendalimu. Jangan biarkan apapun datang ke dekatmu yang memungkinkanmu bisa melupakan Nama Tuhan. Tepat pada waktunya engkau akan menyadari manfaat dari Nama Tuhan.

-BABA

Wednesday, June 15, 2011

Thought for the Day - 15th June 2011 (Wednesday)

The pupil must be eager to translate the teachings into daily activity and actual practices. They must fill their hearts with devotion and dedicate all their skills for the actualisation of the Guru’s counsel. Such a person alone deserves to be called a Shishya (disciple). The seed may have life in it; but the soil must be ploughed and made fit to activate it. When both these conditions are satisfied, the harvest of spiritual success is assured for the true pupil.

Para siswa harus memliki keinginan yang kuat untuk menerjemahkan ajaran-ajaran yang telah diberikan dalam aktivitas sehari-hari dan menjalankannya dengan sungguh-sungguh. Mereka harus mengisi hati mereka dengan pengabdian dan mendedikasikan semua kemampuan mereka untuk meng-aktualisasikan nasihat Guru. Hanya orang yang seperti demikian yang layak disebut sebagai seorang Shishya (siswa). Benih mungkin telah ada di dalam tanah, tetapi tanah harus dibajak dan dibuat sesuai agar benih tersebut bisa tumbuh. Ketika kedua kondisi ini dipenuhi, hasil panen kesuksesan spiritual pasti didapat bagi siswa sejati.

-BABA

Tuesday, June 14, 2011

Thought for the Day - 14th June 2011 (Tuesday)

If workers are ordered to dig the earth, their work is simply to go on digging. The gardener alone knows how much of the earth is to be put under which plant and how the earth is to be so put. So too, the order is to “Constantly dwell on the Lord’s Name”! Provided you continue to do that work, God Himself will direct where and how that has to be utilised.

Jika para pekerja diperintahkan untuk menggali tanah, maka pekerjaan mereka hanyalah untuk menggali. Hanyalah seorang tukang kebun yang tahu pasti seberapa banyak tanah yang diperlukan untuk menanam tanaman. Demikian juga, perintah untukmu adalah untuk "Terus-menerus menchantingkan Nama Tuhan"! Asalkan engkau terus-menerus melakukannya, Tuhan sendiri secara langsung mengarahkanmu kemana dan bagaimana suatu hal harus dilakukan.

-BABA

Monday, June 13, 2011

Thought for the Day - 13th June 2011 (Monday)

Every one of you will attain fullness in the end. You are at present at a particular stage, as a result of the activities engaged in during your previous lives and the feelings you entertained in the past. The future is being built at present by the activities you are engaging in now and the feelings that urge and shape them. A scholar might write elaborate commentaries on the Gita. But as a result of all that study, if in his character, behaviour and conduct, he does not prove that the Gita has soaked into him, all that punditry is but a burden he is carrying around. So, never treat the learning you derive as so much fodder for the brain. It must be sublimated into Ananda (bliss) for you. Envy, pompousness, egoism — such evil traits have to be driven out of you.

Masing-masing dari kalian, pada akhirnya akan mencapai kesempurnaan. Saat ini, engkau sedang berada pada tahapan tertentu, sebagai akibat dari perbuatan yang telah engkau lakukan pada kehidupan sebelumnya. Masa depanmu sedang dibangun saat ini dengan perbuatan-perbuatanmu saat ini. Seorang terpelajar bisa menguraikan Gita dengan terperinci. Tetapi sebagai hasil dari semua pembelajaran tersebut, jika dalam perilaku, karakter, dan tindakan, dia tidak membuktikan bahwa Gita telah meresap ke dalam dirinya, semua kualitas terpelajar tersebut tidak lain hanyalah sebagai beban yang dibawanya kemana-mana. Jadi, jangan pernah memperlakukan pelajaran yang engkau terima hanya sebagai makanan untuk otak. Itu harus disublimasikan ke dalam Ananda (kebahagiaan) untukmu. Iri hati, kesombongan (tinggi hati), egoisme – semua sifat-sifat buruk tersebut harus diusir dari dalam dirimu.

-BABA

Sunday, June 12, 2011

Thought for the Day - 12th June 2011 (Sunday)

People adore many deities like Rama, Krishna, Sai, but the Divine Principle in all of them is the same. Divine Soul (Atma) does not have a form or a name. Divinity alone is real; the world is unreal. (Brahma Sathyam Jagan Mithya). God has no attributes. He does not punish or harm anybody. He is present in your heart in the form of pure and unsullied love. Develop love more and more. That will protect you always. There is no greater protection than this. There is no weapon more powerful than love.

Orang-orang memuja banyak Dewa seperti Rama, Krishna, Sai, namun Prinsip Ilahi yang ada dalam semuanya adalah sama. Divine Soul (Atma) tidak memiliki wujud atau nama. Hanya Divinity (Tuhan) yang nyata; dunia ini tidaklah nyata. (Brahma Satyam Jagan Mithya). Tuhan tidak memiliki atribut. Beliau tidak menghukum atau melukai orang lain. Beliau ada di dalam hati dalam bentuk cinta-kasih murni dan tak ternoda. Kembangkanlah lebih banyak cinta-kasih, yang akan selalu melindungimu. Tidak ada perlindungan yang lebih besar dari ini. Tidak ada senjata yang lebih kuat daripada cinta-kasih.

-BABA

Friday, June 10, 2011

Thought for the Day - 11th June 2011 (Saturday)

Develop Love. When we come into this world, it is only love that comes with us. From love arises truth. When love and truth come together, humanness finds its sustenance. The mansion of human life can be built with self-confidence as the foundation, self-satisfaction as the pillar and self-sacrifice as the roof. Only then, can you attain self-realization in this life. You should begin with self-confidence. Without it, you cannot have happiness in life. How can one who does not have confidence in oneself have confidence in others? Do not doubt anything and everything. Doubt endangers life and one who doubts will not achieve anything in life. Develop faith. Give up all wicked qualities and lead an ideal and blissful life. Humanness blossoms only in a pure heart and finds fulfillment there.

Kembangkanlah cinta-kasih. Ketika kita lahir ke dunia ini, hanya cinta-kasih yang datang bersama dengan kita. Dari cinta-kasih timbullah kebenaran. Ketika cinta-kasih dan kebenaran datang bersama-sama, kemanusiaan mendapatkan tempat yang sesuai. Sebuah rumah dimana manusia tinggal di dalamnya, dapat dibangun dengan kepercayaan diri sebagai pondasinya, kepuasan diri sebagai pilarnya dan pengorbanan diri sebagai atapnya. Baru setelah itu, engkau dapat mencapai kesadaran diri dalam kehidupan ini. Engkau harus mulai dengan kepercayaan diri. Tanpa kepercayaan diri, engkau tidak dapat memiliki kebahagiaan dalam hidup ini. Bagaimana orang yang tidak memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri bisa memiliki kepercayaan pada orang lain? Jangan meragukan apapun. Keraguan dapat membahayakan kehidupan dan seseorang yang ragu-ragu tidak akan mencapai apapun dalam hidup. Kembangkanlah keyakinan. Singkirkanlah semua sifat-sifat buruk dan arahkanlah pada kehidupan yang ideal dan bahagia. Kemanusiaan akan mekar hanya dalam hati yang murni dan akan menemukan pemenuhan disana.

-BABA

Thought for the Day - 10th June 2011 (Friday)


Friendship is very important. When somebody salutes you, you should also salute him or her. Do not consider that since somebody is your enemy, you should not salute him. Consider everyone to be your friend. Do not bear hatred or enmity towards anyone. Enmity is a wicked quality. Everyone should be united. If you really want to see God, first see Him in everyone. You may earn any amount of money, but as long as you are alive, you should give joy to others by undertaking acts of charity. Those who have wealth should look after poor and sick people. Utilize all your earnings in a proper manner. Consider social service as service to yourself. Service to society is a sign of nobility. On the contrary, those who do not take the path of service are wicked.

Persahabatan sangatlah penting. Ketika seseorang menghormatimu, engkau juga harus menghormatinya. Janganlah menganggap bahwa karena seseorang adalah musuhmu, engkau tidak perlu menghormatinya. Anggaplah semua orang sebagai temanmu. Janganlah membenci ataupun memusuhi siapapun, karena ini merupakan sifat yang buruk. Setiap orang harus bersatu. Jika engkau benar-benar ingin melihat Tuhan, pertama-tama lihatlah Beliau dalam diri semua orang. Engkau bisa mendapatkan sejumlah uang, tetapi selama engkau masih hidup, engkau harus memberikan kebahagiaan kepada orang lain dengan melakukan tindakan amal. Mereka yang memiliki kekayaan akan terlihat (kaya) setelah orang-orang menderita kemiskinan dan sakit. Manfaatkanlah semua penghasilanmu dengan cara yang tepat. Anggaplah pelayanan yang engkau lakukan pada masyarakat (orang lain) sebagai pelayanan pada dirimu sendiri. Memberikan pelayanan kepada masyarakat merupakan tanda orang yang terhormat. Sebaliknya, mereka yang sama sekali tidak melakukan pelayanan pada masyarakat dapat diibaratkan sebagai orang yang ‘jahat’.

-BABA

Thursday, June 9, 2011

Thought for the Day - 9th June 2011 (Thursday)

Your very form is love. Have more faith in love and develop loving relationship with others. Develop the feeling that you belong to all and all belong to you. All are one; be alike to everyone. All are the children of the same mother. Being the children of the same mother, all should live like brothers and sisters. The very foundation of this country is based on truth and right action. This must be propagated. Everyone should consider adherence to truth as the greatest deed they can perform. Truth and right conduct are most important in the life of every human being. Youth, in particular, should strictly adhere to them. What is truth? Truth means harmony of thought, word and deed. Wherever these three are in harmony, truth is present there. You should not speak something on the platform, have something else in your mind and act in a totally different manner from what you spoke and thought. This is the worst sin possible!

Wujudmu yang sejati adalah cinta-kasih. Milikilah lebih banyak cinta-kasih dan kembangkanlah hubungan yang penuh kasih dengan orang lain. Kembangkanlah perasaan bahwa engkau adalah bagian dari semua orang dan semua orang adalah bagian dari dirimu. Semua adalah satu; bersikaplah sama pada semua orang. Semua adalah anak-anak dari ibu yang sama. Menjadi anak-anak dari ibu yang sama, semuanya seharusnya hidup sebagai satu saudara. Yang paling mendasar dari negara ini, didasarkan pada kebenaran dan kebajikan. Sebarkanlah kebenaran dan kebajikan. Setiap orang harus mematuhi kebenaran sebagai yang paling mulia yang dapat mereka lakukan. Kebenaran dan kebajikan adalah yang paling penting dalam kehidupan setiap manusia. Pemuda khususnya, benar-benar harus mengikuti kebenaran dan kebajikan. Apakah kebenaran itu? Kebenaran berarti adanya keselarasan pada pikiran, perkataan, dan perbuatan. Dimana ketiganya ini ada dalam keselarasan, maka kebenaran ada di sana. Engkau seharusnya tidak mengatakan sesuatu yang berbeda dengan pikiran dan tindakanmu. Inilah dosa yang terbesar!

-BABA

Wednesday, June 8, 2011

Thought for the Day - 8th June 2011 (Wednesday)

Education denotes Vidya, which is the Knowledge of the Self. This is the foundation of education. Students should acquire sacred education, beginning with thoughts of God. Even an illiterate driver in India, salutes the steering wheel before he starts the vehicle. Similarly, a musician offers salutation to the musical instrument, before playing on it. Thus, all type of learning should begin with the name of God and prayer to Him, and every activity should be done as an offering to God, without any artificiality and ostentation. Degrees acquired without the essence of education, are only pieces of paper. Students must have a pure and sacred heart and the goodness of education should be reflected on their faces. In fact, every individual should be imbued with divine feelings.

Pendidikan berarti Vidya, yaitu pengetahuan tentang Atma. Inilah sebenarnya dasar dari pendidikan. Para siswa harus memperoleh pendidikan suci, dimulai dengan merenungkan Tuhan. Bahkan pengemudi yang buta huruf di India, menghormati roda kemudi sebelum ia menjalankan kendaraannya. Demikian pula, seorang musisi memberikan hormat pada alat-alat musik, sebelum dimainkan. Jadi, semua jenis pembelajaran harus dimulai dengan nama Tuhan dan berdoa kepada-Nya, dan setiap kegiatan harus dilakukan sebagai persembahan kepada Tuhan, tanpa kepalsuan dan kesombongan. Gelar yang diperoleh tanpa esensi pendidikan, dapat diibaratkan sebagai potongan-potongan kertas belaka. Siswa harus memiliki hati yang murni dan suci dan kebajikan pendidikan harus tercermin pada wajah mereka. Seharusnya, setiap individu harus dijiwai dengan perasaan ilahi.

-BABA

Tuesday, June 7, 2011

Thought for the Day - 7th June 2011 (Tuesday)

It is the youth and youth alone who can set this world right. No nation can stand without its youth. Never underestimate the capabilities of the youth, thinking that they are inexperienced and young. Only the youth are capable of protecting this world. They are endowed with immense power. If they take a firm resolve, they are capable of achieving anything! When they realize their power, they can emancipate nations. You must face all difficulties with forbearance. Accept all trials and tribulations with love. Accept both pleasure and pain with love. Fill your heart with love and not with the poison of evil qualities. Everything is love. The very word ‘love’ is suffused with sweetness. Treat each other with love, converse with each other with love, lead a life full of love and enjoy bliss.

Hanya pemudalah yang dapat mengatur dunia ini dengan tepat. Tidak ada bangsa bisa berdiri tanpa generasi muda. Jangan pernah meremehkan kemampuan pemuda dan berpikir bahwa mereka tidak berpengalaman dan masih muda. Hanya pemuda yang mampu melindungi dunia ini. Mereka dikaruniai dengan kekuatan yang besar. Jika mereka mempunyai tekad yang kuat, mereka mampu mencapai apapun! Ketika mereka menyadari kemampuan mereka, mereka bisa membebaskan bangsanya. Engkau harus menghadapi semua kesulitan dengan kesabaran. Menerima semua cobaan dan kesulitan dengan cinta-kasih. Terimalah kebahagiaan dan kesedihan dengan cinta-kasih. Isilah hatimu dengan cinta-kasih dan bukan dengan racun kualitas jahat. Semuanya adalah kasih. 'Cinta' kata ini diliputi dengan rasa manis. Perlakukanlah setiap orang dengan cinta-kasih, berbicara dengan setiap orang dengan cinta-kasih, jalanilah hidup dengan penuh cinta-kasih dan dapatkanlah kebahagiaan sejati.

-BABA

Monday, June 6, 2011

Thought for the Day - 6th June 2011 (Monday)

Just as all parts of the body form one organism, similarly all beings are like various limbs of God. When there is an injury in the leg, it is the eye that sheds tears. The same type of intimate relationship exists between God and all the beings, just as it exists between the different limbs of the body. We must realize that our joys and sorrows are the reflections of our own actions; they are not caused by others. To blame others or God for our sorrows is a big mistake. You are your own witness. Everything in this world is reaction, reflection and resound.

Sama seperti semua bagian tubuh yang membentuk suatu organisme, demikian pula semua makhluk adalah seperti berbagai anggota badan dari Tuhan. Ketika kaki mengalami cedera, matalah yang menitikkan air mata. Jenis hubungan yang sama, ada antara Tuhan dan semua makhluk, sama seperti hubungan antara satu anggota badan dengan anggota badan yang lainnya. Kita harus menyadari bahwa kebahagiaan dan kesedihan yang kita alami merupakan refleksi dari tindakan kita sendiri, bukan disebabkan oleh orang lain. Merupakan suatu kesalahan besar jika kita menyalahkan orang lain atau Tuhan untuk penderitaan yang kita alami. Engkau sendiri adalah saksi itu sendiri. Segala sesuatu di dunia ini merupakan reaksi, refleksi dan gema dari perbuatan kita sendiri.

-BABA

Sunday, June 5, 2011

Thought for the Day - 5th June 2011 (Sunday)

Divinity is immanent in every being. The same truth was proclaimed in the Bhagavad Gita: Mamaivamsho Jivaloke Jivabhuta Sanathanaha (The eternal Atma in all beings is a part of My Being). Since every being is a part of the Divine, all should be respected, loved and adored. You should not hate anybody and should not create distance between one another. Being its part, each one of you should serve society. For whose sake is the existence of man? It is for the sake of society. Similarly, society has its existence for the sake of creation. This is the basis of the entire creation. The creation is the manifestation of God. You have a unique position in it. In fact, service to society is the most important duty of every one of you. That will endow you with Divine Power. Service to society is, in reality, service to Divinity.

Divinity tetap ada dalam setiap makhluk. Kebenaran yang sama telah disampaikan dalam Bhagavad Gita: Mamaivamsho Jivaloke Jivabhuta Sanathanaha (Atma yang abadi dalam semua makhluk merupakan Bagian-Ku). Karena setiap makhluk merupakan bagian dari Divine (Tuhan), maka semuanya seharusnya dihormati dan dikasihi. Engkau seharusnya tidak membenci siapapun dan tidak boleh membuat jarak antara satu dengan yang lainnya, serta masing-masing dari engkau harus melayani masyarakat. Untuk kepentingan siapa keberadaan manusia? Ini adalah untuk kepentingan masyarakat. Demikian pula, keberadaan masyarakat demi penciptaan. Ini adalah dasar dari seluruh penciptaan. Ciptaan adalah perwujudan Tuhan. Engkau memiliki posisi yang unik di dalamnya. Bahkan, pelayanan kepada masyarakat merupakan salah satu tugas yang paling penting dari setiap orang, yang akan memberkatimu dengan Kekuatan Ilahi. Memberikan pelayanan pada masyarakat sama halnya dengan memberikan pelayanan pada Tuhan.

-BABA

Saturday, June 4, 2011

Thought for the Day - 4th June 2011 (Saturday)

If at present, if you are pure in spirit, then you yourself have caused it. If you are afflicted by misfortune, again, it is assuredly the result of acts done by you. Hence, you must realize that your happiness and good fortune lie in your own hands. If you decide, you can gain happiness and good fortune. Unless you yearn, you cannot earn. So, it is clear that the will inherent in you is beyond all stages and conditions, all formations and transformations. The freedom that it represents, is the result of your past acts. It is powerful, infinitely fruitful and supreme.

Jika saat ini engkau memiliki jiwa yang murni, maka engkau sendirilah yang telah menyebabkan hal itu. Jika engkau menderita kemiskinan, sekali lagi, itu adalah pasti merupakan hasil dari perbuatan yang telah engkau lakukan. Oleh karena itu, engkau harus menyadari bahwa kebahagiaan dan nasib baik terletak di tanganmu sendiri, tergantung pada keputusanmu sendiri. Kecuali jika engkau merindukannya, engkau tidak akan bisa mendapatkannya. Jadi, jelas bahwa itu melekat dalam dirimu berada di luar semua situasi dan kondisi, semua formasi dan transformasi. Kebebasan yang didapat adalah hasil dari perbuatanmu di masa lalu. Ini sangat kuat, tertinggi, dan tidak terbatas.

-BABA

Thursday, June 2, 2011

Thought for the Day - 3rd June 2011 (Friday)

When Bhaktas (devotees) pray to Bhagawan (God) sincerely making all their actions as offering to God, they will certainly receive appropriate grace from the Divine. There are nine types of devotion: Shravanam (listening to the glory of the Lord), Keerthanam (singing), Vishnusmaranam (remembering), Padasevanam (adoration), Vandanam (saluting), Archanam (worshipping), Dasyam (obedient service), Sneham (friendship) and Atmanivedanam (self-surrender). In whichever way you offer worship, God responds in the same way. When you surrender all your actions, you will surely receive His Grace.

Ketika para Bhakta (pemuja) berdoa kepada Bhagavan (Tuhan) dengan sunguh-sungguh menjadikan tindakan mereka sebagai persembahan kepada Tuhan, mereka pasti akan menerima rahmat Tuhan sesuai dengan apa yang telah dilakukannya. Ada sembilan bentuk bhakti. Shravanam (mendengarkan kemuliaan Tuhan), Keerthanam (melantunkan nama serta kemuliaan Tuhan), Vishnusmaranam (menyadari dan mengingat kebesaran Tuhan), Padasevanam (melakukan pemujaan terhadap Tuhan), Vandanam (menghormati Tuhan), Archanam (menyembah Tuhan), Dasyam (melayani Tuhan dengan penuh ketaatan), Sneham (menjalin persahabatan dengan-Nya) dan Atmanivedanam (memasrahkan diri pada-Nya). Jalan yang mana saja yang engkau puja, Tuhan merespon dengan cara yang sama. Ketika engkau menyerahkan seluruh perbuatanmu, engkau pasti akan menerima rahmat-Nya.

-BABA

Thought for the Day - 2nd June 2011 (Thursday)

Some say knowledge is valuable, but character is more valuable than knowledge. One may be a learned scholar, one may hold high positions of authority, one may be very wealthy or be an eminent scientist but if one has no character, all the other acquisitions are of no use at all. Sacrifice, love, compassion and forbearance are the sterling human qualities that should be fostered, shedding jealousy, hatred, ego and anger, which are animal qualities.

Beberapa orang mengatakan bahwa pengetahuan itu berharga, tetapi karakter yang baik lebih berharga daripada pengetahuan. Seseorang bisa menjadi terpelajar, seseorang mungkin memegang jabatan yang tinggi, seseorang mungkin sangat kaya atau menjadi ilmuwan yang terkemuka, tetapi jika seseorang tidak memiliki karakter yang baik, semua yang telah diperoleh tersebut. tidaklah berguna sama sekali. Pengorbanan, cinta-kasih, belas kasihan, dan kesabaran adalah kualitas manusia yang sejati yang harus dipupuk, dengan cara menghilangkan sifat-sifat hewaniah seperti iri hati, kebencian, ego, dan kemarahan.

-BABA

Thought for the Day - 1st June 2011 (Wednesday)

All that you speak is a reflection of inner thoughts. All that you do is a reflection of inner action. Hence, to act according to your inner impulse is Dharma (right conduct). To speak what you feel inside is Sathya (truth). To contemplate on what you experience in your heart is Shanti (peace). To understand properly the promptings of the heart is Ahimsa (non-violence). Consideration for all emanating from the heart is Prema (love). The five values are thus reflections of feelings emanating from the heart. Being truly human means having complete harmony between thought, word and deed. If there is divergence between thought, word and deed, what is the outcome? Fruitless action.

Semua yang engkau ucapkan merupakan refleksi dari pikiran batinmu. Semua yang engkau lakukan merupakan refleksi dari perbuatan batinmu. Oleh karena itu, untuk bertindak sesuai dengan dorongan batinmu adalah Dharma (kebajikan/ perilaku yang benar). Untuk berbicara sesuai dengan yang engkau rasakan dalam batinmu adalah Sathya (kebenaran). Untuk merenungkan apa yang engkau alami dalam hatimu adalah Shanti (damai). Untuk memahami dengan baik bisikan-bisikan dari hatimu adalah Ahimsa (tanpa kekerasan). Semua yang berasal dari hati adalah Prema (cinta-kasih). Kelima nilai-nilai tersebut merupakan refleksi dari perasaan yang berasal dari hati. Untuk benar-benar menjadi manusia sejati berarti memiliki keselarasan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan. Apakah akibatnya, jika ada perbedaan antara pikiran, perkataan, dan perbuatan? Ini adalah perbuatan yang sia-sia.

-BABA