Tuesday, October 30, 2012

Thought for the Day - 30th October 2012 (Tuesday)




Proceed ever towards strength (balam). Do not take to untruth, wickedness, and crookedness – all of which denotes a fundamental fatal trait of cowardice and weakness (bala heenam). Weakness is born of accepting as true, a lower image of yourself than what the facts warrant. That is the main mistake. You believe you are the husk, but you really are the kernel. All spiritual practices must be directed to the removal of the husk and the revelation of the kernel. So long as you say, ”I am so and so”, there is bound to be fear. Once you say and feel “I am Divine” (Aham Brahmasmi), you get unconquerable strength.

Engkau hendaknya senantiasa berusaha untuk mencapai kekuatan (balam). Janganlah tersesat ke jalan yang penuh dengan ketidak-benaran, kejahatan serta kelicikan - semuanya itu merupakan tanda-tanda pengecut dan kelemahan (bala heenam). Dengan tanda kelemahan ini, engkau menganggap dirimu lebih rendah dari yang sebenarnya. Ini merupakan kesalahan utama. Engkau menganggap dirimu hanyalah sekedar kulit (buah); padahal sebenarnya engkau adalah core (inti)nya. Segala bentuk sadhana hendaknya diarahkan untuk menyingkirkan kulit ini serta untuk mengungkapkan inti sejatinya. Selama engkau masih berkata bahwa dirimu adalah "Aku adalah ini dan itu", maka di sana masih akan terdapat ketakutan; tetapi lain halnya bila engkau sudah sadar dan merasa serta berkata bahwa "I am God – Aku adalah (perwujudan) Tuhan", maka engkau akan memiliki kekuatan yang tak terkalahkan.

-BABA

Monday, October 29, 2012

Thought for the Day - 29th October 2012 (Monday)




Illusion is like a fierce dog that will not allow anyone to near its Master, God. You can easily manage to by-pass it by assuming the Form of the Master which is called Sarupyam or by calling out to the Master so loudly that He comes down and accompanies you into the house; that is to say, by winning His Grace as proximity, Saameepyam. Illusion is His pet and so will not harm you, if He orders not to. Illusion is the blemish that affects the mind. The Master comes to save not just one good person from Illusion, but the whole of mankind. Of course, He has to come assuming a form that man can love, revere, and appreciate.

Illusion/maya dapat diibaratkan seperti anjing galak yang tidak akan membiarkan siapa pun untuk mendekati Tuan-nya, yaitu Tuhan. Engkau dapat dengan mudah mampu mencapai Sang Master dengan membayangkan Wujud Sang Master yang disebut dengan Sarupyam atau dengan Saameepyam yaitu memanggil Sang Master dengan suara keras sehingga Beliau datang dan menyertaimu ke dalam rumah, dan engkau akan mendapatkan Berkat-Nya. Illusion/maya adalah hewan peliharaan-Nya sehingga tidak akan membahayakanmu, jika Beliau memerintahkan tidak, maka maya tidak akan membahayakanmu. Illusion/maya adalah noda yang mempengaruhi pikiran. Sang Master datang bukan hanya untuk satu orang, tetapi untuk menyelamatkan seluruh umat manusia. Tentu saja, Ia harus datang dengan mengambil wujud sebagai manusia yang dapat mencintai menghormati, dan menghargai.
-BABA

Sunday, October 28, 2012

Thought for the Day - 28th October 2012 (Sunday)


Action must not be felt as a burden. No action which helps your progress will weigh heavily on you. It is only when you go counter to your innermost nature, that you feel it as a burden. If you focus only on the worldly gains, a time will come when you look back on your achievements and will yourself sigh at the futility of it. Entrust your mind the task of serving your Lord, before it is too late. Let Him shape it as He likes, and your mind will be tamed. You don’t have to hand over to the goldsmith an ornament that is quite beautiful. You give him broken and dented ones, or those that have gone out of fashion! So too willingly give the Lord your mind that certainly needs repair, if not complete reconstruction!

Janganlah menganggap action (tindakan) sebagai suatu beban. Tindakan yang akan membantu kemajuanmu tentunya tidak akan terlalu memberatkan dirimu. Beban hanya akan muncul jikalau engkau melakukan tindakan yang berlawanan dengan sifat alamiahmu. Jika engkau hanya berfokus pada pencapaian duniawi, saatnya akan tiba ketika engkau menoleh kembali untuk melihat pencapaianmu, maka engkau akan menemui kesia-siaan. Percayakanlah semua pikiranmu untuk melayani Tuhan, sebelum segala sesuatunya menjadi terlambat. Biarlah Beliau membentuk pikiranmu sesuai dengan kehendak-Nya, maka pikiranmu akan bisa dijinakkan. Engkau tidak memberikan perhiasan yang sangat indah pada tukang emas, tetapi sebaliknya, engkau memberinya perhiasan yang telah rusak atau yang sudah tidak sesuai dengan mode, untuk diperbaiki. Demikian juga, engkau hendaknya menyerahkan pikiranmu dengan sepenuh hati pada Tuhan, yang tentunya perlu perbaikan, jika tidak demikian maka rekonstruksi tidak akan lengkap!
-BABA

Saturday, October 27, 2012

Thought for the Day - 27th October 2012 (Saturday)



The root of education fulfills itself in the fruit of virtue. Earning a fat salary is not the chief thing one should expect from education. The goal should be the cultivation of virtues. Education is the root of the tree of life. The affection which the individual develops towards kith and kin, the objects of the world, the ideals and the goals, the fancies and fashions - these form the branches and twigs. The blossoms which the tree produces are the intelligence and its manifestations. These flower blossoms yield the fruit of joy (anandham). The sweetness this fruit confers is character. The essence of character is virtue. It is in virtue that the tree of life justifies itself.

Akar dari pendidikan menghasilkan buah kebajikan. Mendambakan gaji yang besar bukanlah hal utama yang harus diharapkan dari pendidikan. Tujuan dari pendidikan adalah mengembangkan kebajikan. Pendidikan adalah akar dari pohon kehidupan. Kasih sayang individu yang ditujukan pada sanak dan kerabat, objek-objek duniawi, ideal dan tujuan, perhiasan dan pakaian - semuanya ini membentuk cabang-cabang dan ranting-ranting. Bunganya adalah kecerdasan dan manifestasinya. Bunga-bunga tersebut menghasilkan buah sukacita (Anandham). Manisnya buah ini membentuk karakter dan inti dari karakter adalah kebajikan.
-BABA

Friday, October 26, 2012

Thought for the Day - 26th October 2012 (Friday)



People are blinded by the objective world and they believe that world to be real, meaningful and worthy of pursuit. The cataract grows in the eye and robs it of its efficiency. Ignorance is the cataract of the inner eye. It hides the true vision and blinds the intellect such that one cannot see that Divinity is their real nature. Ignorance misleads you and makes you believe that you are an ordinary human (manava), when in reality you are God (Madhava). Of what use is the eye, when the vision is not correct? You have focussed too long on riches, status, children, relatives, fame and standard of living. All of these are of minor interest and momentary value. Fix your urge on the Truth, Eternal, the Real, the Pure and Immovable (Nithya, Sathya, Nirmala and Nischala) - the Divinity present within you and around you.

Orang-orang dibutakan dengan objek-objek duniawi dan mereka meyakini bahwa dunia ini menjadi nyata, bermakna, dan pantas untuk mengejarnya. Katarak tumbuh di mata dan merampas kemampuan mata untuk melihat. Ketidaktahuan adalah katarak dari mata batin. Hal ini menyembunyikan pandangan yang sesungguhnya dan menyembunyikan/membutakan intelek, sedemikian sehingga seseorang tidak dapat melihat Divinity yang adalah merupakan sifat sejati mereka. Ketidaktahuan/kebodohan menyesatkanmu dan membuatmu yakin bahwa engkau adalah manusia biasa (Manava), padahal kenyataannya engkau adalah (perwujudan) Tuhan (Madhava). Apa gunanya mata, ketika tidak bisa melihat dengan benar? Engkau telah memusatkan perhatianmu terlalu lama pada kekayaan, status, anak, kerabat, ketenaran, dan standar hidup. Semuanya ini hanya sesaat. Arahkanlah pada aspek-aspek berikut ini keabadian (Nithya), kebenaran (Sathya), kemurnian (Nirmala), dan yang tidak mengalami perubahan (Nischala) – Divinity/Keilahian ada dalam dirimu dan di sekitarmu.
-BABA

Thursday, October 25, 2012

Thought for the Day - 25th October 2012 (Thursday)




Believe in your experience; confidently accept whatever has given you peace and joy. This is the basis for faith. Also, gather wisdom from wherever you can acquire it. Listen to the good things that teachers of different denominations elaborate upon. Weigh in your own mind, against your own experience, the teachings you have heard. Listening (Shravanam) should be followed and confirmed by Reflection (Mananam). You must think through the background, implications, reservations, and limitations of what you have been told. Then comes Nidi dhyaasana - you should meditate on the truth that you have painstakingly garnered over the years and plant this wisdom deep down in your consciousness and let it become part of yourself.

Percayalah pada pengalamanmu sendiri; dengan penuh percaya diri menerima apapun yang telah memberikanmu kedamaian dan sukacita. Inilah dasar keyakinan. Juga, kumpulkanlah kebijaksanaan dari manapun engkau bisa memperolehnya. Dengarkanlah hal-hal baik yang telah diuraikan oleh para guru dari umat lainnya. Pertimbangkanlah dalam pikiranmu sendiri, tentang pengalamanmu sendiri serta ajaran-ajaran yang telah engkau dengar. Mendengarkan (Shravanam) harus diikuti dan dikonfirmasi dengan Refleksi (Mananam). Engkau harus memikirkan dasar, implikasi, persyaratan, dan keterbatasan dari apa yang telah engkau ketahui. Maka muncullah  Nidi dhyaasana - engkau hendaknya merenungkan kebenaran yang telah susah payah engkau kumpulkan selama bertahun-tahun dan menanam kebijaksanaan ini jauh di dalam kesadaranmu dan biarlah menjadi bagian dari dirimu.
-BABA

Wednesday, October 24, 2012

Thought for the Day - 24th October 2012 (Wednesday)

Many often believe and state in the spirit of surrender: “I offer to You my body, my mind, my possessions, my all." This is incorrect and is a sign of ignorance. It concedes that you and God are distinct entities. God is not separate from you, for God is in all, everywhere, at all times. (Ishwarassarva-bhoothaanaam). How then can you or God be apart? To see God in everything, everywhere, at all times, is true surrender (Sharanaagathi). Repetition of mantras (holy formulae) and platform speeches on holy texts alone is not true devotion. The real devotee is one whose deeds are in accordance with the words of advice they utter. Devotion cannot tolerate in a devotee, the slightest trace of envy or jealousy. Make your daily life holy and pure. Render your life worth-while through service to man and service to society. That is the most important aspect of surrendering the self.

Orang-orang menganggap keadaan pasrah total sebagai berikut: “Aku mempersembahkan badanku, pikiranku, harta-bendaku, dan semuanya kepada-Mu.” Ini tidaklah benar dan merupakan tanda ketidaktahuan. Jika engkau meyakini hal tersebut, berarti engkau dan Tuhan adalah entitas yang berbeda. Tuhan tidak terpisah darimu, karena Tuhan ada dalam semuanya, di mana-mana, dan setiap saat. (Ishwarassarva-bhoothaanaam). Bagaimana kemudian engkau atau Tuhan menjadi terpisah? Melihat Tuhan dalam segala hal, di mana-mana, dan setiap saat, inilah yang disebut dengan pasrah total (Sharanaagathi). Hanya mengucapkan mantra dan menyampaikan isi kitab suci di podium/mimbar bukanlah merupakan pengabdian sejati. Devotee/bhakta sejati adalah mereka yang perbuatannya sesuai dengan apa yang diucapkannya. Bagi seorang bhakta, janganlah ada sedikitpun jejak iri atau cemburu. Buatlah hidupmu suci dan murni. Jadikanlah hidupmu bernilai melalui pelayanan kepada manusia dan pelayanan kepada masyarakat. Itulah aspek terpenting dari penyerahan diri.
-BABA