Date: Sunday, January 19, 2014
Penance
does not mean retiring to the forest and living on fruits and tubers.
In fact such a life can be called a life of dullness (thamas), not
penance (thapas). True penance lies in controlling one’s emotions,
thoughts, words and deeds arising out of Sathwic, Rajasic and Thamasic
qualities. You should contemplate on God at all times and achieve
harmony of thought, word and deed. A noble person is one whose thoughts,
words and deeds are in complete harmony (Manasyekam Vachasyekam
Karmanyekam Mahatmanam). Do not be carried away by pain or pleasure. The
Gita teaches that you should be even-minded in happiness or sorrow,
gain or loss, victory or defeat. You should discharge your duty with
utmost sincerity and serve society without any expectation of reward.
Such even-mindedness and desireless state is true penance.
Bertapa
bukan berarti menuju ke hutan dan hidup bergantung pada buah-buahan dan
umbi-umbian. Bahkan hidup seperti itu bisa disebut kehidupan yang bodoh
(thamas), bukan bertapa (thapas). Bertapa sejati terletak dalam
mengendalikan emosi, pikiran, ucapan dan perbuatan yang timbul dari
kualitas Sathwik, Rajasik, dan Thamasik seseorang. Engkau hendaknya
merenungkan Tuhan sepanjang waktu dan mencapai keselarasan pikiran,
ucapan dan perbuatan. Orang yang mulia adalah seseorang yang pikiran,
perkataan, dan perbuatannya benar-benar harmonis (Manasyekam Vachasyekam
Karmanyekam Mahatmanam). Janganlah terpengaruh oleh penderitaan atau
kebahagiaan. Gita mengajarkan bahwa engkau hendaknya berpikiran yang
sama dalam kebahagiaan atau kesedihan, keuntungan atau kerugian,
kemenangan atau kekalahan. Engkau hendaknya menunaikan tugasmu dengan
ketulusan hati dan melayani masyarakat tanpa mengharapkan imbalan.
Keadaan pikiran yang seperti itu dan tanpa keinginan/mengurangi
keinginan adalah bertapa yang sesungguhnya. (Divine Discourse, Aug 22,
2000)
-BABA
Date: Monday, January 20, 2014
Recognize
the Divine within yourself. Open the doors of your heart. Develop love
more and more. Understand the truth. Experience God. There lies the
bliss. Make every effort to understand the immanent Divinity. The
Divinity within you is covered by ego and anger. Therefore, real
knowledge dawns when attachment is destroyed (Moham hithva punar vidya).
Where does this attachment come from? Excessive desires lead to
attachment. You may attain temporary peace by undertaking repetition of
the name (Japa), meditation (dhyana), and yoga. To attain permanent
peace, you must develop love within. Love can turn earth into sky and
sky into earth. This sacred love is within you. But, you direct it in
the wrong direction and thereby it gets perverted. Develop the sacred
Love within you to realise your innate Divinity.
Engkau
hendaknya menyadari Tuhan yang ada di dalam dirimu. Bukalah pintu
hatimu. Kembangkanlah cinta-kasih lebih banyak lagi. Pahamilah
kebenaran. Rasakanlah Tuhan. Disanalah terletak kebahagiaan tersebut.
Lakukanlah segala upaya untuk memahami Divinity yang imanen/tetap ada.
Divinity yang ada dalam dirimu ditutupi oleh ego dan amarah. Oleh karena
itu, pengetahuan sejati muncul ketika kemelekatan dihancurkan (Moham
hithva punar vidya). Darimanakah kemelekatan ini berasal? Keinginan yang
berlebihan menyebabkan kemelekatan. Engkau bisa jadi mencapai kedamaian
yang bersifat sementara dengan melakukan pengulangan nama Tuhan (Japa),
meditasi (dhyana), dan yoga. Untuk mencapai kedamaian yang bersifat
permanen, engkau harus mengembangkan cinta-kasih dalam dirimu.
Cinta-kasih dapat mengubah bumi menjadi langit dan langit menjadi bumi.
Cinta-kasih yang suci ini ada dalam dirimu. Tetapi, engkau
mengarahkannya ke arah yang salah dan dengan demikian itu akan
disalahgunakan. Kembangkanlah Cinta-kasih suci dalam dirimu untuk
mewujudkan Divinity-mu yang sejati. (Divine Discourse, March 14, 1999)
-BABA