The ear, skin, eye, tongue, nose — these five senses are able to cognise sound, touch, form, taste, and smell respectively. Objects of knowledge are cognised only through these five. The world is experienced through these instruments, which stand intermediate between the knower and the knowable. The inner capacity to understand objects is named the mind (manas). The mind moves out through the senses and attaches itself to objects. At that time, by that very occurrence, the mind assumes the form of that object; this is called a function (vritti). The mind is non-intelligent (achetana), so its transformations and manipulations (vikaras) are also non-intelligent, non-vital. A wooden doll has only the property of wood; a sugar doll, the property of sugar. The unintelligent mind cannot achieve knowledge of the supreme Intelligence (Chetana) which pervades the Universe. Just as the unintelligent chariot is directed by a charioteer, a charioteer must direct the unintelligent mind (manas), seated in the mind and having it as His vehicle. The motive force that activates the inner instruments, the senses of action, the senses of knowledge, the five vital airs (pranas) — that force is God!
- Ch 8, Kena Upanishad, Upanishad Vahini.
You have faith in the driver of your car, in the engineer who built your house. So too, believe in the Inner Motivator, the Atman within, the Voice of God.
Telinga, kulit, mata, lidah, hidung – kelima Indera ini mampu mengenali suara, sentuhan, wujud, rasa, dan bau berturutan. Objek-objek pengetahuan hanya dapat diketahui melalui kelima Indera ini. Dunia ini dapat dialami melalui sarana ini, yang mana menjadi perantara antara yang mengetahui dan dapat diketahui. Kapasitas batin untuk memahami objek-objek yang ada disebut dengan pikiran (manas). Pikiran bergerak keluar melalui Indera dan melekatkan dirinya pada objek tersebut. Pada saat itu, melalui kejadian itu, pikiran mengambil bentuk dari objek itu; ini disebut dengan sebuah fungsi (vritti). Pikiran adalah tidak cerdas (achetana), jadi perubahan dan manipulasinya (vikaras) juga tidak cerdas, tidak bersifat vital. Boneka kayu hanya memiliki kualitas kayu; boneka gula memiliki sifat gula. Pikiran yang tidak cerdas tidak bisa mencapai pengetahuan kecerdasan tertinggi (Chetana) yang mana meliputi alam semesta. Seperti halnya kereta yang tidak cerdas diarahkan oleh seorang Kusir, Kusir ini harus mengarahkan pikiran yang tidak cerdas (manas), dan duduk didalamnya dan menjadikan manas itu sebagai kereta-Nya. Kekuatan pendorong yang mengaktifkan peralatan batin, Indera penggerak, Indera pengetahuan, lima udara vital (prana) – kekuatan itu adalah Tuhan!
- Ch 8, Kena Upanishad, Upanishad Vahini.
Engkau memiliki keyakinan pada supir mobilmu, pada insinyur yang membangun rumahmu. Begitu juga, miliki keyakinan pada motivator dalam diri, Atma di dalam diri, suara Tuhan.