Friday, January 3, 2025

Thought for the Day - 3rd January 2025 (Friday)

The desire for wealth and power is not wrong as such. But wealth and power should be used for the right ends. Whatever position you occupy, see that it is used worthily. A cobbler stitching shoes is pursuing as worthy an occupation as a Prime Minister governing the country. Therefore, everyone must do his duty properly. There is no high or low in these matters. To each person, his occupation is a matter of pride. Hence, do your duty sincerely. Everyone should be filled with this feeling. You should see that you do your job well without any lapse or defect. When everyone does their duty in this spirit the well-being of the whole world will be automatically ensured. People proclaim that they desire the well-being of one and all in the world, but do nothing to promote it. They are concerned only about their own well-being. This is not the right attitude at all. 


- Divine Discourse, Apr 07, 1997.

Do the duty that He has allotted to the best of your ability, and to the satisfaction of your conscience. That is the most rewarding worship.



Keinginan untuk memiliki kekayaan dan kekuasaan tidaklah begitu salah. Namun kekayaan dan kekuasaan harus digunakan untuk tujuan yang benar. Apapun jabatan yang engkau pegang, lihatlah jabatan tersebut digunakan dengan cara bermartabat. Seorang tukang sol sepatu yang menjahit sepatu menjalankan pekerjaannya sama bermartabatnya dengan pekerjaan seorang perdana mentri yang mengurus negara. Maka dari itu, setiap orang harus menjalankan kewajibannya dengan baik. Dalam hal ini tidak ada yang lebih tinggi atau yang lebih rendah. Untuk setiap orang, pekerjaannya adalah sebagai sumber kebanggaan. Karena itu, jalankan kewajibanmu dengan setulus hati. Setiap orang harus diliputi dengan perasaan ini. Engkau seharusnya memastikan bahwa engkau menjalankan pekerjaanmu dengan baik tanpa adanya kelalaian dan cela. Ketika setiap orang menjalankan kewajibannya dengan semangat ini, maka kesejahtraan dunia secara keseluruhan otomatis akan terjamin. Banyak orang mengatakan bahwa mereka menginginkan kesejahtraan bagi semuanya di dunia, namun tidak melakukan apapun untuk mewujudkannya. Mereka hanya peduli pada kesejahtraan diri mereka sendiri. Itu sama sekali bukanlah sikap yang benar. 


- Divine Discourse, 7 April 1997.

Jalankan kewajiban yang Tuhan telah tetapkan dengan kemampuanmu yang terbaik, dan sesuai dengan hati nuranimu. Itu adalah bentuk ibadah yang paling berharga.

Thought for the Day - 2nd January 2025 (Thursday)

All the accomplishments and acquisitions in this world are transient and impermanent; lured by them, men get inflated and ultimately court ruin. Hence, giving up the notions of one's own doership, man must regard God alone as the doer. He is the giver, He is the recipient and He is also the object that is given. Time is the very form of God. Birth and death are encompassed by Time. Everyone, therefore, should regard Time as Divine and utilise it for performing sacred actions. You should not waste a single moment. Time wasted is life wasted. The fruits of your actions are determined by Time. All your experiences are the results of your actions, whether it is happiness or sorrow, affluence or poverty. Hence, good and bad depend on what you do. As are your actions, so are the fruits thereof. The way you utilise your time determines the outcome. Hence, this new year, which is a form of the Divine, should be put to right use. 


- Divine Discourse, 01 Januari 1991.

Fill your time with good actions. There is no greater sadhana than this.



Semua bentuk pencapaian dan perolehan di dunia ini adalah bersifat sementara dan tidak kekal; tergoda oleh pencapaian ini, manusia menjadi sombong dan pada akhirnya menuju kehancuran. Oleh karena itu, dengan melepaskan gagasan sebagai pelaku, manusia harus menganggap Tuhan sebagai satu-satunya pelaku. Tuhan adalah sang pemberi, Tuhan adalah yang menerima pemberian dan Tuhan juga adalah objek yang diberikan. Waktu adalah wujud Tuhan itu sendiri. Kelahiran dan kematian diliputi oleh waktu. Setiap orang, maka dari itu harus melihat waktu sebagai Tuhan serta menggunakannya untuk melakukan perbuatan yang suci. Engkau seharusnya tidak menyia-nyiakan satu momen pun. Waktu yang terbuang adalah hidup yang terbuang. Buah dari perbuatanmu ditentukan oleh waktu. Semua pengelamanmu adalah hasil dari perbuatanmu, apakah itu adalah kebahagiaan atau penderitaan, kekayaan atau kemiskinan. Karena itu, kebaikan dan keburukan tergantung dari apa yang engkau lakukan. Sebagaimana perbuatanmu maka begitulah buah yang engkau akan dapatkan. Cara engkau menggunakan waktumu menentukan hasilnya. Karena itu, tahun baru ini yang mana merupakan wujud dari Tuhan, harus dipergunakan dengan cara yang benar. 


- Divine Discourse, 01 Januari 1991.

Isilah waktumu dengan perbuatan-perbuatan yang baik. Tidak ada sadhana yang lebih hebat daripada hal ini. 

Wednesday, January 1, 2025

Thought for the Day - 1st January 2025 (Wednesday)

The eyes should see only what is good. The hands should be engaged in good actions. The ears should hear no evil and listen only to what is good. Talk no evil. Talk only what is good. Think no evil. Think what is good. Do no evil. Do what is good. This is the way to God. The eyes should see only sacred objects. The whole world will be transformed when your vision becomes holy. This is New Year Day according to the Gregorian calendar. We have other New Year days according to the practice in different parts of the country. There is no need to bother about the year as such. Devote every moment to actions that will please God. Develop love for God, which will confer every blessing on you. On this New Year Day I wish you all every happiness and prosperity. The ancients used to bless those who come to them with long life of 100 years and good health. They wished the people long life so that they may lead worthy lives. Lead a long life, happy life, peaceful life, loving life and divine life. Redeem your lives by practicing Divine Love. 


- Divine Discourse, Jan 01, 1998.

Start a novel and divine life in this new year. Give up all the old unsacred feelings. Cultivate Divine feelings.



Mata harus hanya melihat yang baik saja. Tangan harus digunakan dalam melakukan perbuatan yang baik. Telinga jangan mendengarkan yang buruk dan hanya mendengarkan yang baik saja. Jangan berbicara yang buruk. Hanya berbicara yang baik saja. Jangan berpikir yang buruk. Pikirkan hal yang baik saja. Jangan berbuat jahat. Lakukan yang baik saja. Ini adalah jalan menuju Tuhan. Mata harus hanya melihat hal-hal yang suci saja. Seluruh dunia akan berubah ketika pandangamu menjadi suci. Tahun baru ini sesuai dengan kalender Gregorian. Kita juga memiliki tahun baru lain sesuai dengan tradisi yang dijalankan di berbagai daerah lain di negara ini. Tidak ada gunanya memusingkan tahun seperti itu. Bhakta dalam setiap momen bertindak untuk menyenangkan Tuhan. Pupuklah kasih untuk Tuhan, yang mana akan memberikan setiap karunia untukmu. Dalam tahun baru ini, Aku mendoakan agar engkau semuanya berbahagia dan sejahtera. Para leluhur dahulu memberkati mereka yang datang dengan panjang umur sampai 100 tahun dan Kesehatan yang baik. Mereka mendoakan orang-orang berumur panjang sehingga mereka dapat menjalani hidup yang bermakna. Semoga panjang umur, hidup bahagia, hidup penuh kedamaian, hidup penuh kasih dan ilahi. Sucikan hidupmu dengan mempraktekkan kasih Tuhan. 


- Divine Discourse, 01 Januari 1998.

Mulailah hidup baru yang penuh berkah dan Ilahi di tahun baru ini. Lepaskan semua perasaan-perasaan yang tidak suci. Pupuk perasaan-perasaan ilahi. 

Thought for the Day - 31st December 2024 (Tuesday)

Embodiments of love! Many pray to God all over the world. They pray for the realisation of worldly desires of one kind or another. This is not the right kind of prayer. You should pray to God for the grace of His love. That love is everlasting. It is infinite. God has another attribute. He is the embodiment of bliss. He is Sat-Chit-Ananda (Being-Awareness-Bliss). Pray to God to confer that bliss on you. God's bliss is boundless and everlasting. All mundane pleasures are transient and ephemeral. Only he is a true devotee who prays to God for His love and bliss. One who prays for other trivial things is no devotee at all. Worldly benefits come and go. They are not the things for which you should pray. Seek what is eternal. Pray for God's love and bliss. Seek to realise your Divinity. Then you will experience the Divine in the entire cosmos. You will experience the bliss that fills the universe. 


- Divine Discourse, Apr 07, 1997.

If you secure the love of God, you can secure anything.



Perwujudan kasih! Banyak orang berdoa kepada Tuhan di seluruh dunia. Mereka berdoa untuk pemenuhan keinginan duniawi dalam berbagai bentuk. Ini bukanlah jenis doa yang benar. Engkau seharusnya berdoa pada Tuhan untuk karunia berupa kasih-Nya. Kasih Tuhan adalah bersifat abadi dan tidak terbatas. Tuhan memiliki sifat yang lain dimana Tuhan adalah perwujudan dari kebahagiaan. Tuhan adalah Sat-Chit-Ananda (Kebenaran-Kesadaran-Kebahagiaan). Berdoalah kepada Tuhan agar menganugerahkanmu dengan kebahagian itu. Kebahagiaan Tuhan adalah tidak terbatas dan kekal. Semua bentuk kesenangan duniawi adalah bersifat sementara dan fana. Hanya dia yang merupakan bhakta sejati yang berdoa kepada Tuhan untuk kasih dan kebagaiaan-Nya. Seseorang yang berdoa untuk hal-hal yang bersifat sepele sama sekali bukanlah bhakta. Keuntungan duniawi bersifat datang dan pergi. Semuanya itu bukanlah hal-hal yang engkau harus doakan. Carilah apa yang bersifat kekal. Berdoalah untuk kasih dan kebahagiaan Tuhan. Berusahalah untuk menyadari kualitas keilahianmu. Kemudian engkau akan mengalami keilahian dalam seluruh kosmos. Engkau akan mengalami kebahagiaan yang meliputi semesta. 


- Divine Discourse, 7 April 1997.

Jika engkau mendapatkan kasih Tuhan, maka engkau mendapatkan segalanya. 

Thought for the Day - 30th December 2024 (Monday)

There are five fingers in every hand. If each finger points towards its own peculiar direction, how can the hand hold or manipulate any article? If they come together and stay together, the hands can accomplish whatever they plan. Similarly, when one of you turns your head away at the sight of another, and ten people insist on ten diverse directions, how can any deed be done? You must all be equally alert, active and cooperative. Why must you compete and quarrel? Nothing in this world can last as such for long. Buddha diagnosed this correctly. He declared, "All is sorrow; all is transient; all are but temporary contraptions of ephemeral characteristics." Why should you be as fatally fascinated by these finite things? Strive to gain the eternal, the infinite, the universal. One day, you must give up the body you feed and foster. How long can you keep all that you have earned and possessed with pride? Trivial thoughts and desires award only sorrow; holy thoughts and desires award divine peace! 


- Divine Discourse, May 1981.

Unity confers peace and bliss. Disunity leads to discontent and restlessness and makes one forget Divinity.



Ada lima jari dalam setiap tangan. Jika setiap jari menunjukkan arah yang berbeda-beda, lantas bagaimana tangan dapat memegang atau menggerakkan benda apapun? Jika jari-jari tersebut bersatu dan tetap bersama-sama, maka tangan dapat menyelesaikan apapun yang mereka rencanakan untuk dilakukan. Sama halnya, ketika seseorang darimu memalingkan wajahnya dari pandangan orang lain, dan sepuluh orang bersikeras memilih pada sepuluh arah yang berbeda, bagaimana sebuah tindakan bisa dilakukan? Engkau semua harus waspada, aktif dan bekerjasama. Mengapa engkau harus bersaing dan bertengkar? Tidak ada apapun di dunia ini yang dapat bertahan begitu lama. Sang Buddha mengetahui hal ini dengan benar. Beliau menyatakan, "Semua adalah penderitaan; semuanya adalah sementara; semuanya hanyalah perangkat sementara dari sifat yang fana." Mengapa engkau menjadi benar-benar tertarik dengan hal-hal yang terbatas ini? Berusalah untuk mendapatkan keabadian, yang tidak terbatas, bersifat universal. Suatu hari nanti, engkau harus melepaskan tubuh yang engkau berikan makan dan rawat. Berapa lama engkau dapat menjaga semua yang engkau hasilkan dan miliki dengan kebanggan? Pikiran dan keinginan yang remeh hanya memberikan penderitaan; pikiran dan keinginan yang suci memberikan kedalamian ilahi! 


- Divine Discourse, Mei 1981.

Persatuan menghadirkan kedamaian dan kebahagiaan. Perpecahan mengarah pada ketidakpuasan dan kegelisahan serta membuat seseorang lupa pada keilahian. 

Thought for the Day - 29th December 2024 (Sunday)

Whoever subdues egotism, conquers selfish desires, destroys bestial feelings and impulses, and gives up the natural tendency to regard the body as the self, that person is surely on the path of dharma; that person knows that the goal of dharma is the merging of the wave in the sea, the merging of Self in the Over-self. In all worldly activities, be careful not to offend propriety or the canons of good nature; do not play false to the promptings of the inner voice; be prepared, at all times, to respect appropriate dictates of conscience; watch your steps to see whether you are in someone else’s way; be ever vigilant to discover the truth behind all this scintillating variety! This is your entire duty, your dharma. The blazing fire of wisdom (jnana), which convinces you that all this is Divinity (sarvam khalvidam Brahmam), will consume into ashes all traces of your egotism and worldly attachment. You must become intoxicated with the nectar of union with Brahman; that is the ultimate goal of dharma and of action (karma) inspired by dharma! 


- Dharma Vahini, Ch 1.

Have faith in God, and in the correctness of moral living. Then, you can have peace and joy, whatever may be the fare that fortune offers you.



Siapapun yang dapat menundukkan egoisme, menaklukkan keinginan yang mementingkan diri sendiri, menghancurkan perasaan dan dorongan yang bersifat kebinatangan, serta melepaskan kecendrungan yang lumrah dimana menganggap tubuh jasmani sebagai diri sejati, maka orang tersebut pastinya ada di jalan dharma; orang itu mengetahui bahwa tujuan dari dharma adalah menyatunya gelombang dalam lautan, menyatunya diri sejati dalam Diri yang Agung. Dalam semua kegiatan duniawi, berhati-hatilah untuk tidak melanggar nilai kesopanan atau norma-norma kebaikan; jangan mengingkari bisikan dari suara hati; selalulah siap sepanjang waktu untuk menghormati panggilan hati Nurani; perhatikan pada langkah-langkahmu untuk melihat apakah engkau menghalangi jalan orang lain; tetaplah waspada untuk menemukan kebenaran di balik semua keragaman yang memukau ini! Ini adalah seluruh dari kewajibanmu dan sebagai dharmamu. Berkobarnya api kebijaksanaan (jnana), yang menyadarkanmu bahwa semuanya ini adalah keilahian (sarvam khalvidam Brahmam) akan membakar habis menjadi abu semua jejak egoisme dan keterikatan duniawimu. Engkau harus menjadi mabuk dengan nektar dari penyatuan dengan Brahman; itu adalah tujuan tertinggi dari dharma dan tindakan (karma) yang terinspirasi oleh dharma! 


- Dharma Vahini, Ch 1.

Miliki keyakinan pada Tuhan, dan pada kebenaran hidup yang bermoral. Kemudian, engkau bisa memiliki kedamaian dan suka cita, apapun yang ditawarkan oleh takdir kepadamu.

Thought for the Day - 26th December 2024 (Thursday)

A person who is steeped in ignorance is considered to be no better than an animal. Such a person's life is centred only on sense-gratification. His thoughts never go beyond the senses because of his ignorance of the Divinity within him. He deems the transient earthly pleasures as heavenly bliss and lives in delusion devoid of discrimination. Every man must make an effort to rise to humanness, shedding his animal and demonic qualities, and then strive to realise his divine nature. When Jesus was born, three kings came to his birthplace. They gave expression to three different views about the newborn baby. One, looking at the infant, said: "This child looks like one who will be a lover of God." Second king said: "God will love this child." The third king declared: "Verily, this child is God Himself." The first one viewed the child from the physical point of view. The second saw the child from the mental viewpoint. The third saw from the spiritual point of view. These three declarations indicate how one can progress from the human to the divine level. What is needed is the destruction of animal and demonic qualities in man. 


- Divine Discourse, Dec 25, 1992.

It is not all that important how much you love God; what is more important is how much God loves you.



Seseorang yang tenggelam dalam kebodohan dianggap tidak lebih baik daripada binatang. Hidup orang seperti itu hanya terpusat pada kepuasan Indera. Pikirannya tidak pernah melampaui Indera karena ketidaktahuannya pada keilahian di dalam dirinya. Dia menganggap kesenangan duniawi yang bersifat sementara sebagai kebahagiaan surgawi dan hidup dalam khayalan tanpa adanya kemampuan membedakan antara yang benar dan salah. Setiap manusia harus melakukan usaha untuk bangkit naik menuju kemanusiaan, menanggalkan sifat binatangnya dan sifat jahatnya, kemudian berusaha untuk menyadari sifat ilahinya yang sejati. Ketika Jesus lahir, ada tiga raja yang mengunjungi tempat lahirnya. Mereka memberikan tiga pandangan berbeda terkait bayi yang baru lahir. Satu raja memandang pada bayi itu dan berkata: "Anak ini kelihatan seseorang yang akan menjadi penyayang Tuhan." Raja kedua berkata: "Tuhan akan menyayangi anak ini." Raja ketiga menyatakan: "Sejatinya, anak ini adalah Tuhan itu sendiri." Raja pertama melihat anak ini dari sudut pandang fisik. Raja kedua memandang anak ini dari sudut pandang batin. Raja ketiga memandang anak ini dari sudut pandang spiritual. Ketiga pernyataan ini menandakan bagaimana seseorang dapat maju dari manusia menuju tingkat Tuhan. Apa yang dibutuhkan adalah menghancurkan sifat binatang dan sifat jahat di dalam diri manusia. 


- Divine Discourse, 25 Desember 1992.

Yang terpenting bukanlah berapa besar engkau menyayangi Tuhan; yang lebih penting adalah berapa besar Tuhan menyayangimu.

Thought for the Day - 25th December 2024 (Wednesday)

God is the Eternal Power, Omnipotent, Omniscient. He is the cause and consequence - the potter, clay and the pot. Without God, there can be no Universe. He willed and the Universe happened. It is His play, the manifestation of His power. Man embodies His will, His power, His wisdom. But, he is unaware of this glory. A cloud of ignorance veils the truth. God sends sages, saints and prophets to unveil the Truth and Himself appears as an Avatar (divine incarnation) to awaken and liberate him. Two thousand years ago, when narrow pride and thick ignorance defiled mankind, Jesus came as the embodiment of love and compassion and lived among men, holding forth the highest ideals of life. You must pay attention to the lessons he elaborated on in various stages of his life. 'I am the Messenger of God,' he declared, first. Yes. Each individual must accept that role and live as examples of divine love and charity. This day, as we celebrate Christmas, bring to mind the words he uttered, the advice he offered, the warning he gave, and decide to direct your daily lives along the path he laid down. His words must be imprinted on your hearts and you must resolve to practise all that he taught. 


- Divine Discourse, Dec 24, 1980.

Christ taught people to love all beings and serve all with compassion. Only by practising these ideals, one can truly celebrate His birthday.



Tuhan adalah kekuatan yang abadi, Maha Kuasa dan Maha Mengetahui. Tuhan adalah sebagai sebab dan juga akibat – Tuhan adalah sang pembuat tembikar, Tuhan adalah tanah liatnya dan Tuhan adalah kendi itu juga. Tanpa adanya Tuhan, tidak akan ada alam semesta. Tuhan berkehendak dan alam semesta tercipta. Alam semesta ini adalah kemukjizatan-Nya dan manifestasi dari kekuatan-Nya. Manusia adalah perwujudan dari kehendak Tuhan, kekuatan Tuhan dan kebijaksanaan Tuhan. Namun, manusia tidak menyadari kemuliaan ini. Awan dari kebodohan menutupi kebenaran. Tuhan mengirimkan para guru suci, orang suci dan Nabi untuk mengungkapkan kebenaran dan Tuhan sendiri hadir sebagai _Avatar_ (inkarnasi Tuhan) untuk membangkitkan dan membebaskan manusia. Dua ribu tahun yang lalu, ketika kesombongan yang picik dan kebodohan yang tebal mencemari umat manusia, Yesus datang sebagai perwujudan kasih dan welas asih serta hidup bersama diantara manusia, mengajarkan nilai-nilai tertinggi dari hidup. Engkau harus memberikan perhatian pada pelajaran yang Yesus ajarkan dalam berbagai tahapan hidup-Nya. 'Aku adalah utusan Tuhan,' kata-kata Yesus pertama kali. Iya, setiap individu harus menerima peran itu dan hidup sebagai teladan dari kasih Tuhan dan kedermawanan. Hari ini, ketika kita merayakan Natal, ingatlah kembali kata-kata yang Yesus katakan, nasihat yang Yesus berikan, peringatan yang Yesus sampaikan, dan ambilah Keputusan untuk mengarahkan hidupmu sehari-hari sesuai dengan jalan yang Yesus telah tunjukkan. Perkataan-Nya harus terpatri di dalam hatimu dan engkau harus bertekad untuk mempraktekkan semua yang Yesus ajarkan. 


- Divine Discourse, 24 Desember 1980.

Kristus mengajarkan manusia untuk mengasihi semua makhluk dan melayani semuanya dengan welas asih. Hanya dengan mempraktikkan nilai-nilai ini, kita dapat benar-benar merayakan hari kelahiran-Nya.




Thought for the Day - 23rd December 2024 (Monday)

Meditation, these days, is often confined to the puja room. As soon as one emerges from the shrine, one is filled with all sorts of mental agitations. Hence, it has been declared: Satatam yoginah (Be established in yoga all the time). This does not mean giving up all worldly affairs. Pursue your studies. Fulfill your duties. But in all these activities, use your Dharana power (the power of concentration). In the process, you develop your powers of Dhyana (meditation). Dhyana means single-pointed contemplation. Even in daily life, when one is in a reflective mood, he is asked: “What is the Dhyana you are doing?" Dhyana means absorption in thought. It should be centred on only one specific subject. This is described in Vedantic parlance as Salokyam. "Sa" comprehends every aspect of Divinity. Salokya means absorption in the thoughts of Divinity. Through Dhyana you have to achieve the sense of oneness with the Divine.


- Divine Discourse, Jun 29, 1989.

Living in the world, do your duty, discharge your responsibility, but keep the focus on the goal; never forget it.



Meditasi pada saat sekarang sering dibatasi hanya pada ruang doa. Begitu seseorang bangkit dan keluar dari ruang doa, dia diliputi dengan berbagai bentuk kegelisahan batin. Oleh karena itu, telah dinyatakan dalam naskah suci: Satatam yoginah (tetaplah dalam keadaan yoga sepanjang waktu). Hal ini tidak berarti melepaskan semua urusan duniawi. Tempuhlan pendidikanmu. Jalankan kewajibanmu. Namun dalam semua aktifitas, gunakan kekuatan konsentrasimu (Dharana). Melalui proses ini, engkau mengembangkan kekuatan dari meditasimu (Dhyana). Dhyana berarti perenungan yang terpusat pada satu titik. Bahkan dalam hidup sehari-hari, ketika seseorang dalam perenungan, dia ditanyakan: “Apa yang sedang engkau renungkan?" Dhyana berarti keterpusatan dalam pikiran. Pikiran itu harus tertuju hanya pada satu subjek tertentu. Hal ini dijabarkan dalam istilah Wedanta sebagai Salokyam. "Sa" mencakup setiap aspek keilahian. Salokya berarti keterpusatan pikiran-pikiran pada keilahian. Melalui Dhyana engkau harus mencapai rasa kesatuan dengan Tuhan. 


- Divine Discourse, 29 Juni 1989.

Hidup di dunia, lakukan kewajibanmu, jalankan tanggung jawabmu, namun tetap fokus pada tujuan; jangan pernah melupakannya.