Monday, March 31, 2008

Thoughts for the Day - 1st April 2008 (Tuesday)


If you allow the wind of doubt or the sun of despair to affect the pot of Ananda (bliss) that you have filled in your heart, it will evaporate quickly. But if you keep the pot in the cool waters of good company and good deeds, it can be preserved undiminished for ever. Ananda also grows when you dwell on it in silence and recapitulate the circumstances which yielded it. That is why Manana (rumination) is held so important a part of spiritual effort.

Jikalau engkau membiarkan angin keragu-raguan ataupun mentari keputus-asaan mempengaruhi Ananda yang telah secara susah-payah engkau isi di dalam hatimu, maka akibatnya adalah bahwa kandungan Ananda-mu tersebut akan menguap secara cepat. Akan tetapi, jikalau engkau menyimpannya di tengah-tengah air sejuk dalam wujud pergaulan yang saleh dan perbuatan bajik, maka Ananda yang engkau miliki akan bisa dijaga & awet untuk selamanya. Ketahuilah bahwa Ananda juga tumbuh (berkembang) apabila engkau berkontemplasi di tengah-tengah keheningan dan memelihara kondisi-kondisi yang melahirkannya. Itulah sebabnya dikatakan bahwa Manana (perenungan) adalah bagian penting dari upaya-upaya spiritual.
-BABA

Saturday, March 29, 2008

Thoughts for the Day - 31st March 2008 (Monday)


Seva (selfless service) brings out all that is great in man. It broadens the heart and widens one's vision. It fills one with joy. It promotes unity. It proclaims the truth of the spirit. It drives out all the evil qualities in man. It must be regarded as a great spiritual discipline. All relationships of husband and wife, mother and child, employer and the employee are based on mutual service. The world is progressing because of such mutual service. If the principle of service did not operate, the world would come to a halt. It is only when man is filled with the spirit of service that his divine nature is recalled. He then experiences the peace the passeth all understanding.

Seva (pelayanan tanpa pamrih) akan membangunkan kualitas-kualitas positif di dalam diri manusia. Ia akan semakin memperluas pandangan serta melapangkan hati. Ia akan menghasilkan keceriaan serta mempromosikan unity (persatuan). Seva memproklamirkan spirit (jiwa) dalam identitas sejatinya dan mengusir kualitas-kualitas negatif di dalam diri manusia. Hendaknya seva diperlakukan sebagai disiplin spiritual yang luar biasa. Setiap bentuk hubungan antar manusia, baik antara suami dan isteri, antara ibu dan anak, antara majikan dan karyawan - semua hubungan itu didasari oleh mutual service (pelayanan saling mutualistik - saling memberi manfaat). Dunia ini mengalami kemajuan sebagai akibat adanya mutual service tersebut. Jikalau saja prinsip tentang pelayanan ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka dunia ini akan berhenti total. Sifat Ilahiah di dalam diri manusia hanya akan terealisasi jikalau semangat pelayanan di dalam dirinya dibangkitkan. Pada saat itu, maka manusia akan mengalami kedamaian yang melampaui segala bentuk pemahaman.
-BABA

Thoughts for the Day - 30th March 2008 (Sunday)


To be born as a human being is a great fortune. For, man alone can attain the status of the Divine by recognising the reality of his being. No beast or bird can reach that height of realisation. But, it is tragic that instead of valuing the chance and utilising it, man fritters his years away and dies without attaining the goal. He is disgracing himself and denying his high destiny. A minute's reflection will reveal to him how far he is from attaining the stage of self-realisation. But, what a pity, he does not dedicate his life to the Divine, instead he is caught up in the vain pursuit of comforts and cosy living.

Kesempatan untuk terlahir sebagai manusia merupakan suatu keberuntungan yang tiada taranya. Sebab, hanya manusia sajalah yang memiliki kemampuan untuk mencapai status Keilahian melalui upaya identifikasi realitas sejatinya. Kawanan hewan atau burung tidak memiliki kemampuan untuk mencapai realisasi tersebut. Akan tetapi, ironisnya, alih-alih menghargai dan memanfaatkan kesempatan emas yang telah dimilikinya, manusia justru menyia-nyiakan kehidupannya dan akhirnya menemui ajalnya tanpa sempat mencapai tujuan hidupnya. Manusia telah menurunkan derajatnya dan mengingkari hak miliknya yang eksklusif itu. Bila saja ia melakukan kontemplasi barang selama satu menit saja, maka ia akan menyadari betapa masih sangat jauhnya dirinya dari pencapaian keadaan self-realisation. Sungguh amat disayangkan sekali, manusia tidak mendedikasikan kehidupannya kepada Divine; ia malahan masih terperangkap dalam upaya sia-sia untuk mengejar kemewahan hidup.
-BABA

Thoughts for the Day - 29th March 2008 (Saturday)


One's body is derived from the flesh and blood of the mother. The amount of sacrifice involved in giving birth to a child and rearing that child with continuous care and love is beyond description. The food you eat, the clothes you wear, the life you lead are all the gifts of your parents. If you do not honour your parents who are verily the 'creators' in human form, how can you learn to honour the Creator in Divine Form? One's primary duty, therefore, is to please one's parents – only thus can one's debt to them be discharged. Nor is that all, the debt to one's parents can also be fully discharged by rendering service to society.

Badan jasmanimu berasal dari darah dan daging sang ibu. Pengorbanan yang diberikan oleh sang ibu sungguhlah amat besar ketika melahirkanmu dan membesarkanmu secara penuh perhatian dan kasih-sayang. Makanan yang engkau makan, pakaian yang engkau kenakan, dan kehidupan yang sedang engkau jalani ini - semuanya adalah pemberian orang-tuamu. Jikalau engkau tidak menghormati orang-tuamu yang tiada lain adalah 'pencipta' wujud manusia, maka bagaimanalah mungkin engkau bisa belajar untuk menghormati Sang Pencipta dalam wujud Ilahiah? Oleh sebab itu, tugas utama yang engkau emban adalah menyenangkan orang-tuamu - sebab hanya dengan demikianlah hutang-hutangmu kepada mereka bisa dilunasi. Bukan itu saja, bahkan hutang-hutangmu kepada orang-tuamu akan lunas tuntas melalui tindakanmu memberikan pelayanan kepada masyarakat.
-BABA

Thoughts for the Day - 28th March 2008 (Friday)


Seva (service) opens the eyes of man to the comprehensive unity of creation. The easiest and most fruitful expression of Dharma (righteousness) today consists in doing service as worship of the Divine around you. Dedicate all your skills, talents, wealth and scholarship to the living embodiments of Divinity around you. That is the Dharmashakthi (power of right activity) which can draw grace upon you.

Seva (aktivitas pelayanan) akan membuka mata manusia tentang betapa komprehensifnya aspek unity dari seluruh alam ciptaan. Salah-satu cara yang paling mudah dan bermanfaat dalam mengkespresikan Dharma (kebajikan) dewasa sekarang ini adalah terletak dalam wujud pelayanan sebagai salah-satu bentuk ibadah kepada Sang Ilahi yang ada di sekelilingmu. Dedikasikanlah semua ketrampilan, talenta, kesejahteraan serta kesarjanaanmu bagi pengejawantahan Divinity di sekelilingmu. Inilah yang dikenal sebagai Dharmashakthi (kekuatan dari aktivitas kebajikan) yang akan membawakan rahmat & berkah bagimu.
-BABA

Thoughts for the Day - 27th March 2008 (Thursday)


Spirit can only be awakened, realized through individual discipline and the grace of God. These two can be won through love, purity and service to others. Individual effort and divine grace are interdependent; without effort, there will be no conferment of grace; without grace, there can be no taste in the effort. To win that grace, you need only have faith and virtue. You need not praise Him in order to win His favour. Faith in God is the best reinforcement for spiritual victory. When you revel in the contemplation of the splendour of the Lord, nothing material can attract you; all else will seem inferior; the company of the godly alone will be relished.

Spirit (jiwa) hanya bisa mengalami pencerahan melalui serangkaian disiplin spiritual dan rahmat Ilahi. Kedua-duanya hanya bisa diperoleh melalui jalan cinta-kasih, puritas dan pelayanan kepada sesama. Usaha-usaha individual dan rahmat Ilahi saling bergantungan; sebab tanpa usaha, maka tidak mungkin terdapat rahmat Ilahi; sebaliknya tanpa rahmat, maka engkau tidak akan bisa merasakan manisnya usaha-usahamu. Untuk memperoleh rahmat ilahi, maka engkau perlu memiliki keyakinan dan perilaku luhur. Untuk mendapatkan anugerah-Nya, engkau tidak perlu memuji-muji-Nya. Keyakinan kepada Tuhan merupakan senjata yang paling ampuh untuk mencapai kemenangan spiritual. Ketika engkau berkontemplasi atas kemuliaan Tuhan, maka tidak ada hal-hal yang berbau materialisits yang bisa memancingmu; semuanya akan terlihat seolah-olah inferior; hanya pergaulan dengan keilahian saja yang akan benar-benar dihargai.
-BABA

Tuesday, March 25, 2008

Thoughts for the Day - 26th March 2008 (Wednesday)


Worry or grief there will always be, of one type or the other, in the past, present or the future; while waking, dreaming, or sleeping. But place faith in the Lord and do your tasks in dedication to Him and the dualities of joy and sorrow will vanish. Grief is caused, as is joy, by the attachment of the senses to the objects. Once you know that you are not the senses or the mind, but He who operates the senses and wields the mind, you cross the bounds of pleasure and pain.

Kerisauan maupun penderitaan dalam berbagai bentuk selalu eksis baik di masa lalu, sekarang maupun di masa yang akan datang; dan ia juga dijumpai baik dalam keadaan sadar, mimpi maupun tertidur. Di atas segalanya, yang penting engkau lakukan adalah memupuk keyakinan kepada Tuhan dan lakukanlah tugas-tugasmu sebagai bentuk dedikasi bagi-Nya; sehingga dengan demikian dualisme antara sedih dan senang akan sirna dengan sendirinya. Rasa senang maupun sedih adalah diakibatkan oleh hal yang sama, yaitu adanya kemelekatan indriawi terhadap obyek-obyek materi. Apabila engkau sampai pada kesadaran bahwa dirimu bukanlah panca indera maupun mind (pikiran), melainkan adalah sang pengendalinya; maka pada saat itu, engkau sudah tidak akan terpengaruh lagi oleh rasa senang maupun sedih.
-BABA

Monday, March 24, 2008

Thoughts for the Day - 25th March 2008 (Tuesday)


Each of you must take up some spiritual effort in order to cleanse the mind of evil qualities. Come out of the well of ego into the sea of the Universal Spirit, of which you are a part. Contemplate on God and His Glory when you repeat any one of His Names with every breath. Or, engage in some task where you dedicate the fruit of Karma (action) to God, where you devote your time and energy to share your joy or skill or knowledge with your fellowmen. Or, keep yourself surrounded always by persons devoted to the higher life. By these means, you can achieve Chitta Shuddhi (cleansing of the mind), so that the Truth can be clearly reflected therein.

Setiap orang hendaknya melaksanakan upaya-upaya spiritual agar dapat membersihkan/memurnikan batinnya dari kualitas-kualitas yang jahat/negatif. Keluarlah dari sumur ego dan cemplungkanlah dirimu ke dalam samudera Spirit Universal, yang mana engkau adalah salah-satu bagiannya. Lakukanlah kontemplasi terhadap-Nya serta kemuliaan-Nya yaitu ketika engkau mengulang-ulang salah-satu dari nama-nama-Nya seiring dengan setiap hembusan nafasmu. Atau, libatkanlah dirimu dalam pekerjaan-pekerjaan dimana engkau bisa mendedikasikan buah-buah hasil perbuatanmu tersebut (Karma) kepada-Nya, yaitu ketika engkau mencurahkan segenap waktu dan tenagamu untuk saling berbagi keceriaan atau ketrampilan maupun pengetahuan dengan sesamamu. Di samping itu, engkau juga disarankan untuk bergaul dengan mereka yang mendedikasikan kehidupannya demi untuk nilai-nilai yang luhur. Dengan demikian, maka engkau akan mencapai Chitta Shuddhi (pembersihan batin), sehingga kelak kebenaran akan tercermin secara lebih nyata & jelas di dalam dirimu.
-BABA

Monday, March 17, 2008

Thoughts for the Day - 24th March 2008 (Monday)


If you cannot pray for the welfare of the community around you in whom God lives, how will it be possible for you to worship an invisible God? The first thing you have to do is strive for the welfare of the community around you. If the individual is deluded into believing that he is serving others, then woe be unto him, for there is no 'other' at all. All are One; one man's sorrow is everyone's sorrow. The fundamental flaw is the ignorance of man. If only he were wise, he would have known that all individuals are waves on the Ocean of the Self.


Jikalau engkau tidak dapat mendoakan kesejahteraan bagi komunitas yang ada di sekelilingmu yang mana merupakan tempat bersemayamnya Tuhan; maka bagaimanalah mungkin engkau bisa menghormati Tuhan yang tak terlihat olehmu itu? Hal pertama yang harus engkau lakukan justru adalah berjuang demi kesejahteraan komunitas di sekitarmu. Jikalau terdapat seseorang individu yang berpikiran bahwa ia sedang melayani orang lain, maka pandangan seperti itu sungguh amat menyedihkan, sebab sebenarnya tiada 'orang lain' sama sekali! Semuanya adalah satu; kesedihan seseorang adalah kesedihan setiap orang. Biang-keroknya adalah karena kebodohan batin manusia! Jikalau saja ia bersikap bijak, maka ia akan mengetahui bahwa setiap individu adalah riak-riak gelombang dari satu samudera yang sama (yaitu yang dinamakan 'Self/Atma').
-BABA

Thoughts for the Day - 23rd March 2008 (Sunday)


When a cloth is recognised as a mere arrangement of yarn or basically as cotton, the warp and the woof disappear from the consciousness. The mind is composed of the warp and woof of desire; when man is established in the experience of the One, there is no desire, for who is to desire for whom or what? Thus, Mano Layam or Mano Naashanam (dissolution or destruction of the mind) is accomplished. So, man has to reduce his desires to become free from delusion; desire comes of attachment; deliverance comes from detachment.


Ketika sehelai kain dikenali/disadari sebagai anyaman dari benang atau pada intinya terbuat dari kapas, maka pada saat itu segala bentuk kekacauan dan kekisruhan akan sirna dari kesadaran kita. Batin (mind) kita tak lain adalah terbentuk dari berbagai jenis keinginan (desire). Ketika seorang manusia sudah mantap di dalam pengalamannya dengan Sang Ilahi, maka di dalam dirinya sudah tiada lagi keinginan, sebab siapa sih yang menginginkan apa dan siapa? Dengan demikian, tercapailah sudah Mano Layam atau Mano Naashanam (disolusi atau penghancuran mind). Oleh sebab itu, manusia harus mengurangi keinginannya agar dapat terbebaskan dari delusi; keinginan-keinginan akan membuahkan kemelekatan; Pencerahan akan tercapai melalui praktek ketidak-melekatan.
-BABA

Thoughts for the Day - 22nd March 2008 (Saturday)


Spiritual health is preserved and promoted by attention to three Gunas (inherent tendencies): Satwa, Rajas and Tamas. Physical health is preserved and promoted by attention to three humours of the body; Vaata (wind), Pitta (bile) and Kapha (phlegm). The three humours must not get vitiated or unbalanced. A healthy body is the best container for a healthy mind. Illness makes the mind agitated and anxious. The material and the spiritual are the two pans of the balance. They have to be attended to, in equal measure, at least until a certain stage of progress is attained in spiritual development.


Kesehatan spiritual dipelihara dan ditunjang melalui pemberian perhatian kepada tiga aspek Guna, yaitu Satwa, Rajas dan Tamas-Gunas. Kesehatan jasmani terpelihara dan ditunjang oleh keseimbangan dalam tiga unsur badaniah, yaitu: Vaata (unsur angin), Pitta (unsur empedu) dan Kapha (unsur lendir). Ketiga unsur tersebut tidak boleh mengalami ketidak-seimbangan. Badan yang sehat merupakan wadah/sarana bagi batin yang sehat. Penyakit akan mengakibatkan gangguan batin. Kesehatan jasmaniah dan spiritual adalah ibarat kedua piring yang ada pada sebuah timbangan. Kedua-duanya harus dijaga keseimbangannya, paling tidak hingga tercapainya suatu tahapan perkembangan tertentu di bidang spiritual.

-BABA

Thoughts for the Day - 21st March 2008 (Good Friday)


The heart of Jesus was pure and calm. Hence, it is honoured as sacred. We must also make our hearts sacred so that either we merge in Jesus or Jesus merges in us. When we merge, it is called Bhakti (devotion); to have Jesus awakened in us is the path of Jnana (wisdom). Jesus was a messenger of God; but note this: all of you are also messengers of God. Jesus was not the only Son of God; you all are His children. Jesus and His Father are one. You and God are also one, become aware of it.

Hati Yesus selalu murni dan tenang. Itulah sebabnya, hati-Nya dihormati sebagai hati yang suci & murni. Kita juga harus berusaha untuk mensucikan hati kita agar dapat bersatu ke dalam Yesus. Ketika penyatuan itu tercapai, maka itulah yang dinamakan sebagai Bhakti (devotion). Membangkitkan kesadaran Yesus di dalam diri kita merupakan jalan Jnana (wisdom/kebijaksanaan). Yesus adalah messiah Tuhan; namun ketahui juga bahwa engkau semuanya juga adalah messiah Tuhan. Yesus bukanlah satu-satunya anak Tuhan; kalian semua adalah anak-anak-Nya. Yesus dan Allah Bapa adalah satu. Demikian pula, engkau dan Tuhan juga adalah satu, sadarilah kebenaran ini!
-BABA

Thoughts for the Day - 20th March 2008 (Thursday)


The sages of yore knew that the mind is an instrument which can bind man or release him from bondage. One has to understand its ways, as well as its potentialities. You must learn how to wield it, rather than yield to it. It is the mind that weaves the pattern called the 'I'. It constructs notions of pleasure and pain, of joy and grief, and a whole array of urges and impulses. It resists all attempts to escape into the Eternal, the Universal, the Absolute. It protests when the individual is eager to become conscious of his true identity; but when it finds determined opposition to its tactics, it surrenders and disappears.


Para rishi dan sadhu di zaman dahulu sudah mengetahui bahwa mind (pikiran) merupakan instrumen yang bisa mengikat atau sebaliknya justru melepaskan manusia dari kemelekatannya. Engkau harus memahami cara-cara untuk memanfaatkan potensi mind tersebut. Engkau harus belajar bagaimana cara mengendalikannya dan janganlah membiarkan dirimu mengalah terhadapnya. Sang 'aku' adalah merupakan hasil buah karya si "mind" ini. Dialah (mind) yang bertanggung-jawab dalam menimbulkan rasa senang dan sedih serta segudang perasaan lainnya. Ia selalu menolak upaya-upaya untuk mencapai realisasi atau pencerahan diri. Ia selalu protes jikalau terdapat seseorang individu yang begitu antusias dalam mencapai kesadaran identitas dirinya yang sejati. Namun apabila ia selalu mendapatkan perlawanan atas akal licik dan taktiknya, maka pada akhirnya ia akan menyerah juga dan langsung lenyap.
-BABA

Thoughts for the Day - 19th March 2008 (Wednesday)


God will not ask you, when and where you rendered service? He will ask with what motive you did it. You may boast about the quantity, but God seeks quality, the quality of the heart, the purity of the mind, the nobility of the motive. The Lord is pleased only when you do the things He desires. How else can you win His grace, but by nursing and nourishing His children. You must not merely have the enthusiasm to serve, but also the intelligence and the skill; only then can you be efficient and useful. Enthusiasm without efficiency is often a source of loss and grief.


Tuhan tidak akan bertanya tentang dimana dan kapan engkau sudah melakukan pelayanan? Yang akan ditanyakan oleh Beliau adalah tentang apa motivasimu melakukan pelayanan? Mungkin engkau membanggakan diri bahwa dirimu sudah melakukan sekian banyak seva, namun ketahuilah bahwa yang diinginkan oleh Tuhan adalah kualitas dan bukannya kuantitas, yaitu kualitas hatimu, kemurnian batinmu serta keluhuran motivasimu. Beliau akan merasa puas & senang hanya apabila engkau melakukan hal-hal yang diinginkan-Nya. Tiada cara lain untuk memenangkan rahmat-Nya selain dari memelihara serta merawat anak-anak-Nya. Antuasiasme saja tidaklah cukup, sebab dalam memberikan pelayanan, engkau juga harus memiliki kepintaran dan ketrampilan; sebab hanya dengan demikian, barulah engkau bisa efisien dan perbuatanmu menjadi berguna. Antusiasme tanpa efisiensi sering kali merupakan sumber kerugian dan kegagalan.
-BABA

Thoughts for the Day - 18th March 2008 (Tuesday)


You are all the limbs of that One Cosmic Body, the Purusha, who is far more expansive than the Universe, this Universe being but a small fraction of His Splendour. Individuals may be deluded into the belief that they are different from the rest. But the Atma in each is the same. In a garland, the first to strike your eyes are the flowers, while the thread with which they are strung has to be inferred; it is not so patent. But, without it, they will all fall off. So too, without that bond in Brahman (Divinity), you will fall off as unrelated entities; in fact, you are entities only due to the Divine spark within!

Engkau semuanya adalah bagian dari satu badan kosmik (Purusha), yang jauh lebih ekspansif dibandingkan alam semesta, sebab alam semesta ini (universe) hanyalah bagian kecil dari kemuliaan-Nya. Manusia mungkin terdelusi sembari mengira bahwa dirinya berbeda dengan yang lainnya. Namun ketahuilah bahwa Atma di dalam diri setiap orang adalah sama adanya. Pada sebuah kalungan bunga, yang pertama-tama menarik perhatianmu adalah bunga-bunganya, sedangkan tali/benang yang menyatukan kalungan itu tidak terlihat sama sekali. Akan tetapi, tanpa adanya tali/benang itu, maka kalungan bunga tersebut tidak mungkin bisa terbentuk. Demikianlah analogi yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang ikatan Brahman (Divinity), yang mana kita semua adalah entitas-entitas yang memiliki percikan Ilahi yang sama di dalam diri kita masing-masing!
-BABA

Thoughts for the Day - 17th March 2008 (Monday)


True sacrifice consists in sharing with others, one's wealth, strength, etc. that have been derived from society. Man becomes immortal by the spirit of sacrifice and not by deeds, progeny or wealth. Man should therefore make an effort to make his life meaningful by sacrificing personal comforts for the sake of society and his fellow beings.

Pengorbanan sejati mensyaratkan sikap rela saling berbagi, yaitu kerelaan untuk berbagi kesejahteraan, tenaga/usaha, dan hal-hal lainnya yang telah diperoleh dari society (masyarakat). Manusia menjadi immortal berkat semangat pengorbanannya itu, dan bukannya oleh perbuatannya, keturunan maupun kekayaannya. Oleh sebab itu, hendaknya engkau melakukan upaya-upaya untuk menjadikan kehidupanmu menjadi semakin berarti melalui praktek mengorbankan kenyamanan pribadi demi untuk manfaat orang banyak.
-BABA

Thoughts for the Day - 16th March 2008 (Sunday)


One can claim to be a devotee of the Lord only if the passions and emotions are pure and the character virtuous. The tongue may utter the Name of the Lord, the ear may hear the glory of the Lord, the hand may scatter flowers on the image of God; but the tongue may not know or relish the taste, the ear may not yearn, the hand may not hanker for God. These can happen only when the heart is aware of the Supreme, when the mind is thrilled recollecting the glory of God. Otherwise one is like the spoon which dips into sour and sweet with equal alacrity and insensitivity. It does not refuse or relish any of the tastes.

Layak atau tidaknya engkau mengklaim dirimu sebagai bhakta Tuhan ditentukan oleh murni atau tidaknya emosimu serta luhur atau tidaknya karaktermu. Lidah kita bisa saja terus-menerus mengulang-ulang nama Tuhan, telinga mendengarkan kemuliaan-Nya dan tangan menaburkan bunga di depan gambar/altar Tuhan; namun belum tentu bahwa sang lidah mengetahui atau menyukai (naman-nama Tuhan yang ia ucapkan), telinga mungkin tidak merindukan (kisah/ceritera tentang kemuliaan Tuhan) dan juga belum tentu tangan kita ingin melakukan (pemujaan). Semuanya itu hanya mungkin terjadi jikalau hati kita juga ikut serta dilibatkan, yaitu ketika batin kita merasa ikut bergetar saat mengingat kembali kemuliaan Tuhan. Jikalau tidak, maka kita hanyalah bagaikan sendok yang digunakan untuk mencicipi masakan yang manis dan asam; namun sang sendok itu sendiri tidak sensitif dan tidak mengetahui rasa dari makanan itu sendiri.
-BABA

Friday, March 14, 2008

Thoughts for the Day - 15th March 2008 (Saturday)


When you see a plane flying in the sky, would you refuse to believe that it is flown by a pilot, just because you do not see him from where you are? You must go into the plane to see the pilot; you cannot deny his existence, standing on the ground below. You have to guess that the plane must have a pilot. So too seeing the Universe, you have to guess the existence of God, not deny Him because you are not able to see him. To see your own eyes, you need a mirror; to see yourself in your native spiritual grandeur, you need a Guru (preceptor).

Ketika engkau melihat sebuah kapal terbang melintas di angkasa, apakah hanya oleh karena engkau tidak melihat sang pilot, lalu engkau menolak untuk percaya bahwa kapal itu sedang dikemudi olehnya? Engkau harus masuk ke dalam pesawat itu barulah engkau bisa melihat pilotnya; engkau tidak bisa mengingkari eksistensinya selama engkau masih berdiri di daratan. Demikian pula dalam kaitannya dengan alam semesta, engkau tidak bisa mengingkari eksistensi Tuhan hanya oleh karena engkau tidak melihat-Nya. Agar engkau dapat melihat dirimu sendiri, maka engkau membutuhkan sebuah kaca/cermin; demikianlah, agar engkau dapat melihat jati-dirimu yang sebenarnya (Atma), maka engkau membutuhkan bantuan seorang Guru.
-BABA

Wednesday, March 12, 2008

Thoughts for the Day - 14th March 2008 (Friday)


Devotion is the most precious treasure, it is the truest path, the only way to God. Man must live immersed in Bhakti (devotion) for the sake of Bhakti alone. Bhakti is love of the purest and the noblest variety. Such love is the breath that sustains life, that supports the soul in its effort to merge in the Super-soul. The years of life spent without light of love are years wasted.

Devotion (bhakti) adalah harta yang paling berharga, ia merupakan satu-satunya jalan sejati untuk menuju kepada Tuhan. Hendaknya engkau menjiwai kehidupanmu di dalam Bhakti, sebab Bhakti adalah cinta-kasih yang murni dan suci. Cinta-kasih demikian merupakan nafas kehidupan yang akan mendukung upaya jiwa-jiwa yang sedang berusaha untuk bersatu kembali dengan Sang Ilahi. Apabila kehidupan ini dijalani dengan tanpa adanya cahaya cinta-kasih ini, maka itu berarti kehidupanmu telah berjalan secara sia-sia.

-BABA

Tuesday, March 11, 2008

Thoughts for the Day - 13th March 2008 (Thursday)



Cultivate faith and surrender; then Grace will flow through you into every act of yours; for they are no longer your acts, they are His and you have no concern about the consequences thereof. All acts and words and thoughts will thereafter be pure, saturated with love, conducive to peace. Cleanse your hearts so that the Lord may be reflected therein, in all His Splendour, in all His myriad forms.

Dengan berbekal keyakinan dan semangat pasrah-diri; maka Grace (Rahmat Ilahi) akan menyertaimu dalam setiap tindakan yang engkau lakukan; sebab bila engkau betul-betul surrender, maka perbuatanmu dengan sendirinya telah menjadi perbuatan-Nya dan engkau tidak perlu lagi merisaukan konsekuensinya. Pada saat itu, perbuatan, ucapan dan pikiranmu akan disucikan serta dijiwai oleh cinta-kasih yang kondusif bagi terciptanya kedamaian. Bersihkan dan murnikanlah hatimu sedemikian rupa sehingga Tuhan akan tercermin di dalamnya dengan segala kemuliaan-Nya.
-BABA

Thoughts for the Day - 12th March 2008 (Wednesday)




It is natural that man desires to reach the presence of the Almighty, to see Him and be ever with Him, for deep within the human heart is the urge to reach the place from which one has come, to attain the joy one has lost, the glory which one has missed. Man is himself Divine and so it is a matter of the deep calling unto the deep, of the part yearning for the whole.

Sudah merupakan hal yang wajar bilamana manusia berkeinginan untuk mencapai kebersamaan dengan Sang Khalik, rindu untuk melihat-Nya serta senantiasa ingin berada dalam kedekatan-Nya. Hal ini karena di dalam diri manusia terdapat dorongan untuk kembali ke tempat asalnya serta untuk memperoleh kembali keceriaan dan kemuliaan yang telah hilang selama ini. Manusia pada hakekatnya adalah Divine, jadi wajar bilamana ia merindukan jati dirinya yang sebenarnya.
-BABA

Monday, March 10, 2008

Thoughts for the Day - 11th March 2008 (Tuesday)



You are afflicted with the disease which the Bhagavath Geetha can cure, the disease of Moha (delusion), which warps your sense of values, fogs your vision and distorts your outlook. But, to benefit from the drug of Geetha, you must have the Vishaada (anguish) which Arjuna had, the Prapaththi (dedication) he was capable of, the Vairaagya (detachment) he had developed and the Ekaagratha (concentration) he evinced to assimilate the Great Message. Have that keen yearning; then, the Bhagavath Geetha can destroy Moha and liberate you.

Saat ini engkau sedang terjangkit suatu jenis "penyakit" yang hanya bisa disembuhkan oleh Bhagavath Geetha, yaitu "penyakit" Moha (delusi) yang telah menyesatkanmu dalam hal ajaran nilai-nilai (kemanusiaan), mengaburkan serta menimbulkan distorsi dalam cara pandangmu (terhadap kehidupan ini). Agar engkau dapat memetik manfaat yang optimal dari Geetha, maka terlebih dahulu engkau perlu memastikan bahwa dirimu mempunyai sifat-sifat sebagaimana yang dimiliki oleh Arjuna, yaitu: Vishaada (kesedihan mental oleh karena menyadari dirinya sedang terjangkit penyakit tersebut), prapaththi (dedikasi diri), Vairaagya (ketidak-melekatan) serta Ekaagratha (konsentrasi dalam mencerna pesan-pesan Ilahi). Apabila perbekalanmu tersebut sudah lengkap, maka Bhagavath Geetha akan membantumu dalam menghancurkan Moha serta membebaskanmu.
-BABA

Thursday, March 6, 2008

Thoughts for the Day - 10th March 2008 (Monday)



God is beyond all notions of good and bad, right and wrong. These are only earthly measures by which the temporary objects are weighed and judged. He has no Form, no dualities, no preferences, no prejudices and no predilections. To say that He is Sathyaswaroopa, Jnanaswaroopa or Anandaswaroopa (embodiment of Truth, Wisdom and Bliss) is also not correct. For He has no 'Swaroopa' (Form) or 'Swabhava' (characteristics). He is Sathya (Truth), Jnana (Wisdom) and Ananda (Bliss). That is the experience of those who have tasted Ananda.

Tuhan tidak terpengaruh oleh label baik dan jahat, benar dan salah. Semua embel-embel tersebut hanyalah merupakan barometer duniawi untuk menilai obyek-obyek yang bersifat temporer. Tuhan tak mempunyai wujud, tak mengenal dualisme, tidak ada preferensi, tidak ada prasangka maupun kegemaran tertentu. Sebenarnya ungkapan-ungkapan seperti Sathyaswaroopa, Jnanaswaroopa atau Anandaswaroopa (perwujudan kebenaran, kebijaksanaan dan kebahagiaan) juga tidaklah cocok bila dialamatkan kepada-Nya. Sebab Beliau tak mempunyai Swaroopa (wujud) ataupun Swabhava (karakteristik). Beliau adalah Sathya (kebenaran), Jnana (kebijaksanaan) dan Ananda (Bliss/kebahagiaan) itu sendiri! Inilah pengalaman-pengalaman yang dialami oleh mereka yang sudah pernah merasakan Ananda.
-BABA

Thoughts for the Day - 9th March 2008 (Sunday)



Those who deny God are denying themselves and their glory. All have Love in their hearts, in some form or other, either towards children or the poor or their work or goal. That Love is God. They experience Ananda (bliss), however small or temporary, and that is a spark of God in them. They have peace, detachment and sympathy, which are reflections of the Divine in the mirror of their minds. These are all mental excellences, revealed through an appreciation of the merits of virtue.

Bagi mereka yang mengingkari keberadaan Tuhan, maka sebenarnya itu berarti mereka mengingkari eksistensi diri mereka sendiri serta kemuliaannya. Setiap orang mempunyai cinta-kasih di dalam hatinya, baik itu berupa cinta-kasih terhadap anak-anaknya, terhadap mereka yang miskin, terhadap pekerjaan ataupun demi untuk tujuan tertentu. Cinta-kasih tak lain adalah Tuhan. Mereka merasakan Ananda (kebahagiaan), baik dalam jumlah yang kecil maupun sementara, dan pengalaman tersebut adalah bagian dari percikan Ilahi di dalam dirinya. Mereka memiliki kedamaian, ketidak-melekatan dan simpatik - semuanya itu adalah refleksi Ilahi di cermin batin masing-masing dan merupakan pencapaian mental yang dihasilkan melalui apresiasi terhadap nilai-nilai kebajikan.
-BABA

Thoughts for the Day - 8th March 2008 (Saturday)



The desires that cling to the mind are the blemishes that tarnish man's inner consciousness. Control the senses; do not yield to their insistent demands for satisfaction. When the senses are negated, the mind too disappears. When the mind disappears, delusion dies and liberation is achieved. All the joy you crave for is in fact within you; but you suffer like a man who has vast riches in the iron chest, but, who has no idea where the key is. With proper directions, dwelling upon them in the silence of meditation, it is possible to secure the key, open the chest and be rich in joy.

Keinginan-keinginan (duniawi) yang senantiasa mengerogoti batinmu adalah bagaikan noda-noda yang mengotori inner consciousness (kesadaranmu). Cobalah kendalikan panca inderamu; janganlah engkau mengikuti keinginan-keinginannya. Ketika panca indera diabaikan, maka dengan sendirinya mind juga akan sirna. Ketika mind telah sirna, maka delusi akan musnah dan tercapailah liberation (pembebasan/pencerahan). Kebahagiaan yang engkau cari-cari itu sebenarnya ada di dalam dirimu sendiri; bagaikan kekayaan yang engkau miliki di dalam lemari besi. Namun engkau masih tetap sengsara & menderita oleh karena engkau telah lupa dimana kunci tersebut telah disimpan. Dengan mengikuti arahan & petunjuk yang benar - melalui keheningan meditatif - engkau akan bisa menemukan kembali kunci tersebut, membuka almari besimu dan menjadi kaya dalam kebahagiaan.
-BABA

Thoughts for the Day - 7th March 2008 (Friday)



See Him in all, worship Him through all, for He is all. Engage in activity, but, fill the activity with devotion: it is the devotion that sanctifies. It is the Bhaava (intention) that matters, not the Baahya (outward pomp); the feeling, not the activity per se that is being performed. In all the temples, you find only a stone shaped as an idol. As stone, it is of little value. But, when feeling permeates it, when devotion transmutes it, the stone becomes the supreme-most treasure to the human mind. Man does not know this secret of transmuting every act of his into sacred worship and so, he suffers from disappointment and grief.

Lihatlah dan persembahkanlah puji-pujian kepada-Nya melalui semuanya, sebab memang Tuhan adalah segala-galanya. Libatkanlah dirimu dalam kegiatan-kegiatan, namun yang terpenting adalah bahwa engkau harus menjiwai aktivitasmu dengan devotion (rasa bhakti); sebab dengan devotion, maka tindakanmu akan dimurnikan/disucikan. Bhaava (niat untuk melakukan sesuatu) adalah jauh lebih penting daripada Baahya (hasil akhirnya); dengan perkataan lain, perasaan memainkan peranan yang lebih dominan. Di dalam kuil/vihara, engkau hanya melihat batu yang dipahat sedemikian rupa sehingga menjadi rupang. Dalam konteksnya sebagai batu, maka rupang itu tidak mempunyai nilainya. Tetapi jikalau perasaan (para bhakta) menyelimutinya, dan ketika disertai dengan dorongan bhakti, maka batu atau rupang tersebut akan menjadi harta yang sangat mulia dan berharga bagi batin/pikiran manusia. Manusia tidak mengetahui rahasia untuk mentransformasikan setiap tindakannya menjadi ibadah yang mulia, sehingga akibatnya, ia mengalami penderitaan akibat kekecewaan dan kesedihan.
-BABA

Wednesday, March 5, 2008

Thoughts for the Day - 6th March2008 (Thursday - Mahasivaratri)



Rely on Shiva (Divinity) in you, not on the Shava (corpse) that the body becomes when bereft of Him. With every breath, draw His Glory in; with every breath, exhale all that reduces His Glory. Saturate your thought, word and deed with Divinity. Then, you can conquer death, and become immortal. Recite the Name of Shiva and save yourself. You are the embodiment of truth, goodness and beauty. But you have misplaced the key which helps you to tap the springs. That key is in the realm of your inner consciousness. So, give up searching for it in the region of material objects in the outer world.

Percayalah kepada Shiva (Divinity) yang ada di dalam dirimu, dan bukannya kepada Shava (mayat) yang akan menimpa atas badan jasmanimu di kala kehidupan telah minggat daripadanya. Dengan setiap tarikan nafas, hiruplah kemuliaan-Nya; dengan setiap hembusan nafas, keluarkan segala sesuatu yang berpotensi untuk menodai kemulian-Nya. Isilah pikiranmu, ucapanmu dan perbuatanmu dengan Divinity. Dengan demikian, maka engkau akan sanggup untuk menaklukkan kematian dan menjadi immortal. Ucapkanlah nama-nama Shiva dan selamatkanlah dirimu. Engkau adalah perwujudan kebenaran, kebajikan dan keindahan. Namun engkau lupa dimana engkau meletakan kunci yang bisa membantumu untuk mewujudkan jati dirimu yang sebenarnya itu. Ketahuilah bahwa anak kunci itu terletak di dalam kesadaranmu yang paling mendalam. Oleh sebab itu, engkau tidak usah buang-buang waktu mencarinya di dunia materi yang ada di luar sana.
-BABA

Tuesday, March 4, 2008

Thoughts for the Day - 5th March 2008 (Wednesday)



You cannot find peace outside. It is within your heart, so search within. The heart is always filled with peace, love and bliss. It is the basis of all the sacred qualities, such as compassion, love, tolerance etc. All that emanates from your heart is sacred. It is attachment to the body that is the cause of all the evil qualities, such as desire, anger, greed, pride, and jealousy. People undertake many spiritual practices in an attempt to sanctify their lives but, without purity of heart, these will be of no avail. First, purify your heart. Do not give any scope for wicked feelings such as desire, anger and greed. In the spiritual path, these three are the worst enemies.

Engkau tidak akan bisa menemukan kedamaian di luar (dari dirimu). Ia ada di dalam hatimu, oleh sebab itu, carilah di dalam dirimu sendiri. Di dalam hati (nurani) kita terdapat kedamaian, cinta-kasih dan bliss (kebahagiaan). Hati nurani kita merupakan sumber dari semua kualitas-kualitas murni seperti: welas-asih, cinta-kasih, toleransi dan sebagainya. Segala sesuatu yang bersumber dari hatimu pastilah suci. Kemelekatan terhadap badan jasmani merupakan sumber penyebab kualitas-kualitas negatif seperti: keinginan/nafsu, kemarahan, keserakahan, kesombongan dan keiri-hatian. Orang-orang melaksanakan banyak praktek-praktek spiritual dengan tujuan untuk mensucikan kehidupannya, namun ketahuilah bahwa bila engkau tak memiliki hati yang murni, maka semua upaya-upayamu tersebut tak akan ada manfaatnya! Oleh sebab itu, sebagai langkah awal, sucikan hatimu terlebih dahulu! Janganlah menyimpan perasaan-perasaan jahat seperti keinginan, kemarahan dan keserakahan. Di dalam jalan spiritual, kualitas negatif seperti itu merupakan musuh yang paling berbahaya!

-BABA

Monday, March 3, 2008

Thoughts for the Day - 4th March 2008 (Tuesday)



Discover for yourself your stage of spiritual development, to which class in the school you would fit in. Then determine to proceed from that class to the next higher one. Strive your best and you will win the Grace of God. Do not bargain or despair. One step at a time is enough, provided it is towards the goal, not away from it. Beware of the pride of wealth, scholarship, status, that drag you into egoism. Do not seek the faults of others; seek your own. Be happy when you see others prosper; share your joy with others.

Identifikasikanlah tahap kemajuan kehidupan spiritualmu, agar engkau bisa mengenal di kelas berapakah engkau sekarang berada. Kemudian bulatkanlah tekadmu untuk maju terus ke kelas berikutnya yang lebih tinggi. Berusahalah semaksimal mungkin, maka engkau akan mendapatkan rahmat Tuhan. Janganlah bermain tawar-menawar maupun berputus asa. Satu langkah maju secara bertahap sudah cukup, yang penting perjalananmu searah ke tempat tujuan akhir dan bukannya malah melenceng menjauhinya. Berhati-hatilah terhadap sikap sombong atas kekayaan, gelar kesarjanaan, status - sebab semuanya itu akan berpotensi untuk menjeratmu masuk ke jurang egoisme. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain; melainkan cobalah lihat kesalahanmu sendiri. Berbahagialah ketika engkau melihat kemajuan yang dicapai orang lain; berbagilah kesenanganmu dengan orang lain.
-BABA

Saturday, March 1, 2008

Thoughts for the Day - 3rd March 2008 (Monday)



Man can be happy with much less than he seems to think essential. When some article is with you for some time, you feel it is indispensable and you do not know how to live without it. Like the silkworm, you weave a cocoon for yourself, out of your fancy. Do not allow costly habits to grow, costly from the monetary as well as the spiritual point of view. Watch your likes and dislikes with a vigilant eye and discard anything that threatens to encumber your path.
Sebenarnya manusia bisa hidup bahagia dengan kebutuhan yang jauh lebih sedikit. Ketika sebuah benda telah bersamamu untuk sekian lamanya, maka engkau merasa tidak bisa terpisahkan darinya dan engkau mengira bahwa engkau tidak akan bisa hidup tanpanya. Ibarat seperti ulat sutera, akibat angan-anganmu, sebenarnya engkau sedang menganyam kepompong terhadap dirimu sendiri. Janganlah engkau membiarkan dirimu terjerat dalam kebiasaan yang mahal, yaitu mahal baik dari segi keuangan maupun dalam sudut pandang spiritual. Perhatikan hal-hal yang engkau sukai dan tidak sukai dengan mata yang waspada. Buanglah segala sesuatu yang berpotensi untuk menghalangi perjalananmu.
-BABA

Thoughts for the Day - 2nd March 2008 (Sunday)



The Lord has endowed man with the body and so, every limb and every sense organ is worthy of reverent attention. Each must be used for His Glory. The ear must exult when it gets a chance to hear the wonderful glories of God. The tongue must exult when it can praise Him. The human body has been given to you for the grand purpose of realising the Lord within. If you have a fully equipped car in good running condition, would you keep it unused in the garage? The car is primarily for going on a journey; get into it and go! Only then is it worthwhile to own it. So too, with the body. Proceed towards the goal. Learn how to use the faculties of the body, senses, intellect and mind for achieving the goal, and march on.
Tuhan telah membekali manusia dengan badan jasmani, dan oleh sebab itu, setiap organ dan indra yang kita miliki haruslah benar-benar dipelihara/dirawat secara baik. Setiap organ/indra tersebut haruslah dimanfaatkan demi untuk kemuliaan-Nya. Telinga kita haruslah bersuka-cita ketika ia mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan wacana-wacana mulia tentang Tuhan. Lidah juga seyogyanya bersuka-cita ketika ia diberi kesempatan untuk memuliakan-Nya. Badan fisik ini telah diberikan kepadamu dengan tujuan utama untuk merealisasikan ke-Tuhanan yang ada di dalam dirimu. Apabila engkau sudah mempersiapkan mobilmu dalam kondisi yang baik, maka apakah engkau akan membiarkannya tergeletak begitu saja di dalam garasi? Fungsi utama sebuah mobil adalah untuk mengantarkan kita menuju ke suatu tujuan; oleh sebab itu masuklah ke dalam mobil dan berangkatlah! Di sinilah terletak manfaat utama memiliki sebuah mobil! Demikian pula halnya dengan badan jasmanimu. Melangkahlah ke tujuanmu. Pelajarilah cara-cara untuk memanfaatkan badan jasmani ini, berikut dengan panca inderanya, intellect (buddhi) dan mind agar dapat mencapai tujuan akhirmu dan majulah terus!
-BABA

Thoughts for the Day - 1st March 2008 (Saturday)



Whatever acts we perform with the body, it leads to rebirth. Any action, good or bad, can be compared to seeds. In order to avoid sowing such seeds, we should do all actions without desire. All actions should be done, in and only for the pleasure of God. If you are cleaning your room, think that you are doing that for cleaning your heart, the shrine of God. When you help or harm others, realise that you are doing it to yourself. Then you will never let yourself harm anyone.
Apapun juga jenis perbuatan yang kita lakukan melalui badan fisik ini, maka tindakan kita tersebut akan mengakibatkan terjadinya kelahiran kembali (tumimbal lahir). Perbuatan-perbuatan tersebut (baik atau buruk), dapat dianalogikan sebagai benih tanaman. Agar supaya dapat terhindar dari konsekuensi (kelahiran kembali) itu, maka janganlah melakukan sesuatu perbuatan dengan dilandasi oleh keinginan (desire). Tindakan/perbuatan yang dilakukan hendaknya dilaksanakan dengan tujuan hanya untuk menyenangkan hati Tuhan. Misalnya ketika engkau membersihkan ruanganmu, maka anggaplah seolah-olah engkau sedang membersihkan hatimu, yang merupakan tempat persemayaman Tuhan. Ketika engkau membantu atau sebaliknya "mencelakai" orang lain, maka sadarilah bahwa sebenarnya engkau sedang membantu atau "mencelakai" dirimu sendiri. Dengan demikian, maka engkau tidak akan pernah lagi berpikiran untuk ingin "mencelakai" orang lain.
-BABA