Monday, November 30, 2009

Thought for the Day - 30th November 2009 (Monday)


Delusion causes evil feelings to arise in your heart and mind. One may be evil-minded, yet with the blessings of elders and in the company of noble souls, one can easily get rid of evil tendencies and develop virtues. People undertake various spiritual practices to attain divinity. Thyaja Durjana Samsargam; Bhaja Sadhu Samagamam; Kuru Punyam Ahorathram; Smara Nityam Anityatham (Shun bad company; seek good company, perform righteous deeds always and discriminate between the permanent and the ephemeral).

Khayalan menyebabkan perasaan buruk muncul dari pikiran dan hatimu. Seseorang mungkin akan berpikiran buruk, namun dengan berkat dari orang tua dan pergaulan dengan orang-orang yang berjiwa mulia, seseorang dapat dengan mudah menghilangkan kecenderungan buruk dan mengembangkan kebajikan. Orang-orang melaksanakan berbagai macam praktek spiritual untuk mencapai keilahian (ketuhanan). Thyaja Durjana Samsargam; Bhaja Sadhu Samagamam; Kuru Punyam Ahorthram; Smara Nityam Anityatham (hindari pergaulan yang buruk; carilah pergaulan yang baik, selalu lakukan perbuatan yang baik dan bedakan antara yang kekal dan sementara).

-BABA

Sunday, November 29, 2009

Thought for the Day - 29th November 2009 (Sunday)


What for is man born in this world? Is it merely to roam around and indulge in the pleasures of the world? Understand that worldly pleasures are not permanent. All that happens to you in future will be in accordance with your conduct today. Everything is reaction, reflection and resound. The good deeds that you perform today will yield good results in the time to come. If you do bad deeds today, you cannot expect to be rewarded with good results in future. The results of your past bad deeds will always keep haunting you.

Untuk apa manusia dilahirkan di dunia ini? Apakah semata-mata untuk menjelajah dan menurutkan kesenangan duniawi? Pahamilah bahwa kesenangan duniawi bersifat sementara. Semua kejadian yang engkau alami di masa yang akan datang sesuai dengan tindakan yang engkau lakukan saat ini. Segalanya merupakan gema, reaksi, dan cerminan. Perbuatan baik yang engkau lakukan hari ini akan mendatangkan hasil yang baik di masa yang akan datang. Jika saat ini engkau melakukan perbuatan buruk, janganlah engkau berharap untuk dihargai dengan hasil yang baik di masa yang akan datang. Hasil perbuatan burukmu di masa yang lalu, akan selalu membayangimu.

-BABA

Saturday, November 28, 2009

Thought for the Day - 28th November 2009 (Saturday)


The clouds of Maya (delusion) cannot darken the inner consciousness of the following four categories of noble persons: (1) those who revel in the glory and mystery of God; (2) those who know and make known that God is the master of Maya and the wielder of the forces that destroy delusion; (3) those who are engaged in good deeds executed with faith and devotion; and (4) those who endeavour to maintain Sathya (Truth) and Dharma (Righteousness).

Awan Maya (khayalan) tidak dapat menggelapkan kesadaran batiniah dari empat kategori orang-orang mulia seperti berikut ini: (1) orang-orang yang mendapatkan kepuasan dalam keagungan dan misteri Tuhan; (2)orang-orang yang mengetahui dan memberitahukan bahwa Tuhan adalah penguasa Maya dan menggunakan kekuatannya untuk menghancurkan khayalan; (3) orang-orang yang terlibat dalam perbuatan baik yang dilaksanakan dengan penuh keyakinan dan bhakti; dan (4) orang-orang yang berusaha untuk mencapai Sathya (Kebenaran) dan Dharma (Kebajikan).

-BABA

Friday, November 27, 2009

Thought for the Day - 27th November 2009 (Friday)


When you are confronted with problems and difficulties you should not get upset, and become victims of depression which is a sign of weakness. In such a situation, you should bring tolerance and an attitude of forgiveness into play and should not get agitated giving rise to anger, hatred and revengeful attitude. You are embodiments of strength and not weakness. Therefore, in times of despair, you should be filled with the feeling of forbearance and be ready to forgive and forget. This quality of Kshama (forgiveness) is the greatest power for a human being. If one loses this quality, he becomes demonic.

Ketika engkau dihadapkan pada masalah dan kesulitan engkau seharusnya tidak kecewa, dan menjadi korban depresi yang merupakan tanda kelemahan. Dalam situasi seperti ini, engkau seharusnya mampu bersikap penuh toleransi dan bersedia memaafkan, dan bukannya menjadi gelisah yang kemudian akan memicu kemarahan, kebencian, dan sikap balas dendam. Engkau adalah perwujudan dari kekuatan dan bukan kelemahan. Oleh karena itu, pada saat putus asa, engkau seharusnya dipenuhi dengan perasaan sabar dan siap untuk memaafkan dan melupakan. Ini adalah kualitas dari Kshama (memaafkan) yang merupakan kekuatan terbesar bagi manusia. Jika seseorang kehilangan kualitas ini, ia akan menjadi jahat.

-BABA

Thursday, November 26, 2009

Thought for the Day - 26th November 2009 (Thursday)


Be always saturated with love. Do not use poisonous words against anyone, for words are more fatal than even arrows. Speak softly and sweetly. Sympathise with the suffering and the ignorant. Do your best to apply the salve of soothing words and render timely help. Do not damage anyone’s faith in virtue and Divinity. Encourage others to have that faith by demonstrating in your own life that virtue is its own reward and that Divinity is all-pervasive and all-powerful.

Selalu dipenuhi dengan cinta-kasih. Jangan menggunakan kata-kata beracun kepada siapapun, karena kata-kata lebih mematikan daripada anak panah. Berbicaralah yang manis dan lemah lembut. Bersimpatilah pada orang-orang yang tidak tahu dan yang menderita. Lakukan yang terbaik dengan menyampaikan kata-kata yang menenangkan dan memberikan bantuan tepat pada waktunya. Jangan merusak keyakinan seseorang dalam kebajikan dan ketuhanan. Doronglah orang lain untuk memiliki keyakinan tersebut dengan menunjukkan hidup dalam kebajikan adalah anugerah dan bahwa Tuhan meresapi segalanya dan penuh dengan segala kekuatan.

-BABA

Wednesday, November 25, 2009

Thought for the Day - 25th November 2009 (Wednesday)


What does Ahimsa (non-violence) signify? It is not merely refraining from causing harm to others. It also implies refraining from causing harm to oneself. In the matter of speech, one must examine whether one’s words cause pain to others. One must see that one’s vision is not tainted with evil intentions or thoughts. Nor should one listen to evil talk either. All these things cause harm to a person. Hence one should see to it that one gives no room for bad vision, bad hearing, bad speech, bad thoughts or bad actions. And how do you determine what is bad? By consulting your conscience. Whenever you act against the dictates of your conscience, bad results will follow.

Apa makna dari Ahimsa (tanpa kekerasan)? Ahimsa bukan hanya sekedar menahan diri untuk tidak menyakiti orang lain. Hal ini juga berarti menahan diri untuk tidak menyakiti diri sendiri. Dalam hal berbicara, seseorang harus memeriksa apakah kata-katanya menyebabkan rasa sakit pada orang lain. Seseorang harus melihat bahwa pandangannya tidak dicemari dengan niat buruk atau pikiran yang buruk. Juga tidak boleh untuk mendengarkan pembicaraan yang buruk. Semua hal tersebut dapat menyakiti seseorang. Oleh karena itu seseorang seharusnya memastikan untuk tidak memberikan ruang bagi cara pandang yang buruk, pendengaran yang buruk, perkataan yang buruk, pikiran yang buruk, atau tindakan yang buruk. Dan bagaimana engkau menentukan mana yang buruk? Dengan berkonsultasi dengan hati nuranimu. Setiap kali engkau bertindak melawan hati nuranimu, hasil yang buruklah yang akan mengikutimu.

-BABA

Tuesday, November 24, 2009

Thought for the Day - 24th November 2009 (Tuesday)


One should be constantly contemplating on the principle of Brahma Sathyam, Jagath Mithya (reality of God and impermanence of the world). One must avoid the company of bad people; and even too much friendship with the good. Attachment of this nature will drag one away from the path to God. Give up attachment to the momentary. Once you have achieved this Udaaseenata (attitude of being unaffected), you will have unshakeable Shanti (peace), self-control and purity of mind.


Seseorang seharusnya merenungkan prinsip Brahma Sathyam, Jagath Mithya (realitas Tuhan dan dunia yang fana) secara terus-menerus. Seseorang harus menghindari pergaulan dengan orang-orang yang buruk dan persahabatan yang terlalu erat walaupun dengan orang-orang yang baik. Keterikatan ini akan membuat orang jauh dari jalan Tuhan. Buanglah keterikatan sesaat. Ketika engkau telah mencapai Udaaseenata (sikap yang tak terpengaruhi), engkau akan mendapatkan Shanti (kedamaian), pengendalian pikiran dan kemurnian pikiran yang mantap.

Monday, November 23, 2009

Thought for the Day - 23rd November 2009


Men cannot comprehend the Formless and the Attributeless Absolute. Avatars (Divine Incarnations) appear in human form to enable humanity to experience the Formless in a form which is accessible to them and helpful to them. An Avatar assumes the form that is beneficial to and within the reach of human beings. An effort must be made to understand the nature of divinity. It is only when God comes in human form can human beings have the full opportunity to experience and enjoy the Divine.

Manusia tidak dapat memahami Tuhan yang Tanpa Wujud dan Absolut. Avatar (penjelmaan Tuhan) menjelma dalam wujud manusia untuk memungkinkan manusia mengalami Yang Tak Berwujud dalam sebuah wujud yang dapat mereka terima dan dapat membantu mereka. Avatar mengambil wujud yang bermanfaat dan dapat dijangkau oleh manusia. Manusia harus berusaha untuk memahami sifat-sifat ketuhanan. Hanya jika Tuhan menjelma dalam wujud manusialah, manusia memiliki kesempatan penuh untuk mengalami dan menikmati ketuhanan tersebut.

-BABA

Sunday, November 22, 2009

Thought for the Day - 22nd November 2009 (Sunday)


The end of wisdom is freedom. The end of culture is perfection. The end of knowledge is love. The end of education is character. There is a desire on the part of all of us to acquire these four qualities, namely wisdom, culture, education and reach their ends, namely freedom, perfection, love and character. But students should realize that if these qualities are not properly utilised, then they cannot call themselves students. As students and future citizens of this country, you have the responsibility of shaping the future of this country. Put your hearts in the right path by listening attentively to the persons of eminence and experience.

Akhir dari kebijaksanaan adalah kebebasan. Akhir dari peradaban adalah kesempurnaan. Akhir dari pengetahuan adalah cinta-kasih. Akhir dari pendidikan adalah karakter. Adalah keinginan kita semua untuk mendapatkan keempat kualitas tersebut; kebijaksanaan, peradaban, pendidikan dan untuk mencapai tujuan yaitu kebebasan, kesempurnaan, cinta-kasih, dan karakter. Tetapi seorang siswa seharusnya menyadari bahwa jika sifat-sifat ini tidak digunakan dengan benar, maka mereka tidak dapat menyebut diri mereka sebagai siswa. Sebagai siswa dan warga masa depan negara ini, engkau memiliki tanggung jawab membentuk masa depan negara ini. Tempatkan hatimu di jalan yang benar dengan mendengarkan orang-orang yang berpengalaman dan terkemuka dengan penuh perhatian.

-BABA

Saturday, November 21, 2009

Thought for the Day - 21st November 2009 (Saturday)


The progress of the universe is interlinked with the progress of man. Any amount of development in scientific, economic and social spheres will not be of much use without mental transformation. How can we bring about this transformation? It is by keeping in check one's passions and emotions. Since mental tension is most detrimental to man's health, man should learn the art of controlling his passions and emotions, which cause stress and strain. Man should make an earnest endeavour to lead a serene and pure life. He should realise the truth that troubles and turmoil are temporary, like passing clouds. There is no scope for agitations to arise if one realises this truth. One who realises this truth will not allow his mind to be swayed by the passions of anger, cruelty, etc.

Perkembangan alam semesta saling terkait dengan perkembangan manusia. Setiap pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan, ekonomi dan sosial tidak akan banyak berguna tanpa transformasi mental. Bagaimana kita dapat melakukan transformasi ini? Ini dapat dilakukan dengan menjaga dan mengawasi keinginan dan emosi seseorang. Manusia seharusnya mempelajari seni mengendalikan hawa nafsu dan emosi, yang menyebabkan ketegangan dan stress, karena ketegangan mentallah yang paling merugikan kesehatan manusia. Manusia seharusnya membuat upaya yang sungguh-sungguh untuk menjalani kehidupan yang murni dan tenang. Manusia seharusnya menyadari kebenaran bahwa masalah dan kekacauan bersifat sementara seperti awan yang berlalu. Jika seseorang menyadari kebenaran ini, tidak ada kesempatan untuk munculnya pergolakan. Seseorang yang menyadari kebenaran ini tidak akan membiarkan pikirannya dipengaruhi oleh hawa nafsu kemarahan, kekejaman, dll.

-BABA

Friday, November 20, 2009

Thought for the Day - 20th November 2009 (Friday)


There is no greater quality in man than selfless love, which expresses itself in service to others. Such love can be the source of real bliss. The relationship between Karma and Karma Yoga should be properly understood. Karma (action) done with attachment or desire causes bondage. But selfless action devoid of desires becomes Karma Yoga (the path of action leading to liberation). Our life should become Yoga (Divine Communion) rather than a Roga (disease).

Tidak ada sifat yang lebih agung daripada cinta-kasih tanpa pamrih, yang mengekspresikan dirinya dalam pelayanan pada orang lain. Cinta-kasih yang seperti itu dapat menjadi sumber kebahagiaan. Hubungan antara Karma dan Karma Yoga seharusnya dipahami dengan baik. Karma (perbuatan) dilaksanakan dengan kemelekatan atau keinginan duniawi yang menyebabkan keterikatan. Tetapi perbuatan yang sama sekali tanpa keinginan menjadi Karma Yoga (jalan menuju pembebasan). Hidup kita seharusnya menjadi Yoga (menyatu dengan Tuhan) daripada menjadi Rhoga (penyakit).

-BABA

Thursday, November 19, 2009

Thought for the Day - 19th November 2009 (Thursday)


What we have to safeguard and protect today are Truth and Righteousness and not the nation. When Truth and Righteousness are protected, they will protect the nation. Hence, righteousness should be fostered in every home. A home is no trivial place, it is the abode of Dharma (Righteousness) which protects and safeguards the country. The home is the beacon which illumines the world and sustains it. Women should realize that, irrespective of their education or position, their foremost obligation is to protect the home. Wherever women are honoured there is prosperity and happiness. Women should never be slighted or treated with disrespect. A home in which a woman sheds tears will be bereft of all prosperity.

Apa saat ini kita harus menjaga dan melindungi Kebenaran dan Kebajikan dan bukannya melindungi dan menjaga negara. Ketika Kebenaran dan Kebajikan dilindungi, maka negara pun akan dilindungi. Oleh karena itu, kebajikan seharusnya dikembangkan di setiap rumah. sebuah rumah bukanlah tempat yang tidak penting, rumah merupakan kediaman Dharma (kebajikan) yang menjaga dan melindungi negara. Rumah adalah cahaya yang menopang dan menerangi dunia. Wanita seharusnya menyadari hal ini, apapun pendidikan dan kedudukan mereka, kewajiban utama mereka adalah untuk menjaga rumah. Dimana wanita dihargai, disanalah ada kebahagiaan dan kemakmuran. Wanita tidak seharusnya diabaikan atau diperlakukan dengan tidak terhormat. Rumah dimana wanita meneteskan air matanya, maka rumah tersebut akan kehilangan semua kemakmuran.

-BABA

Thought for the Day - 18th November 2009 (Wednesday)


Man is in search of God and is enquiring into the nature of divinity. When God is within, where is the need to search for Him? Firstly, man should endeavour to understand his true nature which is Sathyam, Jnanam and Anantham (truth, wisdom and infinitude). God has gifted man with the Vedas and other scriptures to open his eyes to the truth that he is essentially divine. In this world, every man is endowed with truth, righteousness and love. Man is the embodiment of Sath, Chith and Ananda (Being-Awareness-Bliss). These attributes are verily divine.

Manusia mencari-cari Tuhan dan menyelidiki sifat-sifat Tuhan. Ketika Tuhan berada di dalam diri, dimana tempat yang diperlukan untuk mencari Beliau? Pertama-tama, manusia seharusnya mencoba untuk memahami sifat-sifat seperti Sathyam, Jnanam, dan Anantham (kebenaran, kebijaksanaan, dan ketidakterbatasan). Tuhan telah menganugerahkan manusia dengan kitab suci Weda dan kitab suci lainnya untuk membuka matanya pada kebenaran bahwa ia pada dasarnya adalah Tuhan. Di dunia ini, setiap manusia diberkati dengan kebenaran, kebajikan dan cinta-kasih. Manusia adalah perwujudan dari Sath, Chith dan Ananda (Kebenaran-Kesadaran-Kebahagiaan). Sifat-sifat ini sesungguhnya adalah sifat-sifat Tuhan.

-BABA

Tuesday, November 17, 2009

Thought for the Day - 17th November 2009 (Tuesday)


In this worldly life, love is manifesting in several forms such as the love between mother and son, husband and wife, and between relatives. This love based on physical relationships arises out of selfish motives and self-interest. But the love for the Divine is devoid of any trace of self-interest. It is love for the sake of love alone. This is called Bhakti (devotion). One characteristic of this love is to give and not to receive. Secondly, love knows no fear. Thirdly, it is only for love's sake and not for selfish motive. All these three angles of love jointly connote Prapatthi (Surrender). When one revels in this attitude of Prapatthi, one experiences the bliss of the Divine.

Dalam kehidupan duniawi ini, cinta-kasih diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti cinta-kasih antara ibu dan anak, suami dan istri, serta antara sanak keluarga. Cinta-kasih ini didasarkan pada hubungan fisik yang ditimbulkan oleh motif dan kepentingan pribadi. Tetapi cinta kasih Tuhan sama sekali tanpa jejak kepentingan pribadi. Ini adalah cinta-kasih demi cinta-kasih itu sendiri. Inilah yang disebut dengan Bhakti (pengabdian). Salah satu sifat yang khas dari cinta-kasih adalah memberi dan bukan untuk menerima. Yang kedua, cinta-kasih tidak mengenal rasa takut. Yang ketiga, hanya demi cinta-kasih bukan untuk tujuan pribadi. Ketiga pandangan cinta-kasih ini mengandung arti Prapatthi (pasrah total). Ketika seseorang memiliki sikap Prapatthi, seseorang mengalami kebahagiaan Tuhan.

-BABA

Monday, November 16, 2009

Thought for the Day - 16th November 2009 (Monday)


Only by following the path of love can you experience bliss. Just as merely reciting the names of the dishes cannot appease your hunger, so too, unless you speak sweet words and do sacred actions, you cannot enjoy life’s sweetness and be happy. You are all children of immortality and embodiments of bliss. It is because you have emerged from bliss that you seek to return to that Source, the bliss. Just as fish born in water cannot live out of water, so does man always crave for happiness, wherever he is and in whatever he does. Man is restless until he returns to the bliss from whence he emerged. True bliss is not found in this world. Keep your mind always on God – only then will you have peace and happiness.

Hanya dengan mengikuti jalan cinta-kasih engkau dapat mengalami kebahagiaan. Hanya dengan menyebutkan nama berbagai makanan, engkau tidak akan dapat meredakan rasa lapar, begitu juga, engkau tidak dapat menikmati hidup yang menyenangkan dan bahagia, kecuali jika engkau berbicara dengan kata-kata yang manis dan melakukan perbuatan-perbuatan yang suci. Engkau semua adalah perwujudan kebahagiaan dan kekal. Hal ini karena engkau berasal dari kebahagiaan untuk kembali pada Sumbernya yaitu kebahagiaan. Sama halnya seperti ikan yang lahir di dalam air, ia tidak dapat hidup di luar air, begitu pula manusia mendambakan kebahagiaan, dimanapun berada dan apapun yang dilakukannya. Manusia resah sampai ia dapat kembali ke sumber kebahagiaan dari mana ia berasal. Kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam dunia ini. Pusatkan pikiranmu selalu pada Tuhan – baru setelah itu engkau akan memperoleh kedamaian dan kebahagiaan.

-BABA

Thought for the Day - 15th November 2009


Detachment, faith and love – these are the pillars upon which peace rests. Of these, faith is crucial, for without it all spiritual discipline is empty. Detachment alone can make spiritual discipline effective, and love is what leads one quickly to God. Faith feeds the agony of separation from God; detachment canalises it along the path of God, and love lights the way. God will grant you what you need and deserve; there is no need to ask, no reason to grumble. Be content. Nothing can happen against His will.

Tanpa keterikatan, keyakinan, dan cinta-kasih – inilah pilar penyangga kedamaian. Dari ketiga hal tersebut, keyakinan adalah yang terpenting, karena tanpa keyakinan semua disiplin rohani tidak ada artinya. Tanpa keterikatan dapat membuat disiplin spiritual efektif, dan cinta-kasih merupakan jalan tercepat menuju Tuhan. Keyakinan mengobati penderitaan keterpisahan dari Tuhan; tanpa keterikatan memperbesar keyakinan di sepanjang jalan Tuhan, dan cinta-kasihlah yang menyinarinya. Tuhan akan memberikan apa yang engkau perlukan dan apa yang sepantasnya engkau dapatkan; engkau tidak perlu memintanya, tidak ada alasan untuk menggerutu. Berpuaslah! Tidak ada apapun yang dapat menentang kehendak-Nya.

-BABA

Saturday, November 14, 2009

Thought for the Day - 14th November 2009 (Saturday)


Who are you? The Atma. From where did you come? From the Atma. Where are you going? To the Atma. How long will you be here? So long as being engaged in sensual pursuits. Where are you? In the unreal and ever-changing world. In what form? As Anatma (that which is not Atma). What are you engaged in? In evanescent tasks. Therefore what should you do hereafter? Give these up and strive to merge with the Atma.

Siapakah engkau? Engkau adalah Atma. Dari mana engkau datang? Engkau datang dari Atma. Kemana engkau berjalan? Engkau berjalan menuju ke Atma. Berapa lama engkau akan berada disini? Engkau akan berada disini selama engkau disibukkan dengan pengejaran duniawi. Dimana engkau? Dalam dunia yang tidak nyata dan selalu berubah. Dalam bentuk apa? Sebagai Anatma (yang bukan Atma). Apa yang engkau lakukan? Melakukan tugas-tugas yang bersifat sementara. Oleh karena itu apa yang harus engkau lakukan selanjutnya? Lepaskan keterikatan duniawi ini dan berusahalah menyatu dengan Atma.

-BABA

Friday, November 13, 2009

Thought for the Day - 13th November 2009 (Friday)


Giving up the little “I” is what renunciation really means. It means sublimating every thought, word and deed into an offering to God, saturating all acts with divine intent. To cultivate love is the best spiritual discipline. Love gives itself forever; it never asks another to give. Shower it on others and you will be showered in return. Stop sharing love and there will be no more to share. Love thrives on renunciation – indeed, they are inseparable.

Melepaskan keakuan adalah makna penyangkalan yang sesungguhnya. Ini berarti mengubah setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan menjadi sebuah persembahan kepada Tuhan, mengabdikan semua tindakan dengan tujuan illahi. Mengembangkan kasih adalah disiplin spiritual yang terbaik. Kasih itu sendiri selamanya memberi; kasih tidak pernah meminta. Curahkan kasih kepada orang lain dan engkau akan mendapatkan curahan kasih sebagai balasannya. Berhentilah membagikan kasih maka tidak akan ada sesuatupun yang lain yang bisa dibagikan. Kasih tumbuh dengan penyangkalan sungguh-sungguh, keduanya tak terpisahkan.

-BABA

Thursday, November 12, 2009

Thought for the Day - 12th November 2009 (Thursday)


The right attitude of the devotee should be one of total surrender. As one devotee declared, “I am offering to you the heart which you gave me. I have nothing I can call my very own. All are yours. I offer to you what is already yours.” As long as this spirit of total surrender is not developed, man will have to be born again and again. One should offer one's heart to the Divine and not be content with making offerings like flowers and fruits.

Sikap yang benar dari seorang Bhakta seharusnya menjadi orang yang pasrah sepenuhnya. Seperti yang dinyatakan oleh seorang Bhakta,”Aku persembahkan kepada-Mu hati yang telah Engkau berikan. Aku tidak mempunyai apapun yang dapat kusebut sebagai milikku. Semuanya adalah milik-Mu. Aku persembahkan kepada-Mu apa yang sudah menjadi milik-Mu.” Selama semangat kepasrahan total ini tidak dikembangkan, manusia harus lahir berkali-kali. Seseorang seharusnya mempersembahkan hatinya kepada Tuhan dan tidak berpuas diri dengan menghaturkan persembahan seperti bunga dan buah-buahan.

-BABA

Wednesday, November 11, 2009

Thought for the Day - 11th November 2009 (Wednesday)


Sandalwood gives more and more fragrance when it is subjected to more and more grinding. The sugarcane yields juice as it is chewed more and more. Gold gets refined when it is melted in the fire. So also, a true devotee will not falter in his love for God even when he faces troubles and obstacles in his life. God tests His devotees only to take them to a higher level on the spiritual ladder.

Kayu cendana akan bertambah harum ketika terus-menerus digerus. Tebu memberikan lebih banyak air ketika dikunyah. Emas semakin murni ketika dilelehkan dalam api. Begitu juga, seorang Bhakta yang sejati tidak akan kehilangan cintanya pada Tuhan ketika dihadapkan pada cobaan dan rintangan dalam kehidupan. Tuhan menguji Bhakta-Nya hanya untuk membawa sang Bhakta ke tingkatan tangga spiritual yang lebih tinggi.

-BABA

Tuesday, November 10, 2009

Thought for the Day - 10th November 2009 (Tuesday)


Man is a part of the human community. Mankind is a part of nature. Nature is a limb of God. Man has not recognised these inter-relationships. Today men are forgetting their obligations. The Cosmos is an integral organism of interrelated parts. When each one performs his duty, the benefits are available to all. Man is entitled only to perform his duties and not to the fruits thereof. Man is a kind of stage-director of what goes on in Nature. But forgetting his responsibilities, man fights for rights. It is foolish to fight for rights without discharging one's duties. All the chaos and conflicts in the world are due to men forgetting their duties. If everyone discharge their duties diligently, the world will be peaceful and prosperous.

Manusia merupakan bagian dari suatu komunitas. Manusia bagian dari alam. Alam adalah ciptaan Tuhan. Manusia tidak menyadari hubungan timbal balik ini. Saat ini manusia melupakan kewajibannya. Alam semesta merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dari bagian-bagian yang saling terkait. Ketika masing-masing melakukan kewajibannya, semua mendapatkan manfaatnya. Manusia hanya berhak untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya dan bukan hasil yang ditimbulkannya. Manusia adalah pemain sandiwara dari apa yang terjadi di alam., Manusia berusaha untuk mendapatkan hak-haknya, tetapi melupakan tanggung jawabnya. Adalah suatu kebodohan untuk memperjuangkan hak tanpa melakukan suatu kewajiban. Segala kekacauan dan konflik di dunia ini disebabkan karena manusia melupakan kewajibannya. Jika seseorang melaksanakan kewajibannya dengan benar, dunia ini akan damai dan sejahtera.


-BABA

Monday, November 9, 2009

Thought for the Day - 9th November 2009 (Monday)


Wealth, education, social status, etc. are of no avail without character. Character is like the fragrance of the flower; it gives value and worth. Poets, painters, artists and scientists may each be great in their own field, but without character they can have no true standing. One may wonder whether all those who are now treated with respect by society have a character that entitles them to being considered great, but society is subject to fashions that vary from day to day. The basic nature of a flawless character is eternal, and remains the same whatever the vicissitudes of society. Among the qualities that make up a flawless character are love, patience, forbearance, steadfastness, charity – these are the highest, these have to be revered.

Kekayaan, pendidikan, status sosial, dll adalah sia-sia tanpa karakter. Karakter diibaratkan seperti wangi bunga, yang berharga dan bernilai. Penyair, pelukis, seniman, dan ilmuwan mungkin hebat di bidang mereka masing-masing, tetapi tanpa karakter mereka tidak memiliki pendirian yang sejati. Seseorang mungkin bertanya-tanya apakah dewasa ini mereka semua diperlakukan dengan hormat oleh masyarakat yang memiliki tokoh yang menganggap mereka hebat tetapi masyarakat mengikuti kebiasaan yang berubah-ubah dari hari ke hari. Sifat dasar karakter yang sempurna adalah abadi, dan tetap sama apapun perubahan-perubahannya di masyarakat. Adapun diantaranya sifat-sifat yang membentuk karakter yang sempurna yaitu kasih, kesabaran, pengendalian diri, ketabahan, kemurahan hati- inilah yang tertinggi, ini harus dihormati.

-BABA

Sunday, November 8, 2009

Thought for the Day - 8th November 2009 (Sunday)


The mind is sometimes characterized as a snake. This is because it doesn't move straight. It delights in crooked stratagems and clever contrivances. It avoids the straight path of sincerity and veracity. But, the snake mind can be charmed into innocence. When the snake charmer plays on his instrument, the snake sways its hood entranced; so, too the mind will sway with the music that emanates from the recitation of the Name of God!

Kadang-kadang pikiran diibaratkan seperti ular. Hal ini karena pikiran tidak berjalan lurus. Pikiran senang berliku-liku dan pandai dalam hal muslihat dan tipu daya. Pikiran menghindari jalan lurus kejujuran dan ketulusan hati. Tetapi ular pikiran dapat terpesona pada kemurnian. Ketika pawang ular memainkan instrumennya, si ular menggoyangkan kepalanya terpesona, begitu juga pikiran akan terbuai oleh musik yang berasal dari pengulangan Nama Tuhan!

-BABA

Saturday, November 7, 2009

Thought for the Day - 7th November 2009 (Saturday)


During Bhajans, instead of paying great attention to Raaga, Thaala, Laya and Shruti (the melody, the beat, the rhythm and the tone), one should try to elevate the Bhajans to a spiritual level by singing with true feeling and ecstasy of devotion. The songs should flow not from the lips but from the heart. When the songs come from the heart, they will be blissful to the ears also. Conduct your Bhajans with a pure unsullied heart, oblivious to all worldly desires. When you chant the Lord's name with a pure heart, you will experience the Divine.

Pada waktu Bhajan, seseorang seharusnya mencoba untuk mengangkat Bhajan pada tingkat spiritual dengan menyanyikannya dengan penuh bhakti dan perasaan suka cita, bukannya memberikan perhatian besar pada Raaga (melodi), Thaala (irama), Laya (ritme), dan Shruti (nada). Lagu seharusnya mengalir bukan dari bibir, tetapi dari hati. Ketika lagu berasal dari hati, hal itu juga akan membahagiakan pendengarnya. Lakukan Bhajan dengan kemurnian hati tanpa cela, lupakan segala keinginan duniawi. Ketika engkau melantunkan Nama Tuhan dengan hati yang murni, engkau akan mengalami ketuhanan.

-BABA

Friday, November 6, 2009

Thought for the Day - 6th November 2009


The Sadhaka (spiritual aspirant) must have an attitude of fear that the Lord is everywhere and seeing everything, an ever present apprehension that one might slide into sin. He must have a natural bent towards truth and right conduct. He must direct his mind towards the welfare of all mankind. Dharma (righteousness) will shine and illumine only the person who serves all and confers joy on all. Such a person will not only receive the grace of the Lord, but also attain the ultimate goal of merging in Him.

Sadhaka (peminat spiritual) harus mempunyai rasa takut akan Tuhan yang ada dimana-mana dan melihat segala sesuatu, dan suatu kecemasan saat ini bahwa seseorang dapat tergelincir ke dalam dosa. Dia harus memiliki kecenderungan menuju kebenaran dan kebajikan. Dia harus mengarahkan pikirannya untuk kesejahteraan seluruh umat manusia. Dharma (kebenaran) hanya akan bersinar dan menerangi orang-orang yang melayani dan memberikan kebahagiaan pada semua orang. Orang seperti itu tidak hanya akan mendapatkan rahmat Tuhan, tetapi juga mencapai tujuan akhir yaitu menyatu dengan-Nya.

-BABA

Thursday, November 5, 2009

Thought for the Day - 5th November 2009 (Thursday)


We speak of the sky and the ocean as being blue in colour, but this is incorrect. Neither the sky nor the ocean are actually blue themselves. It is the vastness of space and the depth of the ocean that produces this illusion of blueness. If you take some seawater in your palm, you will see that it is actually colourless. Likewise, good and evil depend on our own thoughts and feelings.

Kita mengatakan bahwa langit dan laut berwarna biru, tetapi ini tidaklah benar. Baik langit maupun laut sesungguhnya tidak biru. Luasnya angkasa dan dalamnya lautlah yang menghasilkan ilusi berwarna biru. Jika engkau mengambil air laut di telapak tanganmu, engkau akan melihat bahwa air laut sebenarnya tidak berwarna. Demikian juga, baik dan buruk tergantung pada pikiran dan perasaan kita sendiri.

-BABA

Wednesday, November 4, 2009

Thought for the Day - 4th November 2009


Goodness, compassion, tolerance – through these virtues one can perceive the Divinity in oneself and in others. Softness of heart is often condemned as weakness, cowardice and want of intelligence; they say that the heart has to be hardened against pity and charity, but that way lies war, destruction and downfall. Love alone confers lasting happiness and peace. Sharing can alone reduce grief and multiply joy. People are born to share, to serve, to give and not to grab.

Kebaikan, belas kasihan, toleransi – melalui sifat-sifat baik ini seseorang dapat merasakan Ketuhanan di dalam dirinya dan juga pada orang lain. Kelembutan hati sering dicap sebagai suatu kelemahan, sikap pengecut dan kurang cerdas, mereka berkata bahwa hati harus keras melawan rasa kasihan dan kemurahan hati, tetapi di jalan tersebut terdapat peperangan, kejatuhan dan kehancuran. Kasih menganugerahkan kebahagiaan dan kedamaian abadi. Berbagi dapat mengurangi kesedihan dan melipatgandakan kebahagiaan. Orang-orang dilahirkan untuk berbagi, melayani, memberi, dan tidak mengambil.


-BABA

Tuesday, November 3, 2009

Thought for the Day - 3rd November 2009 (Tuesday)


Whoever comes seeking service from you is the one you must attend to at that time. It is your duty to satisfy the need of that person through your service, and that will be the best work that you can do that moment. The present, when you can do something, that is the most sacred time. You do not see the future, for your eyes cannot perceive it. The past has gone and there is nothing you can do about it. Thus, the present is the best time in which you can discharge your duty and be of service to the person who comes seeking your help.

Siapapun yang datang meminta bantuan padamu, itulah orang yang harus engkau layani pada saat itu. Merupakan kewajibanmu untuk memenuhi kebutuhan orang tersebut melalui pelayanan yang engkau berikan, dan itu akan menjadi pekerjaan terbaik yang dapat engkau lakukan saat itu. Saat ketika engkau dapat melakukan sesuatu, itu merupakan waktu yang paling suci. Engkau jangan melihat waktu yang akan datang, karena pandanganmu tidak akan mampu untuk menjangkaunya. Masa lalu telah berlalu dan tidak ada sesuatu pun yang dapat engkau lakukan berkenaan dengan hal tersebut. Jadi, saat ini adalah waktu terbaik dimana engkau dapat melakukan kewajibanmu dan melakukan pelayanan pada orang yang membutuhkan bantuanmu.

-BABA

Monday, November 2, 2009

Thought for the Day - 2nd November 2009 (Monday)


If you win the grace of the Lord, even the decree of destiny can be overcome. When a bottle of medicine is purchased, on the label is a date, printed by the drug manufacturer that indicates its expiration. The drug loses its efficacy beyond that date. Although the drug remains in the bottle, it will no longer be effective. Similarly, the grace of God can work like an expiration date and make the effects of destiny ineffective. God's grace cannot be had by one who is wavering from moment to moment and whose heart is not pure. Even if you do not practise worship or meditation, it is enough if you have cleansed your heart. The Divine will then enter it.

Jika engkau mendapatkan rahmat Tuhan, takdir pun bisa tidak berlaku. Ketika sebuah botol obat yang dibeli, pada label tanggal tercetak oleh pabrik obat yang mengindikasikan tanggal kadaluwarsa. Obat tersebut kehilangan keampuhannya melewati tanggal tersebut. Meskipun obat tetap berada dalam botol, obat tersebut tidak akan manjur lagi. Demikian pula, rahmat Tuhan dapat bekerja seperti tanggal kadaluwarsa dan membuat takdir tidak berlaku. Rahmat Tuhan tidak dapat diperoleh oleh seseorang yang memiliki keragu-raguan dan yang hatinya tidak murni. Bahkan jika engkau tidak melakukan pemujaan atau meditasi, sudah cukup jika hatimu telah dibersihkan. Tuhan akan masuk ke dalam hatimu.

-BABA

Sunday, November 1, 2009

Thought for the Day - 1st November 2009 (Sunday)


People imagine that spirituality means meditating on God, bathing in sacred waters and visiting holy shrines, but this is not the correct meaning of spirituality. Spirituality means destroying the animal nature in man and awakening him to his divine consciousness. Spirituality implies recognizing that one’s manifold capacities emanate from the Spirit and not from the mind, then utilizing them for achieving spiritual strength. It means acknowledging that all powers come from the Divine.

Orang-orang membayangkan bahwa spiritualitas berarti bermeditasi pada Tuhan, mandi di air suci dan mengunjungi tempat-tempat suci, ini bukanlah arti yang sebenarnya dari spiritualitas. Spiritualitas berarti menghancurkan sifat hewani dalam diri manusia dan membangkitkan dirinya dalam kesadaran Tuhan. Spiritualitas berarti menyadari bahwa bermacam-macam kapasitas yang dimiliki seseorang berasal dari Atma dan bukan dari pikiran, kemudian memanfaatkannya untuk mencapai kekuatan rohani. Ini berarti menyadari bahwa semua kekuatan berasal dari Tuhan.

-BABA