Friday, August 16, 2024

Thought for the Day - 15th August 2024 (Thursday)

Let us move together, grow together, and foster the knowledge that we earned together. Let us live together in harmony. Bharat always produced excellent people in abundance - intelligent, courageous, valorous, devoted, strong, and virtuous. Yet we were conquered by foreigners. Why? Because there was no unity. For this reason, Bharat endured slavery and untold injustice at the hands of invaders. Students must cultivate unity. The reputation and future prosperity of the nation are hinged on the behaviour of students. Ensure that your conduct is proper. All the future leaders of Bharat are among today’s students. "Start early, drive slowly, reach safely." Imprint the nation’s welfare as the primary goal in your heart, starting in your student days. Students should enter society as men of action. You should win victory in selfless endeavours with self-confidence. This is what Mother India needs desperately. Today people advocate new forms of society based on various criteria. We do not need a new social order or a model society. Virtuous boys and girls alone are enough. The nation can progress only through virtuous youth.


--Divine Discourse, May 20, 1995.

‘Bha’ means light and effulgence. So Bharat is the country that radiates light to the rest of the world.


Mari kita bergerak bersama-sama, bertumbuh bersama-sama, dan memupuk pengetahuan yang telah kita dapatkan bersama-sama. Mari kita hidup bersama-sama dalam keharmonisan. Bharat selalu menghasilkan orang-orang yang cerdas, pemberani, berbhakti, kuat dan berbudi luhur dalam jumlah yang banyak. Namun kita dijajah oleh bangsa lain. Mengapa? Karena tidak adanya persatuan. Untuk alasan ini, Bharat mengalami perbudakan dan ketidakadilan yang tidak terhitung di tangan para penjajah. Para pelajar harus meningkatkan persatuan. Reputasi dan kesejahtraan masa depan dari bangsa tergantung dari perilaku para pelajar. Pastikan bahwa tingkah lakumu adalah baik. semua pemimpin masa depan dari Bharat ada diantara para pelajar hari ini. "Mulai lebih awal, berjalan secara perlahan, sampai di tujuan dengan selamat." Tanamkan kesejahtraan bangsa sebagai tujuan utamamu di dalam hati, mulai dari masa-masa menuntut ilmu. Para pelajar seharunya memasuki masyarakat sebagai orang-orang yang berbuat. Engkau seharusnya menang dalam usaha tanpa mementingkan diri sendiri dengan kepercayaan diri. Ini adalah yang sangat dibutuhkan oleh ibu pertiwi India. Hari ini orang-orang mengusulkan bentuk baru tatanan masyarakat yang berdasarkan pada berbagai kriteria. Kita tidak membutuhkan tatanan sosial yang baru atau sebuah model masyarakat. Hanya keluhuran budi dari para pelajar adalah cukup. Bangsa hanya dapat maju melalui para pemuda yang berbudi pekerti luhur.


--Divine Discourse, 20 Mei 1995.

‘Bha’ berarti Cahaya dan kemilau. Jadi, Bharat adalah bangsa yang memancarkan Cahaya untuk seluruh dunia.

Thought for the Day - 13th August 2024 Tuesday)

Do you love more, do you talk less, do you serve others more earnestly? These are the signs of success in Dhyana (meditation). Your progress must be authenticated by your character and behaviour. Dhyana must transmute your attitude towards beings and things; else it is a hoax. Even a boulder will, through the action of sun and rain, heat and cold, disintegrate into mud and become food for a tree. Even the hardest heart can be softened so that the Divine can sprout therein. You come to Prasanthi Nilayam as cars come to a workshop. You must go out, with new paint, with all damaged and loose bolts and nuts replaced, with the engine cleaned and reconditioned, every part spick and span, beautiful, trouble-free, in perfect trim, ready to speed on the journey that lies ahead! Every bad habit must be replaced by a good one, no trace of vice must be allowed to persist, and your heart must be drained of all egoism. This is the fruit of this pilgrimage that you must acquire. Let this be your resolution!


- Wejangan Bhagavan, Jan 13, 1969.

Sadhana (spiritual practices) must make you calm, unruffled, poised and balanced.


Apakah engkau semakin mengasihi, apakah engkau semakin sedikit bicara, apakah engkau melayani yang lain dengan ketulusan? Semuanya ini adalah tanda dari keberhasilan dalam Dhyana (meditasi). Kemajuanmu harus dibuktikan dari karakter dan perilakumu. Dhyana harus mengubah sikapmu pada makhluk dan benda; jika tidak maka semuanya itu adalah cerita bohong. Bahkan sebuah batu besar akan terurai menjadi lumpur dan menjadi asupan bagi pohon ketika terkena panas dan hujan, panas dan dingin. Bahkan hati yang paling keras sekalipun dapat dilembutkan sehingga ke-Tuhan-an dapat tumbuh di dalamnya. Engkau datang ke Prasanthi Nilayam sebagai mobil yang datang ke bengkel. Engkau harus keluar dengan cat yang baru, dengan semua baut dan mur yang rusak dan longgar diganti, dengan mesin yang dibersihkan dan diperbaiki, setiap bagian rapi, indah, bebas masalah, dalam kondisi sempurna, siap melaju dalam perjalanan yang ada di depan! Setiap kebiasaan buruk harus digantikan dengan kebiasaan baik, tidak ada jejak kejahatan yang dibiarkan bertahan, dan hatimu harus dikosongkan dari semua bentuk egoisme. Ini adalah buah dari perjalanan suci yang harus engkau dapatkan. Jadikan ini sebagai ketetapan hatimu!


- Wejangan Bhagavan, 13 Januari 1969.

Sadhana (latihan spiritual) harus membuatmu tenang, tidak mudah terganggu, teguh dan seimbang.


Thought for the Day - 12th August 2024 (Monday)

All religions are unanimous in regarding the heart as the seat of the Divine. The Hindu scriptures have declared that the heart is the temple of God. The sacred Upanishads have referred to the heart as a cave in which the Divine dwells. It is stated in the Bible that the man with a pure heart can see God. The Muslims regard the heart as located between the two fingers of God. The Guru of the Sikhs, Nanak declared that only a man with a pure heart can be regarded as a true Sikh. In this way, the various faiths have affirmed that the heart is the abode of God. Many great souls have experienced the heart as a lotus. Although rooted in mire, growing up in muddy water, the lotus shines in purity. When the lotus opens its petals and looks up, it seems to say: "O Lord, please come and dwell in me." Though born in mud it does not wallow in it. Surrounded by polluted water it is not polluted by it. This is the great lesson the lotus teaches man: "Though you are living in a corrupt world and are born in the sludge of an unrighteous society, you must turn your mind towards God and make your heart a shrine for God."


- Wejangan Bhagavan, Jul 14, 1984.

Prema (pure love) is not related to the mind, it springs from the heart. That is why Divinity can be realised only through the heart.


Semua agama adalah sepakat terkait hati sebagai singgasana Tuhan. Naskah suci Hindu telah menyatakan bahwa hati adalah tempat suci Tuhan. Upanishad yang suci telah mengacu hati sebagai sebuah gua dimana Tuhan bersemayam. Hal ini juga dinyatakan dalam alkitab bahwa manusia dengan hati yang suci dapat melihat Tuhan. Muslim menganggap hati sebagai terletak diantara dua jari Tuhan. Guru dari Sikh, yaitu Nanak menyatakan bahwa hanya manusia dengan hati yang suci dapat dianggap sebagai seorang Sikh yang sejati. Dalam hal ini, berbagai jenis keyakinan telah menegaskan bahwa hati adalah tempat Tuhan bersemayam. Banyak jiwa-jiwa yang suci telah mengalami hati sebagai teratai. Walaupun berakar di lumpur, tumbuh dalam air yang keruh, teratai bersinar dalam kesucian. Ketika Teratai membuka kelopaknya dan menengadah, Teratai seolah berkata: "O Tuhan, mohon datang dan bersemayam di dalam diriku." Walaupun lahir dalam lumpur namun Teratai tidak berkubang di dalamnya. Dikelilingi oleh air yang tercemar namun Teratai tidak tercemar olehnya. Ini adalah hikmah besar yang Teratai ajarkan pada manusia: "Walaupun engkau hidup dalam dunia yang rusak dan lahir dalam lumpur masyarakat yang tidak benar, engkau harus mengarahkan pikiranmu pada Tuhan dan membuat hatimu menjadi sebuah tempat suci bagi Tuhan."


- Wejangan Bhagavan, 14 Juli 1984.

Prema (kasih yang suci) tidak terkait pada pikiran, prema muncul dari hati. Itulah sebabnya mengapa ke-Tuhan-an hanya dapat disadari melalui hati.


Thought for the Day - 11th August 2024 (Sunday)

How can you be content, living in this illusory world, gathering and relying on illusory knowledge? Realise the person beyond all illusion, who is the Creator of this illusion, who is revealed in and through this illusion. Worldly knowledge is of the temporary, the particular, the finite, the individual; how can it reveal the Eternal, the Universal, the Infinite, the Absolute? The Veda has the answer. It asks us to analyse our dream-experience. Dreams are unreal, they are illusory. But yet, for as long as we are dreaming, the experience is real and valid. Often in the dreams, as a result of the illusory experience itself, awareness is created through fear or horror or pain or excitement, such that the person dreaming wakes up and the dream is destroyed. What has caused the awakening? The dream itself helped in the destruction of the dream. So too in this ‘wakeful dream’ - in the illusory world where every wakeful experience is deemed true and valid - some experience or the roar of the Vedas in the Mahavakyas (Divine axioms, which ring through the sacred texts) wakes man into the higher awareness.


- Wejangan Bhagavan, Nov 22, 1970.

The inherent nature of fire is 'to burn'; of water, 'to wet'; of stone, 'to be heavy’. The nature of man consists in the yearning 'to know’.


Bagaimana engkau bisa puas hidup di dunia ilusi ini dengan mengumpulkan dan mengandalkan pengetahuan yang ilusi? Sadarilah pribadi yang melampaui semua ilusi ini, yang merupakan pencipta dari ilusi ini, yang terungkap di dalam dan melalui ilusi ini. Pengetahuan duniawi adalah bersifat sementara, tertentu saja, terbatas dan individual; bagaimana jenis pengetahuan ini dapat mengungkapkan yang bersifat kekal, universal, tidak terbatas dan absolut? Weda memiliki jawaban. Weda meminta kita untuk menganalisa pengalaman mimpi kita. Mimpi adalah bersifat tidak nyata, semuanya adalah bersifat ilusi. Namun, selama kita sedang bermimpi, maka pengalaman itu bersifat nyata dan benar. Sering di dalam mimpi, sebagai hasil dari pengalaman ilusi itu sendiri, kesadaran tercipta melalui rasa takut atau horror atau rasa sakit atau rasa senang, saat orang yang bermimpi tersebut terbangun maka mimpi itu menjadi lenyap. Apa penyebab dari keterbangunan? Mimpi itu sendiri membantu dalam melenyapkan mimpi. Demikian juga dengan ‘mimpi yang terjaga’ ini – dalam dunia ilusi dimana setiap pengalaman sadar dianggap sebagai benar dan valid – beberapa mengalami atau gemuruh dari Weda dalam Mahavakya (penguatan Ilahi yang bergema melalui teks-teks suci) membangunkan manusia menuju pada kesadaran yang lebih tinggi.


- Wejangan Bhagavan, 22 November 1970.

Sifat bawaan api adalah ‘membakar’; air adalah ‘membasahi’; batu adalah ‘menjadi berat’. Sifa bawaan manusia adalah keinginan ‘untuk mengetahui’.


Thought for the Day - 9th August 2024 (Friday)

The tendency to compare yourself with others is very wrong. No two things or no two men are identical. Even identical twins grow in distinct ways of life. No one of the millions of leaves on trees is exactly the same as another. Botanists are aware of this feature. Billions of human beings are on the earth, but which is the press which gave each a novel imprint? This is the glory of God! Millions of boxes are manufactured by a company; all are identical; all can be locked and opened by the same set of keys. Man is created by God, each with his distinct nature, quality, potentiality and destiny. How then can anyone compare oneself with another and either exult or despair? We say he is tall and feel dejected because we are short. We are proud that we are better than others. All this is very silly when we come to think of it!


- Wejangan Bhagavan, Jan 08, 1983.

No one is higher or lower. We are all kin through God from Whom we have come.


Kecendrungan untuk membandingkan dirimu sendiri dengan yang lainnya adalah benar-benar salah. Tidak ada dua benda atau dua orang bersifat identik atau sama. Bahkan mereka yang kembar tumbuh dalam cara hidup yang berbeda. Tidak ada satupun dalam jutaan daun pada pohon adalah sama dengan yang lainnya. Para ahli botani menyadari akan keistimewaan ini. Milyaran manusia ada di bumi, namun percetakan mana yang memberikan setiap manusia tanda yang unik? Ini adalah kemuliaan dari Tuhan! Jutaan kotak diproduksi oleh sebuah perusahaan; semuanya adalah sama; semuanya dapat dikunci dan dibuka dengan set kunci yang sama. Manusia diciptakan oleh Tuhan, dimana setiap orang memiliki sifat, potensi, kualitas dan takdirnya yang unik. Bagaimana mungkin kemudian seseorang dapat membandingkan dirinya dengan orang lain dan merasa bangga dan putus asa? Kita mengatakan dia adalah tinggi dan kita merasa rendah diri karena kita pendek. Kita merasa bangga bahwa kita merasa lebih baik daripada yang lainnya. Semua hal ini sangatlah konyol ketika kita memikirkan hal ini!


- Wejangan Bhagavan, 08 Januari 1983.

Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kita semua adalah saudara karena dari Tuhan kita berasal.


Thought for the Day - 8th August 2024 (Thursday)

Every one of the religious sects elaborated their own rituals and modes of worship, their own priorities in spiritual attainment and their own body of doctrines about the individual, the objective world and God. The purpose of these codes and modes was, in all cases, to purify the mind and insist on the practice of high moral virtues. But this was soon ignored and importance came to be attached to superficial conformity and outer purity. The craving for personal aggrandisement and power made every sect, faith and religion, rigid and dry. There is a great need today to discover the inner spring of all faiths, the spring that fertilises the outer rites and ceremonies. A little quiet study will reveal that there is an undercurrent of moral enthusiasm and spiritual adventure. The word generally used for religion is matha; the word to indicate the mind is mathi. Putting the two together it can be said that matha is primarily engaged or ought to be engaged in straightening and strengthening the mathi.


- Wejangan Bhagavan, Oct 01, 1976.

You should not have contempt for any religion, as each is a pathway to God.


Setiap agama mengembangkan ritual dan cara ibadahnya sendiri, prioritas dalam pencapaian spiritual dan doktrin terkait individu, dunia objektif dan Tuhan. Tujuan dari pedoman dan tata cara ini dalam semua bagian adalah untuk memurnikan pikiran dan menekankan pada praktek keluhuran moral yang tinggi. Namun hal ini segera diabaikan dan kepentingan diberikan pada kesesuain lahiriah dan kemurnian di luar diri. Keinginan untuk membesarkan diri dan kekuasaan membuat setiap agama dan keyakinan menjadi kaku dan kering. Ada sebuah kebutuhan yang sangat besar hari ini untuk menemukan sumber batin dari semua keyakinan, sumber batin yang memupuk ritus dan upacara keagamaan. Sedikit pencarian tenang akan mengungkapkan bahwa ada sebuah aliran dalam dari antusiasme moral dan pertualangan spiritual. Kata yang umumnya digunakan untuk agama adalah matha; kata untuk menunjukkan pikiran adalah mathi. Menggabungkan kedua kata itu dapat maknai bahwa matha (agama) pada dasarnya terlibat atau harus dilibatkan dalam meluruskan dan memerkuat mathi (pikiran).


- Wejangan Bhagavan, 01 Oktober 1976.

Engkau seharusnya tidak boleh meremehkan agama apapun, karena setiap agama adalah jalan menuju Tuhan.

Thought for the Day - 7th August 2024 (Wednesday)

The mind suffers from a false sense of values and tries to discard what is good for it. The child must be educated to appreciate hard, chewable food which it does not welcome in the beginning. So too, the mind must be trained to picture the vast, limitless, overwhelming majesty that underlies time, space and causation. First, it must develop a taste for the Personal God and later for the Impersonal, without a name and a form. All names and forms to the Impersonal God are attributed by the mind. Bhajan, dhyan, Namasmarana, Nagarasankeertan - all these are steps in that education. The bliss that’s won by mergence in the Divine, is the consummation. A sick person must swallow the cough syrup himself, so long as he is ill, however bitter the medicine may be! A person, ill with ignorance and therefore suffering from egoism and discontent, must take the medicine of japa-dhyana (repetition of the name and meditation). The disease of over-attachment to worldly objects can be cured only by the drug of attachment to God, cultivated through japa and dhyana.


- Wejangan Bhagavan, Nov 22, 1970.

God will serve you; He will save you and be by your side ever - only you have to cultivate your character and polish your interior so that He might be reflected therein.


Pikiran menderita dari sebuah rasa nilai yang salah dan mencoba membuang apa yang baik untuknya. Anak harus dididik untuk menghargai makanan keras dan bisa dikunyah yang pada awalnya tidak disukai. Begitu juga, pikiran harus dilatih untuk menggambarkan keagungan yang begitu luas, tanpa batas, berlimpah yang mendasari waktu, ruang dan sebab akibat. Pertama, pikiran harus dikembangkan pada sebuah cita rasa pada personifikasi Tuhan dan kemudian pada Tuhan yang bersifat transenden yang mana tanpa nama dan bentuk. Semua nama dan wujud pada Tuhan adalah diberikan oleh pikiran. Bhajan, dhyana, Namasmarana, Nagarasankeertan – semua langkah-langkah ini adalah dalam pendidikan pikiran. Kebahagiaan yang diperoleh dengan penyatuan pada Tuhan adalah kesempurnaan. Seorang yang sakit harus minum sirup batuk sendiri, selama dia dalam keadaan sakit, bagaimanapun pahitnya rasa dari obat itu! Seseorang yang sakit dengan kebodohan akan merasakan penderitaan dari egoisme dan ketidakpuasan, harus minum obat japa-dhyana (pengulangan nama dan meditasi). Penyakit dari keterikatan yang berlebihan pada objek duniawi hanya dapat disembuhkan dengan obat keterikatan pada Tuhan, yang dikembangkan melalui japa dan dhyana.


- Wejangan Bhagavan, 22 November 1970.

Tuhan akan melayanimu; Tuhan akan menyelamatkanmu dan selalu ada disisimu – hanya engkau harus mengembangkan karaktermu dan menerangi dalam dirimu sehingga Tuhan dapat terpantul di dalam.


Thought for the Day - 6th August 2024 (Tuesday)

There are some who are attracted by various systems and methods like Hathayoga, Kriyayoga, or Rajayoga, which claim to help people realise the self. But, I must tell you that none of these can make you realise God. I am saying this most emphatically. Premayoga, the discipline of love, alone can lead you to God. Other yogas may calm the mind's agitations temporarily and may improve health and prolong life for a few more years, but that’s all they can do! What is the good you hope to achieve with that body in extra years? If love is absent, it weighs you down like a big burden; if love is cultivated, then the body can be used for serving others, without regard for the interests of the body! The body should be guarded and sustained for the service one can do with it to others, or for realising Atma while in it. There are some who follow a rigorous timetable of japam, dhyanam, etc. Of course, this is good practice, but don’t stick to this timetable even when you have a call to go help a person whose need for service is great and urgent. If you give up your meditation and serve him, you will benefit more from the service than what you may gain from meditation!


- Wejangan Bhagavan, Nov 22, 1970.

The fulfilment of man's life on earth consists in filling oneself with the Love of God and transmuting that love into acts of service


Ada beberapa yang tertarik dengan berbagai jenis sistem dan metode seperti Hathayoga, Kriyayoga, atau Rajayoga, yang menyatakan membantu manusia menyadari diri sejati. Namun, Aku harus mengatakan kepadamu bahwa tidak satupun dari semuanya yang membuatmu menyadari Tuhan. Aku mengatakan ini dengan sangat tegas. Hanya Premayoga (disiplin kasih), yang dapat menuntunmu pada Tuhan. Sedangkan Yoga yang lainnya dapat menenangkan gejolak pikiran untuk sementara waktu dan dapat meningkatkan kesehatan serta memperpanjang usia hidup untuk beberapa tahun lagi, tapi hanya itu yang bisa diberikan! Apa hal baik yang ingin engkau capai dengan tubuh itu di tahun-tahun berikutnya? Jika kasih tidak ada, maka ini membebanimu seperti sebuah beban yang besar; jika kasih ditingkatkan, kemudian tubuh dapat digunakan untuk melayani orang lain, tanpa memperhatikan kepentingan tubuh! Tubuh harus dirawat dan dijaga agar seseorang dapat melakukan pelayanan kepada orang lain, atau untuk menyadari Atma yang ada di dalamnya. Ada beberapa orang yang mengikuti jadwal japam, dhyanam, dsb dengan ketat. Tentu saja, ini adalah praktek yang baik, namun jangan terpaku pada jadwal ini ketika engkau mendapatkan kesempatan untuk membantu mereka yang membutuhkan pelayanan yang besar dan mendesak. Jika engkau melepaskan meditasi dan melayaninya, engkau akan mendapatkan keuntungan lebih dari melayani daripada apa yang engkau dapatkan dari meditasi!


- Wejangan Bhagavan, 22 November 1970.

Pemenuhan kehidupan manusia di bumi adalah mengisi dirinya dengan kasih Tuhan dan mengubah kasih itu menjadi tindakan pelayanan


Thought for the Day - 5th August 2024 (Monday)

We may ask, how can a man sunk in relative knowledge become aware of the Atma? But there is no reason for despair, or for condemning ourselves as mean and low. For, when small men make big decisions, they earn encouragement from the great. When the tiny squirrel decided to share in building the passage across the sea, did it not receive the blessings of Lord Rama? The squirrel knew that its help could only be infinitesimal, but the feeling of dedication which prompted it won the grace of God. Men, however, do not sublimate small spiritual efforts through high purpose. They engage in bhajan, worship and meditation, but these are physical exercises! The mind does not elevate them into sincerity. The mind does not pour forth or vibrate in them. So, they remain at the human level. They do not rise to the level of the Divine. "Can a lake be filled when there’s a sprinkle of rain? Can thirst be relieved, with saliva? Can the belly be full, if breathing is held tight? Can live cinders be secured by burning blades of grass?" asks a poet. Logs must be burned if charcoal is needed; sheets of rain alone can fill a lake to the brim; a glass of cold water alone can cure a person of thirst, nothing less! The heart has to be offered in full. Devotion must fill and overflow the heart.


- Wejangan Bhagavan, Jan 08, 1983.

Gemstones have to be sought deep underground; they do not float in mid-air. Seek God in the depths of yourself, not in the tantalising, kaleidoscopic Nature.


Kita mungkin bertanya, bagaimana bisa seseorang yang tenggelam dalam pengetahuan sementara bisa menyadari Atma? Namun tidak ada alasan untuk putus asa, atau menyalahkan diri sebagai seseorang yang hina dan rendahan. Karena, ketika orang kecil membuat Keputusan yang besar, mereka mendapatkan dorongan dari orang yang hebat. Ketika seeekor tupai kecil memutuskan bergabung dalam membangun jembatan yang melintasi lautan, bukankah tupai kecil itu menerima berkah dari Sri Rama? Tupai kecil itu mengetahui bahwa bantuannya hanya bersifat kecil sekali, namun rasa dedikasi yang mendorongnya bisa mendapatkan rahmat Tuhan. Manusia, bagaimanapun juga, tidak menyalurkan usaha kecil spiritual melalui tujuan yang tinggi. Manusia melakukan bhajan, ibadah dan meditasi, namun semuanya ini adalah latihan fisik saja! Pikiran tidak mengangkat mereka ke dalam ketulusan. Pikiran tidak mengalir atau bergetar di dalamnya. Jadi, mereka tetap di tingkat manusia. Mereka tidak bangkit menuju pada level Dewata. "Dapatkan sebuah danau terisi ketika ada rintik-rintik hujan? Dapatkan rasa haus bisa dhilangkan dengan air liur? Dapatkan perut menjadi kenyang jika nafas ditahan? Dapatkah bara api bisa diperoleh dengan membakar seuntai rumput?" tanya seorang penyair. Kayu gelondongan harus dibakar jika diperlukan arang; hanya hujan deras yang dapat mengisi danau sampai pada tepiannya; hanya segelas air dingin dapat menghilangkan rasa haus seseorang, tidak kurang! Hati harus dipersembahkan sepenuhnya. Bhakti harus memenuhi dan mengalir dalam hati.


- Wejangan Bhagavan, 08 Jan 1983.

Batu permata harus dicari jauh di bawah tanah; batu permata tidak melayang di udara. Carilah Tuhan di kedalaman dirimu, bukan pada sifat dunia yang menggoda dan berubah-ubah.


Thought for the Day - 4th August 2024 (Sunday)

As all rivers hurry towards the sea, let all your imaginings wend their way to God. The Play is His; the role is His Gift; the lines are written by Him; He decides the dress and decoration, the gesture and the tone, the entrance and the exit. You have to act well your part and receive His approbation when the curtain falls. Earn by your efficiency and enthusiasm the right to play higher and higher roles - that is the meaning and purpose of life. Do not get too much attached to the world, and too involved in its tangles. Keep your emotions always within hold. The waves agitate only the upper layers of the sea; down below it is calm. So too, when you sink into your depths, you must be free from the agitation of the waves. Know that most things are of no lasting value and can therefore be brushed aside; hold fast to the solid substance only. Use your discrimination to discover which things are lumber, and which are treasure!. 


- Wejangan Bhagavan, Jun 09, 1970.

God is the director and all humans are mere actors. Be good performers in God's play.


Seperti halnya semua sungai mengalir deras menuju pada lautan, biarkan semua imajinasimu mencari jalannya menuju Tuhan. Pertunjukkan adalah milik-Nya; peran adalah karunia-Nya; dialog ditulis oleh-Nya; Tuhan menentukan kostum dan dekorasinya, gerak dan nada, pintu masuk dan keluar. Engkau harus memainkan peranmu dengan baik dan menerima persetujuan-Nya saat tirai diturunkan. Dapatkan hak untuk memainkan peran yang lebih tinggi dan lebih tinggi dengan efisiensi dan semangatmu – itu adalah makna dan tujuan dari hidup. Jangan terlalu terikat dengan dunia, dan jangan terlalu terlibat belitannya. Tetap selalu jaga emosi dalam kendali. Gelombang hanya mengganggu di lapisan atas dari lautan; sedangkan di bawah permukaan laut adalah tenang. Begitu juga, ketika engkau menyelami pada kedalamanmu, engkau harus bebas dari gangguan gelombang. Ketahuilah bahwa kebanyakan benda tidak memiliki nilai abadi dan maka dari itu dapat diabaikan; pegang erat hanya pada substansi yang kokoh. Gunakan kemampuan membedakanmu untuk mengungkapkan mana sampah dan mana harta karun!


- Wejangan Bhagavan, 09 Juni 1970.

Tuhan adalah sutradara dan semua manusia hanyalah pemeran saja. Jadilah pemeran yang baik dalam pertunjukkan Tuhan.


Thought for the Day - 3rd August 2024 (Saturday)

Just as a thermometer indicates heat of the body, your talk, conduct, and behaviour indicate your mental equipment and attitudes and show how high is the fever of worldliness that afflicts you. These must be pure, untinged by passion of emotions like hate or pride. Talk in peace, promoting peace in others. What is the use of japa and dhyana, when your talk and conduct are not even human? How can you hope to approach the divine while grovelling in the slush of the bestial? Resolve this day to cleanse the mind of impurities, so that you can imbibe the inspiration it is intended to convey. Aspirants for mental peace must also reduce luggage they have to care for; the more the luggage, the greater the bother. Objective possessions and subjective desires - both are handicaps in the race for realisation. A house cluttered with lumber will be dark, dusty and without free movement of fresh air; it will be stuffy and suffocating. The human body too is a house; do not allow it to be cluttered with curios, trinkets, trash, and superfluous furnishings. Let the breeze of holiness blow as it wills through it; let not the darkness of blind ignorance desecrate it. 


- Wejangan Bhagavan, Oct 12, 1969.

Life is a bridge over the sea of change; pass over it, but do not build a house on it.


Seperti halnya termometer menunjukkan panas badan, maka perkataan, tingkah laku dan sikapmu menunjukkan keberadaan batinmu serta memperlihatkan betapa tingginya demam keduniawian yang menimpamu. Kesemuanya ini harus suci, tidak dipengaruhi oleh emosi seperti kebencian atau kesombongan. Berbicaralah dalam damai, tambahkan kedamaian dalam diri yang lainnya. Apa gunanya japa dan dhyana, ketika perkataan dan kelakukanmu bahkan tidak manusiawi? Bagaimana engkau dapat berharap untuk mendekati Tuhan sedangkan engkau bergumul dalam lumpur kebinatangan? Putuskan hari ini untuk membersihkan ketidakmurnian pikiran, sehingga engkau dapat menyerap inspirasi yang dimaksudkan untuk disampaikan. Para pencari kedamaian batin juga harus mengurangi barang bawaan yang harus dijaga; semakin banyak barang bawaan, semakin besar gangguannya. Kepemilikan benda dan keinginan diri – keduanya adalah hambatan dalam pengejaran kesadaran diri. Sebuah rumah yang dipenuhi dengan perabotan akan menjadi gelap, berdebu dan tidak adanya aliran udara segar; rumah itu akan menjadi pengap dan menyesakkan. Tubuh manusia juga adalah sebuah rumah; jangan biarkan menjadi dipenuhi dengan barang-barang antik, pernak pernik, sampah, dan perabotan yang tidak perlu. Biarkan angin kesucian berhembus dengan bebas tanpa halangan; jangan biarkan kegelapan kebodohan yang buta menodainya. 


- Wejangan Bhagavan, Oct 12, 1969.

Hidup adalah sebuah jembatan yang melintasi lautan perubahan; lewati jembatan itu, namun jangan membangun rumah diatasnya.


Thought for the Day - 2nd August 2024 (Friday)

You should pray to the Lord to give you the strength to bear all troubles and face all difficulties. If you have even an atom of grace of the Lord, a mountain of troubles can be overcome. Chaitanya declared: "If a fraction of the time that is spent in worrying about wealth, provisions, wife, children, friends and business is devoted to contemplation on the feet of the Divine, one can face the messengers of death without fear and cross the ocean of samsara!" It is not necessary to devote many hours to prayer. It is enough if one thinks of God with all his heart and offers himself even for a few moments. A single match stick when it is struck can dispel the darkness in a room that has remained closed for years. Mountains of cotton can be burnt down by a single spark. Likewise, wholehearted chanting of the name of Rama even once can destroy mountains of sins. But the chanting should not be done mechanically like playing a gramophone record. It should emanate from the depths of the heart. 


- Wejangan Bhagavan, 14 April 1989.

Even if one small ray of the grace of the Lord falls on you, all your sins will be burnt away.


Engkau harus berdoa kepada Tuhan agar memberikanmu kekuatan untuk bisa menanggung semua masalah dan menghadapi semua kesulitan. Jika engkau hanya memiliki sebuah partikel kecil karunia Tuhan, hal ini akan mampu mengatasi segunung masalah. Chaitanya menyatakan: "Jika sebagian waktu yang dihabiskan dalam kecemasan untuk memikirkan kekayaan, kemudahan, istri, anak-anak dan bisnis didedikasikan untuk kontemplasi di kaki padma Tuhan, maka seseorang bisa menghadapi utusan kematian tanpa takut dan menyebrangi lautan samsara!" Adalah tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk berdoa. Adalah cukup jika seseorang memikirkan Tuhan dengan sepenuh hatinya dan mempersembahkan dirinya sendiri walaupun hanya sesaat saja. Sebatang korek api ketika digesekkan dapat menghilangkan kegelapan dalam sebuah ruangan yang tertutup selama bertahun-tahun. Tumpukan kapas dapat terbakar hanya dengan percikan api. Sama halnya, hanya dengan melantunkan nama Tuhan Rama sekali saja bisa menghancurkan tumpukan dosa. Namun pelantunan tidak boleh dilakukan hanya bersifat mekanis saja seperti halnya memainkan rekaman piring hitam. Pelantunan nama suci Tuhan harus berasal dari kedalaman lubuk hati. 


- Wejangan Bhagavan, 14 April 1989.

Sekalipun seberkas cahaya karunia Tuhan yang menyinarimu, semua dosa akan terhapuskan.


Thought for the Day - 1st August 2024 (Thursday)

Once Sage Narada appeared before Lord Vishnu and said: "Oh Lord! I move about in the three worlds and I know the past, the present and the future. If I want to convey to You any special information, to what address should I send it? I do not want Your temporary address. What is Your permanent address?" Vishnu replied: "Narada! Take down My permanent address: Mad-bhaktah yatra gayanti, tatra tishtami, Narada (Wherever My devotees sing My glories, I install Myself there)." People ascribe various abodes to the Lord: Vaikunta, Kailasa, Badrinath, Kedarnath and so on. All these are only ‘care of’ addresses. The direct address is only the heart of the devotee. As the Gita says: “The Lord dwells in the heart region of all beings." As the Lord is omnipresent, He is equally present in the heart of everyone. Hence the Lord is described as Atma-Rama - one who delights the Atma (the heart) by His presence! 


- Divine Discourse, Apr 14, 1989.

God is Ganalola and Ganapriya (one who is attracted by singing). Poems and prayers do not attract God as much as songs sung with devotion do.


Suatu hari Resi Narada menghadap pada Sri Wisnu dan berkata: "Oh Tuhan! Hamba telah mengelilingi tiga alam dan hamba mengetahui masa lalu, masa kini dan masa depan. Jika hamba ingin menyampaikan kepada-Mu sesuatu yang bersifat penting, kemana hamba harus mengirimkannya? Hamba tidak ingin alamat Tuhan yang sementara. Dimana alam Tuhan yang kekal?" Sri Wisnu menjawab: "Narada! catatlah alamat permanen-Ku: Mad-bhaktah yatra gayanti, tatra tishtami, Narada (dimanapun bhakta-Ku melantunkan kemuliaan-Ku, maka Aku ada disana)." Manusia memberikan berbagai jenis alamat untuk Tuhan: Vaikunta, Kailasa, Badrinath, Kedarnath dan sebagainya. Semua nama ini hanya alamat saja. Namun alamat langsung adalah hanya hati dari bhakta. Seperti halnya Bhagavad Gita mengatakan: “Tuhan bersemayam di dalam relung hati semua makhluk." Karena Tuhan adalah ada dimana-mana, maka Tuhan ada di dalam hati setiap orang. Oleh karena itu Tuhan dijelaskan sebagai Atma-Rama – yang memikat Atma (hati) dengan kehadiran-Nya! 


- Wejangan Bhagavan, 14 April 1989.

Tuhan adalah Ganalola dan Ganapriya (yang tertarik pada nyanyian). Puisi dan doa tidak menarik Tuhan sebesar lantunan lagu yang dinyanyikan dengan penuh bhakti

Thought for the Day - 31st July 2024 (Wednesday)

The year becomes new and the day becomes holy, when you sanctify it by sadhana, not otherwise. Sadhana can grow only in a field fertilised by Love. Love or Prema is the essential quality of Bhakti (devotion to God). The love you have towards material objects, name, fame, wife and children, etc., should be sanctified by being subsumed by the more overpowering Love of God. Add two spoons of water to two seers of milk, the water too is appreciated as milk! At present your sadhana can be described only as mixing two litres of water with two spoons of milk! Have the Love of God filling and thrilling your heart; then, you cannot hate anyone, you cannot indulge in unhealthy rivalries, you will not find fault with anyone. Life then becomes soft, sweet and smooth. 


- Divine Discourse, Jan 01, 1967.

One's life becomes sanctified by treasuring the Lord's name in one's heart with a feeling of intense love


Tahun menjadi baru dan hari menjadi suci, ketika engkau menyucikannya dengan sadhana, bukan dengan cara yang lain. Sadhana dapat tumbuh hanya pada tanah yang dipupuk dengan kasih. Kasih atau Prema adalah kualitas mendasar dari Bhakti (kasih kepada Tuhan). Kasih yang engkau miliki pada objek material, nama, ketenaran, istri dan anak-anak, dsb, seharusnya disucikan dengan dimasukkan oleh kasih pada Tuhan yang sangat kuat. Tambahkan dua sendok air pada dua liter susu maka air itu akan dihargai sebagai susu! Pada saat sekarang sadhana yang engkau lakukan hanya dapat digambarkan seperti mencampur dua liter air pada dua sendok susu! Biarkan kasih Tuhan mengisi dan menggugah hatimu; kemudian, engkau tidak akan bisa membenci siapapun, engkau tidak akan bisa terlibat dalam persaingan yang tidak sehat, engkau tidak akan bisa menemukan kesalahan pada siapapun juga. Hidup kemudian menjadi lembut, indah dan lancar. 


- Wejangan Bhagavan, 01 Januari 1967.

Hidup seseorang menjadi suci dengan menyimpan nama Tuhan di dalam hati dengan perasaan kasih yang mendalam

Thought for the Day - 30th July 2024 (Tuesday)

When you undertake any task with a sacred heart, you will certainly meet with success. I am the living proof of this ideal. There is no trace of selfishness in whatever task I undertake. Whatever I do is for the benefit of humanity. Many do not try to understand this and think that it is done with some expectation. But I do not expect anything from anybody nor do I get any benefit out of it. I derive only one benefit, i.e., I feel happy when everybody is happy. As you claim to be Sai devotees, you should strictly adhere to the Sai path and make everyone happy. When you follow My footsteps, you will certainly achieve sacred results and attain good reputation. Being Sai devotees, you should give up selfishness and dedicate your lives for the welfare of society. Fill your lives with love. Stop criticising others. Offer your respects to even those who hate you. Hatred is a mean quality. It will ruin you. Hence, do not give room for hatred. Cultivate love. Help the poor and needy to the extent possible. 


- Divine Discourse, Apr 13, 2002.

Just as you can see the moon only with the light of the moon, God, who is the Embodiment of Love, can be reached only through Love.


Ketika anda melakukan tugas apapun dengan kesucian hati, anda pastinya mendapatkan keberhasilan. Aku adalah bukti nyata dari idealisme ini. Tidak ada jejak mementingkan diri sendiri dalam apapun yang Aku lakukan. Apapun yang Aku lakukan adalah untuk keuntungan umat manusia. Banyak yang tidak mencoba untuk memahami hal ini dan berpikir bahwa ini dilakukan dengan beberapa pengharapan. Namun Aku tidak mengharapkan apapun dari siapapun juga dan Aku tidak mendapatkan keuntungan apapun darinya. Aku hanya mendapatkan satu keuntungan yaitu Aku merasa senang ketika setiap orang bahagia. Ketika anda menyatakan sebagai bhakta Sai, anda seharusnya berusaha dengan keras untuk mengikuti jalan Sai dan membuat setiap orang bahagia. Ketika anda mengikuti langkah kaki-Ku, anda pastinya akan mencapai hasil yang suci dan mendapatkan reputasi yang baik. Menjadi bhakta Sai, anda seharusnya melepaskan sifat menetingkan diri sendiri dan mengabdikan hidupmu untuk kesejahtraan masyarakat. Isilah hidupmu dengan kasih. Berhentilah mengkritik yang lain. Persembahkan rasa hormatmu bahkan pada mereka yang membencimu. Kebencian adalah sifat yang hina. Sifat ini akan merusak dirimu. Karena itu, jangan memberikan ruang bagi kebencian. Kembangkan kasih. Bantulah mereka yang miskin dan membutuhkan sebisa mungkin. 


- Wejangan Bhagawan, 13 April 2002.

Seperti halnya anda bisa melihat bulan hanya dengan cahaya bulan, Tuhan yang merupakan perwujudan kasih, dapat dicapai hanya melalui kasih.


Thought for the Day - 29th July 2024 (Monday)

Today, the senses are allowed free play; man is a slave to greed, lust and egoism. The fault lies entirely with the parents and the elders. When their children go to temples or religious discourses, they reprimand them and warn them that it is a sign of insanity. They tell them that religion is an old-age pursuit; it should not be taken seriously by youngsters! But, if only they encourage them, the children can equip themselves better for the battle of life. Parents ought to advise the children: "Be convinced that there is a God, guiding and guarding us. Remember Him with gratitude. Pray to Him to render you pure. Love all; serve all. Join good company. Visit temples and holy men." You read in the newspapers about campaigns, conquests, victories, triumphs, etc., but they are all material conquests and other triumphs. Campaign against the temptations of the senses; conquer inner foes; triumph over your ego. That is the victory for which you deserve congratulations, not the others.


Divine Discourse, Jan 01, 1967.

Remember that children have tender hearts and innocent minds. Only if you fill their hearts with love will the world have genuine peace


Hari ini, Indera dibiarkan bermain secara bebas; manusia adalah budak dari ketamakan, nafsu dan egoisme. Kesalahan seluruhnya terdapat pada orang tua dan orang yang lebih tua. Ketika anak-anak pergi ke tempat suci atau mendengarkan ceramah agama, para orang tua menegur dan memperingatkan anak-anak bahwa itu adalah tanda dari kegilaan. Para orang tua mengatakan pada anak-anak bahwa agama adalah urusan orang tua; dan tidak perlu diberikan perhatian serius oleh anak-anak muda! Namun, hanya jika orang tua memberikan dorongan pada anak-anak, maka mereka dapat mempersiapkan diri mereka lebih baik dalam perjuangan hidup. Para orang tua seharusnya menasehati anak-anak: "yakinlah bahwa ada Tuhan yang sedang menuntun dan menjaga kita. Ingatlah Tuhan dengan rasa syukur. Berdoa kepada Tuhan agar engkau diberkati kesucian. Kasihi semua; layani semuanya. Bergabunglah pada pergaulan yang baik. Kunjungi tempat suci dan orang-orang suci." Engkau membaca di surat kabar tentang kampanye, penaklukkan, kemenangan, dsb., namun semuanya itu adalah penaklukkan material dan kemenangan lainnya. Kampanye menentang godaan indera; menaklukkan musuh di dalam diri; menang atas egomu. Itu adalah kemenangan yang harusnya layak mendapatkan ucapan selamat, dan bukan yang lainnya.


Divine Discourse, Jan 01, 1967.

Ingatlah bahwa anak-anak memiliki hati yang lembut dan pikiran yang polos. Hanya jika engkau mengisi hati mereka dengan kasih maka dunia akan memiliki kedamaian yang nyata


Thought for the Day - 28th July 2024 (Sunday)

When you win the Love of God, His compassion will flow unto you. Love gives and forgives. Ego gets and forgets. When your son steals some money from the house, you do not hand him over to the police; but, when your servant steals a spoon, you have no such qualms. For, you have no love for the servant. Live without hating others, condemning others, and seeking faults in others. Vyasa, who wrote eighteen voluminous Puranas summarised all the Puranas in one single line of a small couplet: "Doing good to others is the only meritorious act; doing evil is the most heinous sin." When you feel you cannot do good, at least desist from doing evil. That itself is a meritorious service! Do not try to discover differences; discover unity. Understand that the purpose of life is to know the Embodiment of Love, namely, God, through love, and demonstrate through your own Love that you have known Him. 


- Divine Discourse, Apr 04, 1975.

If you do not have faith in the light of love, your life will be filled with darkness.


Ketika anda memenangkan kasih Tuhan, welas asih Tuhan akan mengalir pada diri anda. Kasih bersifat memberi dan memaafkan. Ego bersifat memperoleh dan melupakan. Ketika putra anda mencuri uang di rumah, anda tidak membawa putra anda ke kantor polisi; namun, ketika pembantu anda mencuri sebuah sendok, maka anda tidak ragu-ragu. Karena, anda tidak memiliki kasih pada pembantu. Hiduplah tanpa membenci yang lainnya, mengutuk yang lain, dan mencari kesalahan yang lainnya. Rsi Vyasa, yang menulis delapan belas volume Purana menyimpulkan semua Purana dalam satu baris syair kecil: "berbuat baik kepada orang lain adalah satu-satunya perbuatan yang terpuji; berbuat jahat adalah dosa yang paling keji." Ketika anda merasa bahwa anda tidak bisa melakukan kebaikan, setidaknya hindari dari melakukan kejahatan. Itu sendiri adalah pelayanan yang terpuji! Jangan mencoba untuk menemukan perbedaaan; temukan persatuan. Pahami bahwa tujuan hidup adalah untuk mengetahui perwujudan kasih, yang disebut dengan Tuhan, melalui kasih dan menunjukkan melalui kasih anda sendiri bahwa anda telah mengenal-Nya. 


- Wejangan Bhagawan, Apr 04, 1975.

Jika anda tidak memiliki keyakinan pada cahaya kasih, hidup anda akan dipenuhi dengan kegelapan.


Thought for the Day - 27th July 2024 (Saturday)

Peace is the best treasure without which power, authority, fame, fortune are all dry and burdensome. Tyagaraja has sung that there can be no happiness, without inner peace. To earn this peace and to be unshakably established in it, man must develop Abhyasa (steady practice) and Vairagyam (detachment). Vairagyam does not imply renunciation of family ties and fleeing into the loneliness of the jungle. It means our giving up of the feeling that things are permanent and capable of yielding supreme joy. The mind plays tricks with man and believes that some things are good and some bad, some eternal and some transitory. You might have a plateful of nice eatables before you and they might appear to be delicious and fine; but, if the cook announces that a lizard had fallen into the cooker when it was on fire and has been boiled alive, all the fascination for the food disappears in a trice! There is no object without fault or failing; there is no joy that is unmixed with pain; there is no act that is not tainted with egotism. So be warned and develop the detachment which will save you from grief. 


- Divine Discourse, Apr 20, 1975.

Discrimination and detachment are the first and the second steps that man has to take in order to reach the eternal Atmic truth.


Kedamaian adalah harta terbaik yang tanpanya maka kekuasaan, kewenangan, ketenaran, keberuntungan semuanya ini menjadi kering dan menjadi beban. Tyagaraja telah melantunkan bahwa tidak akan ada kebahagiaan, tanpa adanya kedamaian batin. Untuk mendapatkan kedamaian ini dan mengakar kokoh di dalamnya, manusia harus mengembangkan Abhyasa (latihan yang tekun) dan Vairagyam (tanpa keterikatan). Vairagyam tidak berarti melepaskan ikatan keluarga dan melarikan diri dalam kesepian di dalam hutan. Vairagya mengandung makna bahwa kita harus melepaskan perasaan bahwa benda-benda duniawi bersifat permanen dan mampu memberikan suka cita tertinggi. Pikiran memainkan tipuan pada manusia dan percaya bahwa beberapa benda adalah baik dan beberapa lainnya adalah buruk, beberapa benda bersifat kekal dan beberapa lainnya bersifat sementara. Contohnya engkau memiliki sepiring makanan lezat dihadapanmu dan kelihatan begitu lezat; namun, jika tukang masak mengatakan bahwa cicak telah jatuh ke dalam panci pada saat memasak dan cicak itu direbus hidup-hidup, maka semua daya tarik dari makanan itu akan menjadi lenyap dalam sekejap! Tidak ada objek yang tanpa cacat atau kekurangan; tidak ada suka cita yang tidak tercampur dengan penderitaan; tidak ada perbuatan yang tidak ternoda dengan egoisme. Jadi waspadalah dan kembangkan tanpa keterikatan yang mana akan menyelamatkanmu dari kesedihan. 


- Divine Discourse, Apr 20, 1975.

Kemampuan membedakan dan tanpa keterikatan adalah langkah awal dan kedua yang manusia harus ambil untuk mencapai kebenaran Atma yang kekal.


Thought for the Day - 25th July 2024 (Thursday)

If you want to light a lamp, you need four things. First a container, second - oil, third - a wick and fourth - a matchbox. If any one of these is lacking, you cannot light the lamp. This lamp can, however, remove only the outside darkness. How is the darkness in the heart to be removed? It can be removed only by Jnana Jyoti (the Light of Wisdom) and by nothing else. How is this Light of Wisdom, this spiritual light, to be lit? This also needs four elements. Vairagya (detachment) is the container. Bhakti (devotion) is the oil. Ekagrata (one-pointed concentration) is the wick. Jnana (Knowledge of the Supreme Truth) is the match stick. Without all the four, the Light of Spiritual Wisdom cannot be got. Of the four, the primary requisite is the spirit of vairagya (renunciation). Without this detachment, all knowledge of scriptures is of no avail. What is this detachment? It is the absence of attachment to the body. The ego-feeling, which makes one think of the "I" all the time, should be given up. 


- Divine Discourse, Nov 09, 1988.

Give up ego, conquer anger, limit desires, and get rid of greed. These four checks are very important, especially for spiritual aspirants.


Jika anda ingin menyalakan sebuah lampu minyak, maka anda memerlukan empat hal. Pertama adalah sebuah tempat lampu, kedua adalah minyak, ketiga adalah sumbu dan keempat adalah korek api. Jika salah satu dari keempat bagian ini tidak ada, maka anda tidak bisa menyalakan lampu minyak. Bagaimanapun juga, lampu minyak ini hanya bisa menghilangkan kegelapan di luar diri. Bagaimana menghilangkan kegelapan di dalam hati? Kegelapan hati dapat dihilangkan hanya dengan cahaya kebijaksanaan (Jnana Jyoti) dan bukan yang lainnya. Lantas, bagaimana caranya mendapatkan cahaya kebijaksanaan ini, cahaya spiritual dapat dinyalakan? Hal ini juga membutuhkan empat bagian. Bagian pertama adalah wadah lampu yaitu tanpa keterikatan (vairagya). Bagian kedua adalah minyaknya yaitu bhakti. Bagian ketiga adalah sumbunya yaitu konsentrasi pada satu titik (ekagrata). Bagian keempat adalah korek api yaitu pengetahuan pada kebenaran tertinggi (jnana). Tanpa adanya keempat bagian itu, cahaya kebijaksanaan tidak bisa diperoleh. Dari keempat bagian itu, syarat utama adalah semangat tanpa keterikatan (vairagya). Jika tidak ada kualitas tanpa keterikatan, maka semua pengetahuan naskah suci menjadi sia-sia saja. Apa itu tanpa keterikatan? Hal ini berkaitan tidak adanya keterikatan pada tubuh fisik. Perasaan ego yang membuat seseorang sepanjang waktunya memikirkan "aku", harus dilepaskan. 


- Divine Discourse, Nov 09, 1988.

Lepaskan ego, taklukkan amarah, batasi keinginan, dan buanglah ketamakan. Pemeriksaan keempat hal ini adalah sangat penting, khususnya bagi peminat spiritual.

Thought for the Day - 19th July 2024 (Friday)

Veda Vyasa is called so because of his service to students of the Veda. Vedas defied understanding since they were countless and fathomless: Ananto vai Vedah. He also composed the eighteen Puranas on various names and forms of the same God. Puranas are textbooks and illustrative descriptions of moral codes, historical episodes, philosophical principles and social ideals. Vyasa sought to bring home, through the Puranas, the need for mastering egoistic impulses, as the verse says, Ashta dasha puraneshu Vyasasya vachana dwayam; Paropakarah punyaya Papaya para peedanam”. Two statements summarise all eighteen Puranas composed by Vyasa - Doing good to others is meritorious; doing harm to others is sinful, says the hymn. Doing good is the drug; avoiding harm is the regimen that must accompany the treatment. That is the cure for the disease of suffering from joy and grief, honour and dishonour, prosperity and adversity, and the dual throng, that bothers man and deprives him of equanimity. 


- Divine Discourse, Jul 24, 1964.

You can make your life sacred by following the golden rule: Help Ever; Hurt Never.


Veda Vyasa dihormati demikian karena pelayanannya pada murid-murid yang mempelajari Weda. Weda sulit dipahami karena Weda adalah tidak terhitung dan kedalamannya tidak terukur: Ananto vai Vedah. Rsi Veda Vyasa juga Menyusun delapan belas Purana tentang berbagai nama dan wujud dari Tuhan yang sama. Purana adalah buku dan deskripsi yang membantu menjelaskan tentang etika moral, episode sejarah, prinsip filosofis dan idealisme sosial. Vyasa berusaha membuat umat manusia mengerti melalui purana tentang perlunya menguasai dorongan yang bersifat egois, seperti yang disampaikan dalam sloka, “Ashta dasha puraneshu Vyasasya vachana dwayam; Paropakarah punyaya Papaya para peedanam”. Dua pernyataan yang merangkum semua delapan belas Purana yang disusun oleh Vyasa – melakukan kebaikan pada orang lain adalah mulia; menyakiti orang lain adalah dosa. Berbuat baik adalah obatnya; menghindari diri dalam menyakiti adalah aturan hidup yang menyertai pengobatan. Itu adalah obat penyembuh bagi penyakit penderitaan dari suka dan duka cita, dihormati dan dihina, kesejahtraan dan kesulitan, dan dualitas yang mengganggu manusia dan merampas ketenangannya. 


- Divine Discourse, Jul 24, 1964.

Anda dapat membuat hidupmu suci dengan mengikuti aturan emas ini : Selalu menolong; tidak pernah menyakiti.

Thought for the Day - 2nd July 2024 (Tuesday)

The one who leads a godly life experiences divine bliss. He is ever blissful. He enjoys real happiness. Hence every man should realise the truth that he is a spark of the Divine. This means that everyone should seek to experience God as the indweller in the heart. Once Arjuna was troubled in mind over the state of things around him and asked Krishna why this should happen to him when he had such faith in Krishna. Krishna then explained to him that it was not enough to remember God occasionally when one felt the need to remember him. This kind of remembrance is a matter of convenience and expediency. What is required is Anusmarana, constant remembrance. Only that will relieve the devotee of his troubles and worries. Anusmarana calls for remembrance at all times, in all situations. Krishna told Arjuna that he is thinking of God only on some occasions and for some specific purposes. This is not the proper way. "If you remember Me at all times, I am always with you," said Krishna. 


- Divine Discourse, Aug 25, 1997.

Whatever the tangle in which people are caught, if they get immersed in the Lord’s name, it will make them free.


Seseorang yang menjalani sebuah hidup yang suci mengalami kebahagiaan Tuhan. Dia selalu bahagia. Dia menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya. Karena itu setiap manusia harus menyadari kebenaran bahwa dirinya adalah percikan Tuhan. Hal ini berarti bahwa setiap orang harus berusaha untuk mengalami Tuhan sebagai penghuni di dalam hati. Saat Arjuna begitu gelisah terhadap keadaan yang terjadi di sekitarnya dan menanyakan pada Sri Krishna mengapa hal ini dapat terjadi padanya padahal dia memiliki keyakinan yang besar pada Krishna. Sri Krishna kemudian menjelaskan kepada Arjuna bahwa adalah tidak cukup mengingat Tuhan sesekali saja ketika seseorang merasa perlu untuk mengingat-Nya. Bentuk cara mengingat ini hanya berkaitan dengan kenyamanan dan keuntungan. Apa yang diperlukan adalah Anusmarana, mengingat Tuhan secara tanpa henti. Hanya dengan itu bhakta akan terbebas dari masalah dan kecemasannya. Anusmarana menyerukan mengingat Tuhan sepanjang waktu, dalam semua keadaan. Krishna berkata kepada Arjuna bahwa dia memikirkan Tuhan hanya pada saat tertentu dan untuk tujuan tertentu saja. Ini adalah bukan jalan yang tepat. "jika engkau mengingat Aku sepanjang waktu, Aku selalu bersamamu," kata Krishna. 


- Divine Discourse, Aug 25, 1997.

Apapun kekacauan yang menjerat seseorang, jika mereka tenggelam dalam nama Tuhan, ini akan membebaskan mereka.

Thought for the Day - 25th Juni 2024 (Tuesday)

Sai's wealth is pure, selfless and boundless Love. This is the truth. It is not the edifices you see that are Sai's wealth. It is pure, selfless Love alone. You must inherit this Love, fill yourselves with it and offer it to the world. This is your supreme responsibility as Sai devotees. What is it that you can offer to the Lord who is omnipotent, omnipresent and all-knowing? The various things you offer to God are given out of delusion. Can the Lord who permeates the Universe be confined in a temple? To One who has the effulgence of a billion suns, what lamp can you light? His truth is beyond the comprehension of Brahma and Hara. How can others comprehend Him? What name can be given to One who is all things? What food can you offer to One who holds the cosmos in His stomach? You become devoted for your own sake. Whatever the name or form in which you worship the Lord, He will respond. He is the provider of everything, who fulfils every wish. Whether the devotee is one in distress or craving for some object, or a seeker or a Jnani, God responds according to the measure of his devotion. 


- Divine Discourse, Nov 23, 1986.

If we are to earn the love of the Lord, we have to love everyone. The best way to love God is to love all.


Kekayaan dari Sai adalah kasih yang suci, tidak mementingkan diri sendiri dan tanpa batas. Ini adalah kebenaran. Bukanlah bangunan yang engkau lihat merupakan kekayaan dari Sai. Kekayaan Sai hanyalah kasih yang murni dan tidak mementingkan diri sendiri. Engkau harus mewarisi kasih ini, isilah dirimu dengan kasih ini dan persembahkan kasih ini kepada dunia. Ini merupakan tanggung jawabmu yang tertinggi sebagai bhakta Sai. Apa yang dapat engkau persembahkan kepada Tuhan yang bersifat Maha kuasa, ada dimana-mana dan mengetahui segalanya? Berbagai jenis hal yang engkau persembahkan kepada Tuhan adalah hasil dari khayalan. Dapatkah Tuhan yang meliputi alam semesta dibatasi dalam sebuah tempat suci? Tuhan yang memiliki Cahaya milyaran matahari, lampu apa yang dapat engkau nyalakan? Kebenaran Tuhan melampaui pemahaman dari Brahma dan Hara. Bagaimana bisa yang lainnya memahami Tuhan? Apa nama yang dapat diberikan kepada Tuhan yang merupakan segalanya? Apa makanan yang dapat engkau persembahkan pada Tuhan yang memegang alam semesta di dalam perut-Nya? Engkau menjadi berbhakti kepada Tuhan untuk kepentinganmu. Apapun nama atau wujud Tuhan yang engkau puja, Tuhan akan menjawabnya. Tuhan adalah penyedia segalanya, yang memenuhi setiap harapan. Apakah bhakta itu sedang dalam tekanan atau mengharapkan beberapa objek, atau seorang pencari spiritual atau seorang Jnani, Tuhan menjawab sesuai dengan takaran dari bhaktinya. 


- Divine Discourse, Nov 23, 1986.

Jika kita ingin mendapatkan kasih Tuhan, kita harus mengasihi setiap orang, cara terbaik mengasihi Tuhan adalah dengan mengasihi semuanya.


Thought for the Day - 23rd Juni 2024 (Sunday)

Love is transformed into poison if hate contaminates it. Love some, but do not hate the rest, for that hate will foul the love and make it mortal. Love comes automatically to the realised soul; but, the spiritual aspirant has to cultivate it by means of service and inquiry into the unity of the Athman. Love must flow not from the tongue, or from the head only, but chiefly from the heart. You get the marks that your answers at the examination deserve, not more, not less. Sometimes, if you secure only 5 or 6 out of a total of 100, even the 5 or 6 may be cancelled and you will be assigned just a zero. For, there is not much to choose between zero and the 5 or 6 you were able to collect. But, if you get a number very near the minimum needed for a pass, the 2 or 3 that you fall short of will be added on as grace marks and you are very likely to be promoted. This is true of sadhana also. Poor progress in it is as bad as failure, whereas good progress will be appreciated and grace will pull you through. 


- Divine Discourse, Jul 29, 1969.

If you honour your father, the Father of all beings will guard you


Kasih berubah menjadi racun jika kebencian mencemarinya. Dengan mengasihi beberapa orang, namun jangan membenci yang lainnya, karena kebencian itu akan mencemari kasih dan menjadikan kasih itu fana. Kasih muncul secara alami pada jiwa-jiwa yang tercerahkan; namun, peminat spiritual harus memupuk kasih dengan sarana pelayanan dan mencari penyatuan dengan Athman. Kasih harus mengalir bukan dari lidah, atau dari kepala saja, namun utamanya mengalir dari hati. Engkau mendapatkan nilai yang layak dari jawaban yang engkau berikan saat ujian, tidak lebih dan tidak kurang. Kadang-kadang, jika engkau hanya mendapatkan nilai 5 atau 6 dari total jumlah seluruhnya 100, bahkan nilai 5 atau 6 tersebut bisa dibatalkan dan engkau hanya mendapatkan nilai nol. Karena, tidak ada banyak pilihan antara nol dan 5 atau 6 yang mampu engkau kumpulkan. Namun, jika engkau mendapatkan jumlah nilai yang sangat mendekati standar minimum untuk lulus, nilai 2 atau 3 yang kurang engkau miliki dapat ditambahkan sebagai nilai bantu dan engkau akan mendapatkan kelulusan. Hal ini juga berlaku dalam sadhana. Kemajuan yang buruk di dalamnya adalah sama dengan kegagalan, dimana kemajuan bagus akan dihargai dan karunia akan membantumu melewatinya. 


- Divine Discourse, Jul 29, 1969.

Jika engkau menghormati ayahmu, ayah dari semua makhluk hidup akan menjagamu


Thought for the Day - 22nd Juni 2024 (Saturday)

There are only two entities at first: "I" and "You", Tat and Twam, Aham and Brahma. But a third, this Prakriti (world), has come between, or rather deludes us as being in between. You know some people who go about carrying proposals of marriage, the middlemen. They go to the bride's parents and suggest a certain groom and they praise him to the skies and create a desire for securing him in marriage for the daughter; then they move on to the bridegroom's village and persuade that party to insist on a large sum as marriage-settlement before agreeing to accept the daughter of the first party; when at last the marriage is concluded, they disappear. Prakriti is like this middleman. When "I" and "You" have united, Prakriti disappears. Its role is to reveal the "you" to the "I", that is all. As a matter or fact, the "I" is of the same nature as "You," like the river and the sea, or like the wave and the sea. 


- Divine Discourse, Mar 24, 1965.

A bubble is born on water, from water and merges in water! Man is born in God and merges in God!


Hanya ada dua entitas pada awalnya yaitu: "Aku" dan "Dirimu", Tat dan Twam, Aham dan Brahma. Namun bagian ketiga yaitu Prakriti (dunia), telah berada diantara keduanya, atau lebih tepatnya menipu kita sebagai berada diantara keduanya. Engkau mengetahui beberapa orang yang membawa lamaran pernikahan sebagai perantara. Mereka mendatangi orang tua mempelai wanita dan menyarankan pengantin laki-laki tertentu dan orang tua pengantin perempuan memujinya setinggi langit serta menciptakan keinginan untuk memastikan pengantin laki-laki itu menikah dengan putrinya; kemudian perantara ini mendatangi desa pengantin laki-laki dan meminta sejumlah uang yang besar sebagai pelunasan pernikahan sebelum setuju untuk menerima putri dari pihak pertama; ketika pada akhirnya pernikahan selesai dilaksanakan, perantara itu menghilang. Prakriti adalah seperti perantara ini. Ketika "Aku" dan "Dirimu" telah menyatu maka Prakriti menghilang. Peran dari prakriti adalah untuk mengungkan "dirimu" pada "Aku", itu saja. Kenyataannya bahwa "Aku" adalah memiliki kualitas yang sama dengan "Dirimu," seperti sungai dan lautan, atau seperti gelombang dan lautan. 

- Divine Discourse, Mar 24, 1965.

Sebuah gelembung berasal dari air, dan dari air kemudian menyatu dalam air! Manusia berasal dari Tuhan dan menyatu dalam Tuhan!


Thought for the Day - 25th May 2024 (Saturday)

Education has to tend to the body, mind and spirit, in addition to intelligence. It cannot be confined to the four walls of a building. The Universe is a University for those who care to watch and learn. Awareness is life; so, the farmer, the carpenter, the smith, the sculptor, the merchant - all have the need to be aware of their duties and responsibilities, their skills and standards, which education must foster and fix. Education is no bookworm affair; the process must include study and appreciation of all trades, professions and guilds. It must encourage acceptance of the good and rejection of the bad. Spiritual education is not a distinct and separate discipline; it is part and parcel of all types and levels of education. In fact, it is the very foundation on which a lasting edifice can be built. Secular and spiritual education are like two halves in the seeds of pulses; the germ that sprouts is in between; it is fed by both. 


- Divine Discourse, Jul 25, 1975.

Education is not intended merely to stuff the brain with information. It has to transform the heart and make it pure.


Pendidikan harus merawat tubuh, pikiran dan jiwa, disamping kecerdasan. Pendidikan tidak bisa dibatasi dengan empat dinding bangunan. Alam semesta adalah universitas bagi mereka yang tertarik untuk mengamati dan belajar. Kesadaran adalah kehidupan; jadi, petani, tukang kayu, tukang besi, pemahat, pedagang – semua memiliki kebutuhan untuk menyadari kewajiban dan tanggung jawab mereka, keahlian dan standar mereka, yang mana harus dikembangkan dan ditetapkan oleh pendidikan. Pendidikan bukanlah berkaitan dengan kutu buku; proses pendidikan harus mencakup belajar dan penghargaan terhadap semua pekerjaan, profesi dan perkumpulan. Pendidikan harus mendorong penerimaan pada baik dan penolakan pada yang buruk. Pendidikan spiritual bukanlah sebuah disiplin yang berbeda dan terpisah; ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semua jenis dan level Pendidikan. Sejatinya, Pendidikan adalah pondasi yang sangat penting yang mana sebuah bangunan yang tahan lama dapat dibangun. Pendidikan spiritual dan duniawi adalah seperti dua bagian dalam biji kacang polong; tunas yang tumbuh berada diantara keduanya dan dirawat oleh keduanya. 


- Divine Discourse, Jul 25, 1975.

Pendidikan tidak dimaksudkan hanya mengisi otak dengan informasi. Pendidikan harus mengubah hati dan membuatnya murni.

Thought for the Day - 24th May 2024 (Friday)

You must cultivate love towards everyone, however distinct the character and capacity of each may be. Though the same blood flows through the entire body, the eye cannot smell, the ear cannot taste, and the nose cannot see. Do not over-emphasise the distinctions and quarrel. Emphasise the basic brotherhood and practise love. As sugar that has dissolved in the cup of water is invisible, but patent to the tongue in every drop, so too the Divine is invisible but immanent; capable of being experienced, in every individual, whether he is at the bottom or at the top. Do Namasmarana (repeated remembrance of the Lord); taste the sweetness that is in the heart of everyone, and dwell on His glory and compassion which those names summarise. Then, it will be easier for you to visualise Him in all, love Him in all, and adore Him in all. 


- Divine Discourse, Jul 31, 1967.

Serve man until you see God in all men; then, what you do will be elevated as Worship.


Engkau harus memupuk kasih kepada setiap orang, bagaimanapun perbedaan karakter dan kapasitas yang ada pada masing-masing orang. Walaupun darah yang sama mengalir di seluruh tubuh, mata tidak dapat menciumnya, telinga tidak dapat merasakannya, dan hidung tidak dapat melihatnya. Jangan terlalu menonjolkan perbedaan dan pertengkaran. Kuatkan pada dasar dari persaudaraan dan praktekkan kasih. Seperti halnya gula yang larut dalam secangkir air tidak terlihat, namun terasa jelas pada lidah dalam setiap tetesnya, begitu juga Tuhan adalah tidak terlihat namun tetap ada; mampu dialami, pada diri setiap individu, apakah dia ada di bawah atau di atas. Lakukan Namasmarana (mengingat Tuhan berulang kali); rasakan manisnya Tuhan dalam hati setiap orang, dan berdiamlah dalam kemuliaan dan welas asih-Nya yang mana terangkum dalam nama-nama itu. Kemudian, akan lebih memudahkan bagimu untuk memvisualisasikan-Nya dalam semuanya, kasihi Tuhan dalam semuanya, dan puja Tuhan dalam semuanya. 


- Divine Discourse, Jul 31, 1967.

Layani manusia sampai engkau melihat Tuhan dalam diri semua manusia; kemudian apa saja yang engkau lakukan akan dimurnikan sebagai ibadah.


Thought for the Day - 21st May 2024 (Tuesday)

Man alone has the chance to liberate himself from the wheel of birth and death through the most pleasant means of serving God. As a result of ignorance or what’s worse, perversity, he lets the opportunity slip from his hands, and suffers grief, pain, fear and anxiety. By escaping from the clutches of fascination exercised by material objects and physical pleasures, man can succeed in his efforts to liberate himself. He travelled long enough on the wrong road; it’s time now to turn back and move steadily towards the goal. The love that he cultivated for men and things must be sublimated into pure, divine worship. Then it gets transmuted as Love for God. Convince yourself that the Lord is in you, as charioteer, holding reins of the five horses (senses), giving you constant counsel, as He did when Arjuna prayed to Him, to lead and guide. Then, it becomes easy for you to convince yourself that the self-same charioteer is leading and guiding all other men and beings too. When established in this faith firmly, you become free of hate and malice, greed and envy, anger and attachment. Pray to the Lord to strengthen this conviction and this faith. 


- Divine Discourse, Jul 31, 1967.

Find the Lord in your heart, see Him in everyone, and hold on to Him forever!


Hanya manusia yang memiliki kesempatan untuk membebaskan dirinya sendiri dari siklus perputaran roda kelahiran dan kematian melalui sarana yang paling menyenangkan yaitu melayani Tuhan. Sebagai akibat dari kedunguan atau yang paling buruk adalah karena keburukan, manusia membiarkan kesempatan itu lepas dari tangannya, dan menderita kesedihan, kepedihan, ketakutan dan kecemasan. Dengan melepaskan diri dari jerat daya tarik yang dihasilkan oleh objek-objek material dan kesenangan fisik, manusia bisa berhasil dalam usahanya untuk membebaskan dirinya. Manusia telah cukup lama menempuh jalan yang salah; sekarang waktunya untuk memutar balik dan bergerak dengan mantap menuju tujuan. Kasih yang manusia kembangkan pada sesama manusia dan benda harus diarahkan pada pemujaan yang murni dan ilahi. Kemudian kasih itu berubah sebagai kasih kepada Tuhan. Yakinkan dirimu sendiri bahwa Tuhan bersemayam di dalam dirimu, sebagai kusir yang memegang kendali dari lima kuda (indera), memberikamu nasehat secara terus menerus, seperti yang Sri Krishna lakukan ketika Arjuna memohon kepada-Nya, untuk menuntun dan membimbing. Kemudian, menjadi mudah bagimu untuk meyakinkan dirimu sendiri bahwa kusir yang sama sedang menuntun dan membimbing semua manusia dan makhluk lainnya juga. Ketika keyakinan ini tertanam kokoh, engkau menjadi bebas dari kebencian dan kesombongan, ketamakan dan iri hati, kemarahan dan keterikatan. Berdoalah kepada Tuhan untuk menguatkan keyakinan ini. 


- Divine Discourse, Jul 31, 1967.

Temukan Tuhan di dalam hatimu, lihatlah Tuhan dalam diri setiap orang, dan berpegang pada Tuhan selamanya!

Thought for the Day - 20th May 2024 (Monday)

If you throw a pebble into a well, ripples are created and they travel to the edge of the well. In the same way, if you throw a pebble called good thought into the well called the heart, the ripples generated travel throughout the body. When the ripple reaches the eye, it stimulates pure vision. When the ripple reaches the ears, it tunes the latter to sacred sounds. When the ripple reaches the hands, it swings them into good action. In this manner, when the ripples spread across the entire body, there is a symphony of sacred activity all around. Thus, good and noble thoughts are fundamental to sacred activity. Such are the great teachings of Buddha. What is your response to them? No doubt you all read books containing Buddha’s teachings. But the moment the book is put down, all teachings are forgotten. Remember, only when sandalwood is continuously ground that fragrance can be experienced. It is only when sugarcane is chewed well that sweetness can be experienced in full measure. In the same way, only continued and sustained practice of sacred teachings leads to bliss! 


- Divine Discourse, May 21, 2000.

If evil thoughts dominate, the body indulges in bad actions; if good thoughts prevail, the body performs good actions.


Jika engkau melemparkan sebuah batu kerikil ke dalam sumur, maka akan tercipta riak dan riak tersebut akan merambat sampai di tepi sumur. Sama halnya, jika engkau melempar sebuah kerikil yaitu pikiran baik ke dalam sumur yaitu hati, maka riaknya akan merambat ke seluruh tubuh. Ketika riak itu sampai di mata, maka ini menstimulasi pandangan yang suci. Ketika riak itu sampai pada telinga, maka ini menghasilkan suara yang suci. Ketika riak itu mencapai kedua tangan, maka ini menggerakkan kedua tangan dalam perbuatan yang baik. Sama halnya, ketika riak-riak itu merambat ke seluruh tubuh, akan ada simfoni perbuatan yang suci pada semuanya. Jadi, pikiran yang baik dan mulia adalah bersifat fundamental bagi perbuatan yang suci. Itu adalah ajaran suci dari Sang Buddha. Apa tanggapanmu terhadap ajaran suci itu? Tidak diragukan lagi bahwa semua darimu membaca buku berisi ajaran sang Buddha. Namun saat buku itu ditaruh, semua ajaran sucinya dilupakan. Ingatlah, hanya ketika kayu cendana terus digiling maka wanginya dapat dirasakan. Hanya ketika tebu dikunyah dengan baik maka rasa manisnya dapat dirasakan sepenuhnya. Dengan cara yang sama, hanya praktek yang berkesinambungan dan berkelanjutan dari ajaran-ajaran suci menuntun pada kebahagiaan! 


- Divine Discourse, May 21, 2000.

Jika pikiran jahat mendominasi, tubuh tergerak melakukan perbuatan buruk; jika pikiran baik menguasai, maka tubuh melakukan perbuatan baik.


Thought for the Day - 19th May 2024 (Sunday)

Immediately after birth, as an infant, one clings to the mother's bosom and considers it as paradise. As he grows, he gets interested in education and forgets the mother. In his boyhood, one experiences this love in sports and games, in studies and recreation. After completing his education, he enters family life and immerses himself in sensual pleasures. Later, he gets interested in earning wealth and loses interest in wife and children. Later on, he loses interest even in wealth and turns his thoughts towards God. Thus, man exhibits his love for different objects at different stages in his life. Love is not something which enters your life midway. It is the Atmic Principle which is always with you at all times. You should not allow this love to change from moment to moment. You must transmute all your thoughts into expressions of love. To regard whatever actions you perform as an offering to God is the best form of sadhana. Whatever good deeds or spiritual acts you may perform, if they are not suffused with love they are worthless. 


- Divine Discourse, May 30, 1992.

It is not love that is contained in the universe; it is the universe that is contained in love.


Segera setelah lahir, bayi tersebut menempel pada dada ibunya dan menganggapnya itu sebagai surga. Ketika bayi itu tumbuh besar, dia tertarik pada pendidikan dan melupakan ibunya. Pada masa kanak-kanaknya, dia merasakan kasih ini dalam olahraga dan permainan, dalam belajar dan rekreasi. Setelah menyelesaikan pendidikannya, dia memasuki kehidupan berumah tangga dan membenamkan dirinya dalam kesenangan sensual. Kemudian, dia tertarik dalam mengumpulkan kekayaan dan kehilangan minat pada istri dan anak-anak. Kemudian, dia bahkan kehilangan minat pada kekayaan dan mengalihkan pikirannya pada Tuhan. Jadi, manusia menunjukkan kasihnya ini untuk objek-objek yang berbeda pada tahapan hidup yang berbeda. Kasih bukanlah sesuatu yang memasuki hidupmu di tengah jalan. Ini adalah prinsip atma yang selalu bersamamu sepanjang waktu. Engkau seharusnya tidak membiarkan kasih ini berubah dari satu momen ke momen berikutnya. Engkau harus mengubah semua pikiranmu menjadi ungkapan kasih. Dengan melihat apapun perbuatanmu yang engkau lakukan sebagai persembahan kepada Tuhan adalah bentuk terbaik dari sadhana. Apapun perbuatan baik atau tindakan spiritual yang engkau mungkin lakukan, jika semuanya itu tidak diliputi dengan kasih maka semuanya itu adalah tidak berguna. 


- Divine Discourse, May 30, 1992.

Bukanlah kasih yang terkandung dalam semesta; adalah semesta yang terkandung dalam kasih.