Wednesday, May 12, 2021

Thought for the Day - 12th May 2021 (Wednesday)

All founders of religions heard the impersonal voice of God revealing Atma that activates the entire Creation. Just as Vedas were 'heard' and propagated as 'heard' (Sruti), Quran too was 'heard' by Hazrath Muhammad. The Quran has Salat and Zakat as two eyes. Salat means prayer; Zakat means charity. Those who consider charity as a high duty and elevate their consciousness through prayers and continuous meditation on God are Muslims. Islam is a word which denotes not a particular religion but a state of mind, a state of total surrender to the Will of God. Islam means dedication, surrender, peace, tranquillity. Islam denotes a community whose members achieved supreme peace through surrender to the All-Merciful, All-Powerful God and who vowed to live in peace with their fellowmen. Later, it came to be applied to communities that considered themselves separate and different from the rest. Islam taught something higher. It directed attention to One in the many, Unity in Diversity and led people to God. 



Semua penemu agama-agama mendengarkan suara impersonal Tuhan mengungkapkan Atma yang menggerakkan seluruh ciptaan. Seperti halnya Weda yang 'didengar' dan disebarkan sebagai 'didengar' (Sruti), Quran juga 'didengar' oleh Hazrath Muhammad. Quran memiliki Salat dan Zakat sebagai dua mata. Salat berarti berdoa; Zakat berarti berderma. Mereka yang menganggap derma sebagai kewajiban yang tinggi dan meningkatkan kesadaran mereka melalui doa dan perenungan terus-menerus pada Tuhan adalah Muslim. Islam adalah sebuah kata yang tidak menunjukkan pada agama tertentu namun sebuah keadaan pikiran, sebuah keadaan yang sepenuhnya berserah pada kehendak Tuhan. Islam berarti dedikasi, berserah diri, kedamaian, ketenangan. Islam menunjukkan sebuah komunitas yang anggotanya mencapai kedamaian tertinggi melalui berserah pada Tuhan yang Maha Pengasih, Maha Kuasa, dan yang berjanji untuk hidup dalam damai dengan sesama mereka. Belakangan, ini diterapkan pada komunitas yang menganggap diri mereka terpisah dan berbeda dengan yang lainnya. Islam mengajarkan sesuatu yang lebih tinggi. Islam mengarahkan pada Tuhan yang ada dalam semuanya, kesatuan dalam keberagaman dan menuntun manusia menuju Tuhan. (Divine Discourse, Jul 12, 1983)

-BABA

 

Thought for the Day - 11th May 2021 (Tuesday)

Education consists of cultivating the following six qualities: "Good thoughts, good actions, adherence to truth, devotion, discipline and discharge of one's duties." When you have acquired the friendship of these six virtues, your life will become purposeful and satisfying. Students! Concentrate on studies from the beginning of the academic year and develop discipline and right habits so that you may make the best use of opportunities. Teachers should not consider that they are teaching for the sake of emoluments and students should not consider their studies as primarily for the purpose of getting a job. Education must develop self-reliance in you and prepare you for all the challenges of life. With faith in God, you must lead a righteous life and become true citizens of Bharat. The discipline and regulations you observe now will stand you in good stead all your life. Prepare yourselves to serve society and thereby propitiate God, whose grace is a greater benediction than all the gains from the world. 



Pendidikan terdiri dari meningkatkan enam kualitas yaitu: "pemikiran yang baik, perbuatan yang baik, menjunjung tinggi kebenaran, bhakti, disiplin, dan menjalankan kewajiban yang diemban." Ketika engkau telah memperoleh hubungan dekat dengan keenam kualitas mulia ini, maka hidupmu akan menjadi berguna dan memuaskan. Para pelajar! Pusatkan perhatian pada pembelajaranmu dari awal tahun ajaran baru dan kembangkan disiplin serta kebiasaan benar sehingga engkau dapat memanfaatkan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya. Para guru seharusnya tidak menganggap bahwa mereka mengajar untuk kepentingan gaji dan para pelajar seharusnya tidak menganggap bahwa pendidikan mereka dengan tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan pekerjaan. Pendidikan harus mengembangkan kemandirian di dalam dirimu dan mempersiapkan dirimu untuk semua bentuk tantangan dalam hidup. Dengan keyakinan pada Tuhan, engkau harus menjalani hidup yang benar dan menjadi warga negara yang sejati. Disiplin dan aturan yang ada harus engkau jalani saat sekarang yang mana akan membantu sepanjang hidupmu. Persiapkan dirimu untuk melayani masyarakat dan dengan demikian dapat menyenangkan Tuhan, yang mana karunia-Nya adalah lebih besar daripada semua keuntungan dunia. (Divine Discourse, Jun 16, 1983)

-BABA

 

Thought for the Day - 10th May 2021 (Monday)

It is not the creeds that men profess - whether Christianity or Islam or other religion - which lend value to their lives. The highest value is the fact of their humanness. All faiths combine to invest man with a unique effulgence. The various talents with which man is endowed should be used for good purposes on the basis that individual good is linked to social well-being. Man today has to go through transformation at three levels: First and foremost is spiritual transformation. Second comes the transformation in the attitude towards society. The third change is at the individual level. When spiritual transformation takes place, there is an automatic change in the attitude towards society. When society becomes harmonious and prosperous, the individual also changes. This three-fold transformation is implicit in the name ‘Sai’. ‘S’ stands for Spiritual change. ‘A’ for Association change; this is change in one's relationships with others in society. ‘I’ stands for Individual change. This triple transformation is what Sai desires. 



Ini bukanlah kepercayaan yang manusia yakini yang memberikan nilai bagi hidup mereka. Nilai yang tertinggi adalah kenyataan dari nilai-nilai kemanusiaan mereka. Semua keyakinan bersatu untuk menanamkan manusia dengan sebuah cahaya yang unik. Berbagai jenis bakat yang diberkati kepada manusia seharusnya digunakan untuk tujuan yang baik berdasarkan pada bahwa kebaikan individu adalah terkait dengan kesejahteraan sosial. Manusia pada hari ini harus mengalami tiga bagian perubahan: Pertama dan utama adalah perubahan spiritual. Kedua adalah perubahan sikap kepada masyarakat. Perubahan ketiga yang di level individu. Ketika perubahan spiritual terjadi, maka otomatis ada sebuah perubahan sikap kepada masyarakat. Ketika masyarakat dalam keadaan rukun dan sejahtera, setiap individu akan mengalami perubahan. Perubahan di tiga bagian ini adalah tersirat dalam nama ‘Sai’. ‘S’ adalah perubahan Spiritual. ‘A’ untuk perubahan pada Pergaulan (Association); ini adalah perubahan dalam hubungan seseorang dengan yang lainnya di dalam masyarakat. ‘I’ adalah untuk perubahan di level Individu. Perubahan tiga bagian ini adalah yang diinginkan oleh Sai. (Divine Discourse, Nov 18, 1995)

-BABA

 

Thought for the Day - 9th May 2021 (Sunday)

When one takes a balanced diet, food is properly digested and the body is kept healthy. The body's temperature has to be kept at a certain norm. If the temperature goes above or below that norm it is a sign of illness. Similarly, if the five elements that constitute the natural environment are kept in balance, the world is in a healthy state. If this balance is upset or if the elements are polluted, then countries suffer in various ways. If products of science and technology result in upsetting the balance of Nature and pollute the atmosphere or the rivers and the seas, many harmful consequences follow. Pollution gives rise to many new diseases. Today even pure air has become a rare commodity. Three-fourths of the earth is covered by water. There are many minerals in the ocean bed. But in extracting them, some limits should be observed. Otherwise, even the ocean, which has been adhering to its bounds, will exceed its limits. 



Ketika seseorang melakukan diet seimbang, makanan dicerna dengan baik dan tubuh dijaga kesehatannya. Suhu tubuh harus dijaga pada suhu normal. Jika suhu tubuh mengalami kenaikan dan penurunan dibawah normal maka itu adalah tanda sakit. Sama halnya, jika kelima unsur yang menyusun lingkungan alam dijaga keseimbangannya, dunia akan ada dalam keadaan sehat. Jika keseimbangan ini terganggu atau jika unsur-unsur penyusunnya tercemar, kemudian bangsa mengalami penderitaan dalam berbagai hal. Jika produk-produk ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan gangguan keseimbangan pada alam dan mencemari atmosfer atau sungai dan lautan, maka akan banyak timbul akibat yang membahayakan. Pencemaran memunculkan banyak penyakit-penyakit baru. Hari ini bahkan udara yang murni telah menjadi sebuah komoditas yang jarang. Tiga per empat bumi ditutupi oleh air. Ada banyak mineral di dalam dasar lautan. Tetapi dalam menggali semuanya, beberapa batasan harus tetap diperhatikan. Jika tidak, bahkan lautan yang telah terikat pada batasannya akan melewati batasnya! (Divine Discourse, Jun 16, 1983)

-BABA

 

Thought for the Day - 8th May 2021 (Saturday)

The Vedic declaration, Soham is demonstrated by the inhaling done during breathing. When you exhale and utter "Aham," you are giving up the "I". So-ham proclaims the identity of the individual and the Divine (I am He). This identity will not be understood as long as one is caught up in the tentacles of the material world. This is the truth about God. If one asks, "Where is God", the answer is given in the 18th canto of the Bhagavat Gita in Stanza 61. Krishna declared: "The Lord resides in the heart of all beings” (Eshwarah sarva bhutanam hriddese). We study the Gita; adore it; there is daily recitation, but no practical application in daily life! The one who realises his identity with the Divine will not cause hurt to anyone. Service to the public is true worship of God. The power of the Divine permeates everything. Our journey is, from the individual to the Universal, from 'Swam' (mine) to 'So-ham' (oneness with God), from 'I' to 'we'. 



Pernyataan dalam Weda, Soham ditunjukkan dengan menghirup yang dilakukan saat bernafas. Saat engkau menghembuskan napas dan mengucapkan "Aham", engkau melepaskan "aku". So-ham menyatakan identitas individu dan Yang Ilahi (Aku adalah Dia). Identitas ini tidak akan dipahami selama seseorang terjebak dalam tentakel dunia material. Inilah kebenaran tentang Tuhan. Jika seseorang bertanya, "Di mana Tuhan", jawabannya diberikan dalam canto/bagian ke-18 Bhagavat Gita di Stanza 61. Krishna menyatakan: "Tuhan bersemayam di hati semua makhluk" (Eshwarah sarva bhutanam hriddese). Kita mempelajari Gita; memujanya; membacanya berulang-ulang, tetapi tidak ada penerapan praktis dalam kehidupan sehari-hari! Orang yang menyadari identitasnya dengan Yang Ilahi tidak akan menyakiti siapa pun. Pengabdian kepada masayarakat adalah persembahan yang benar kepada Tuhan. Kekuatan Yang Ilahi meresap dalam segalanya. Perjalanan kita adalah, dari individu ke Semesta, dari 'Swam' (milikku) ke 'So-ham' (kesatuan dengan Tuhan), dari 'aku' ke 'kita'. (Divine Discourse, Feb 11, 1983)

-BABA

 

Thought for the Day - 7th May 2021 (Friday)

Consider all as your brothers and sisters; you need not share your property with them, however, whomsoever you come across, talk to them nicely and love them wholeheartedly. God is the embodiment of love. He protects entire mankind by His love. If only there is love in you, that’s enough. Then all of you will become united. You should not create distance between one another by your talk or conduct. Draw everybody close to you with love. Then all of you will attain proximity of God. When you look at others with love, God will also look at you with love. In whatever situation you may be, never show anger, jealousy, hypocrisy or pomp. Do not treat others with anger or hatred. By experiencing your love, love in others will also increase. When you treat others with love, they will also shower love towards you. On the other hand, if you show anger towards them, they will also behave angrily with you! 



Pandanglah semuanya sebagai saudaramu; engkau tidak perlu berbagi kekayaan dengan mereka, bagaimanapun juga, siapapun yang engkau temui, berbicaralah dengan mereka dengan santun dan sayangi mereka dengan sepenuh hati. Tuhan adalah perwujudan dari cinta kasih. Tuhan melindungi seluruh umat manusia dengan cinta kasih-Nya. Jika saja ada cinta kasih di dalam dirimu, itu sudah cukup. Kemudian semua darimu akan menjadi satu. Engkau seharusnya tidak menciptakan jarak diantara satu dengan yang lainnya karena perkataanmu atau tindakanmu. Tarik setiap orang dekat denganmu melalui cinta kasih. Kemudian semua darimu akan mencapai kedekatan dengan Tuhan. Ketika engkau melihat yang lain dengan cinta kasih, Tuhan juga akan melihatmu dengan cinta kasih. Dalam apapun keadaan yang engkau lalui, jangan pernah memperlihatkan kemarahan, iri hati, kemunafikan, atau keangkuhan. Jangan memperlakukan orang lain dengan amarah atau kebencian. Dengan mengalami kasih sayangmu, kasih dalam diri orang lain juga akan berkembang. Ketika engkau memperlakukan orang lain dengan cinta kasih, mereka juga akan mencurahkan cinta kasih kepada dirimu. Sebaliknya, jika engkau memperlihatkan kemarahan kepada mereka, mereka juga akan bersikap marah kepadamu! (Divine Discourse, Jan 27, 2007)

-BABA

 

Thought for the Day - 6th May 2021 (Thursday)

As Sai’s glory began to spread far and wide, Mother Easwaramma came to Me one day and said, “Swami, I am pained to see small children of our village walking all the way to Bukkapatnam to attend school. Please construct a small school.” Conforming to her wish, I established a small school. After some time, she wanted a small hospital also to be established. She said she could not bear to see mothers taking the trouble of carrying their children to Bukkapatnam for medical treatment. I got a small hospital built. The small school I established has become a big university today. The small hospital I constructed has become a Super Specialty Hospital. These mighty tasks could be accomplished as a result of the Sathya Sankalpa (noble wish) of Mother Easwaramma and Nitya Sankalpa (Divine Will) of Sai. Her last wish was to provide drinking water to the village. She pointed out that the women had to take great pains to draw water from deep wells, which had dried up. I immediately provided drinking water to the villages. 



Ketika kemuliaan Sai mulai menyebar begitu luas, pada suatu hari Ibu Easwaramma datang kepada-Ku dan berkata, “Swami, ibu merasa sedih saat melihat anak-anak kecil di desa kita berjalan kaki jauh menuju ke Bukkapatnam untuk bisa sekolah. Mohon bangun sebuah sekolah kecil.” Mengabulkan doanya, Aku membangun sebuah sekolah kecil. Setelah beberapa waktu, Ibu Easwaramma juga menginginkan agar dibangun sebuah rumah sakit kecil. Ibu Easwaramma berkata bahwa dia tidak tahan melihat ibu-ibu begitu kesulitan membawa anak-anak mereka ke Bukkapatnam untuk mendapatkan pengobatan. Untuk itu Aku juga membangun sebuah rumah sakit kecil. Sekolah kecil yang Aku bangun telah menjadi sebuah universitas yang besar saat sekarang. Rumah sakit kecil yang Aku bangun telah menjadi sebuah rumah sakit super spesial. Tugas-tugas yang besar ini dapat diselesaikan sebagai hasil dari Sathya Sankalpa (kehendak mulia) dari Ibu Easwaramma dan Nitya Sankalpa (kehendak Tuhan) dari Sai. Keinginan terakhir dari Ibu Easwaramma adalah menyediakan air minum bagi desa. Ibu Easwaramma menunjukkan bagaimana para wanita harus melewati begitu kesulitan untuk menimba air dari sumur yang dalam yang telah mengering. Aku dengan segera menyediakan air bersih untuk desa. (Divine Discourse, May 06, 2001)

-BABA

 

Thought for the Day - 5th May 2021 (Wednesday)

Every man is prone to commit mistakes either wittingly or unwittingly. But one mistake he should not commit in any circumstance, that is, to forget what he owes to his mother. The love of a mother can redeem a man's life, whatever his other lapses may be. The greatest gift of the parents is the body, with all its powers. Although the Lord rules over all lives, it is the parents who have endowed the body to the child. Clay and water are the gifts of Nature. But it is the potter who makes the pots out of them. Hence gratitude to the parents is a primary obligation. Students these days ask: "Why should we be grateful to our parents?" They should remember that if they cause distress to their parents now by their behaviour, they should not be surprised if in the later years their own children cause similar distress. This is the law of action and reaction that is always at work. 



Setiap manusia cenderung melakukan kesalahan disengaja maupun tidak disengaja. Namun ada satu kesalahan yang seharusnya tidak pernah dilakukan dalam keadaan apapun, yaitu melupakan bahwa manusia memiliki hutang kepada ibu. Cinta kasih seorang ibu dapat menyelamatkan hidup manusia, perubahan apapun yang mungkin terjadi. Hadiah terbesar dari orang tua kepada kita adalah tubuh ini dengan semua kekuatannya. Walaupun Tuhan mengatur seluruh kehidupan, adalah orang tua yang telah memberkati tubuh kepada anak. Tanah dan air adalah hadiah dari alam. Namun di tangan seorang pembuat tembikar yang membuat periuk dari tanah dan air. Karena itu, rasa terima kasih kepada orang tua adalah kewajiban yang utama. Para pelajar saat sekarang bertanya: "Mengapa kita harus berterima kasih kepada orang tua kita?" Mereka seharusnya mengingat bahwa jika mereka menyebabkan penderitaan kepada orang tua mereka saat sekarang oleh tingkah laku mereka, mereka seharusnya tidak terkejut jika tahun-tahun yang akan datang anak-anak mereka sendiri menyebabkan penderitaan yang sama. Ini adalah hukum aksi dan reaksi yang selalu bekerja. (Divine Discourse, May 06, 1987)

-BABA

 

Thought for the Day - 4th May 2021 (Tuesday)

The world is one vast society. Every individual in it is part of this society, bound to it by the love that draws man to man, to be kith and kin. This love is there, deep in the heart of man. Only, it is unrecognised, ignored, doubted, denied, and argued away. It is the secret source of all sympathy and service; it creates the urge to live in and for society. It is the Vishwa-Prema (universal love), that flows from one spark of the Divine to all sparks. When the eyes shine illumined by the highest wisdom, Jnana, they see all as the One. Man realises that Sarvam Brahmamayam Jagat (all that is apparently changing, transforming and moving is pervaded by God). To have this One revealed as in All, one has to develop faith and discipline the mind. The mind has to shed its fancies and foibles; the Truth has to be known and experienced. 



Dunia adalah sebuah masyarakat yang luas. Setiap individu yang ada di dalamnya adalah bagian dari masyarakat ini, terikat di dalamnya oleh cinta kasih yang menarik manusia ke manusia, untuk menjadi sanak saudara. Cinta kasih ini ada di kedalaman hati manusia. Hanya saja cinta kasih ini tidak dikenali, diabaikan, diragukan, dan disangkal. Cinta kasih adalah sumber rahasia dari semua simpati dan pelayanan; cinta kasih ini menciptakan dorongan untuk hidup di dalam dan untuk masyarakat. Cinta kasih ini adalah Vishwa-Prema (cinta kasih universal), yang mengalir dari satu percikan Tuhan kepada semua percikan lainnya. Ketika mata bersinar diterangi oleh kebijaksanaan tertinggi (jnana) maka mata melihat semuanya sebagai satu kesatuan. Manusia menyadari bahwa Sarvam Brahmamayam Jagat (semua yang kelihatannya berubah dan bergerak diresapi oleh Tuhan). Untuk bisa mendapatkan pandangan keesaan ini di dalam semuanya, seseorang harus mengembangkan keyakinan dan mendisiplinkan pikiran. Pikiran harus melepaskan khayalan dan kelemahannya; kebenaran harus diketahui dan dialami. (Divine Discourse, Feb 4, 1973)

-BABA

 

Thought for the Day - 3rd May 2021 (Monday)

Until you realise that you are Divine, that God is your Core and Reality, you will have to undergo these entrances and exits; the same newspaper should not be pored over again and again, day after day; one life must be enough to know the mystery. So, at least, recognise that there is a mystery, search for the secret, and unravel it for yourself. Ramakrishna used to cry in agony at the loss of another day, without the vision of the Divine Mother. Have that yearning; feel that sense of urgency. Seek to know now, yearn for that ecstasy this moment. Do not postpone or spend time discussing with others. You may have only a picture of Sai Baba before you, or an image in metal, or an idol in stone. But, if you have the faith that He is alive and present in it, and that He is in your heart and the hearts of all beings, then, you can get the ecstasy of that knowledge - the knowledge that He is omnipresent, omniscient and omnipotent. 



Sampai engkau menyadari bahwa dirimu adalah Tuhan, bahwa Tuhan adalah inti dan kenyataanmu yang sejati, engkau harus mengalami kelahiran dan kematian ini; surat kabar yang sama seharusnya tidak dibaca berulang kali, setiap harinya; satu kehidupan harus cukup untuk mengetahui misteri yang ada. Jadi, setidaknya, sadarilah bahwa ada sebuah misteri, kemudian ungkapkanlah rahasia itu dan bongkar misteri itu untuk dirimu sendiri. Ramakrishna biasanya menangis dalam kesedihan karena kehilangan hari tanpa mendapatkan pandangan dari Ibu ilahi. Milikilah kerinduan seperti itu; rasakan perasaan mendesak itu. Carilah untuk mengetahui sekarang, rindukan untuk kegembiraan itu pada saat sekarang. Jangan menunda atau menghabiskan waktu dalam mendiskusikan dengan orang lain. Engkau mungkin hanya memiliki satu gambar Sai Baba dihadapanmu, atau sebuah arca suci dari logam atau batu. Namun, jika engkau memiliki keyakinan bahwa Tuhan hadir dan ada di sana, dan bahwa Tuhan ada di dalam hatimu dan hati semua makhluk, kemudian, engkau bisa mendapatkan kegembiraan dari pengetahuan itu – pengetahuan bahwa Tuhan ada dimana-mana, Tuhan yang Maha Tahu dan Tuhan yang Maha Kuasa. (Divine Discourse, Feb 4, 1973)

-BABA

 

Thought for the Day - 2nd May 2021 (Sunday)

Some people show great love for outsiders, but don’t show the same love towards their mother and father in their homes. First and foremost, we should love our parents and then other people. But we should not limit our love to our relatives and friends alone; we should love all. Only then God will shower His love on us. When we see somebody in trouble or an injured person on the road, we should not show indifference towards them. Howsoever urgent be the work we have, we should try to remove their suffering. Then God will manifest before us and fill us with energy. There is none in this world who can give us more love than God. We do bhajans and perform service activities only to attain love of God. God’s love fills us with great energy. It is only God who gives us this energy. Therefore, love God, and all people as all are verily the children of God. 



Beberapa orang memperlihatkan kasih sayang yang besar untuk orang lain, namun tidak memperlihatkan kasih sayang yang sama kepada ibu dan ayah mereka yang ada di rumah. Pertama dan utama, kita seharusnya mengasihi orang tua kita dan baru kemudian orang lain. Namun kita seharusnya tidak membatasi kasih sayang kita hanya pada kerabat dan sahabat kita saja; kita seharusnya mengasihi semuanya. Hanya dengan demikian, maka Tuhan akan mencurahkan kasih sayang-Nya kepada kita. Ketika kita melihat seseorang dalam masalah atau mereka yang terluka di jalan, kita seharusnya tidak memperlihatkan sikap acuh tak acuh kepada mereka. Bagaimanapun mendesaknya pekerjaan yang kita miliki, kita seharusnya mencoba untuk menghilangkan penderitaan mereka. Kemudian Tuhan akan mewujudkan diri-Nya di hadapan kita dan mengisi kita dengan energi. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat memberikan kita kasih sayang lebih daripada Tuhan. Kita melakukan bhajan dan juga pelayanan hanya untuk mencapai kasih sayang Tuhan. Kasih sayang Tuhan mengisi kita dengan energi yang begitu besar. Hanya Tuhan yang memberikan kita energi ini, maka dari itu, kasihi Tuhan dan semua orang karena sesungguhnya semuanya adalah anak-anak Tuhan. (Divine Discourse, Jan 27, 2007)

-BABA

 

Thought for the Day - 1st May 2021 (Saturday)

Prayer for some benefit or gain should not be addressed to God. For, it means that God waits until He is asked! Surrender to Him; He will deal with you as He feels best and it would be the best for you. God does not dole out grace in proportion to the praise He receives! When you pray for a thing from God, you run the risk of condemning Him, if for some reason that prayer is not answered the way you wanted it to be, or as quickly as you wanted it to be. This contingency arises because you feel that God is an outsider, staying in heaven or some holy spot far away from you. God is in you, God is in every word, deed and thought of yours. Speak, do and think as befits Him. Do the duty that He has allotted to the best of your ability, and to the satisfaction of your conscience. That is the most rewarding puja (worship). 



Doa yang dilantunkan untuk suatu keuntungan seharusnya tidak disampaikan kepada Tuhan. Karena, itu berarti bahwa Tuhan menunggu sampai Beliau diminta! Berserah sepenuhnya kepada Tuhan; Tuhan akan mengatur untukmu sebagaimana Tuhan merasa yang terbaik dan akan menjadi yang terbaik untukmu. Tuhan tidak membagikan karunia dalam proporsi pujian yang Tuhan terima! Ketika engkau berdoa untuk sesuatu dari Tuhan, engkau berisiko menyalahkan Tuhan, jika karena beberapa alasan doa tersebut tidak mendapatkan jawaban seperti yang engkau inginkan, atau secepat yang engkau inginkan. Kemungkinan ini muncul karena engkau merasa bahwa Tuhan adalah ada di luar dirimu, tinggal di surga atau satu tempat suci yang jauh dari dirimu. Tuhan ada di dalam dirimu, Tuhan adalah ada di dalam setiap perkataan, perbuatan dan pikiranmu. Berbicara, berbuat dan berpikir seperti yang layak bagi Tuhan. Jalankan kewajiban yang Tuhan telah berikan dengan kemampuan terbaikmu, dan untuk kepuasan dari hati nuranimu. Itu adalah puja yang paling bermanfaat (sembahyang).(Divine Discourse, April 1973)

-BABA

 

Thought for the Day - 30th April (Friday)

Have patience; in your hurry to enjoy cheap joys, do not fall into unrighteous deeds. Have faith that God will add unto you all the joys you desire for and deserve. People ask of men for favours; they extend their hands towards others and plead “dehi” (give). But, “dehi” also means, He who dwells in the deha (body), that is to say, God! So, don't humiliate that Dehi by calling out dehi before others. Ask Him; say dehi to the Dehi; He will respond generously and graciously. Food got by foul means, and clothing procured through falsehood, will only injure you. Do not think that ease and comfort are the main things in life. Disappointment, disease, and distress are the lot of all, be it rich and poor, educated and uneducated, young and old. Let not your pure and immaculate hearts be rendered dirty by falsehood and wrong. Do not soil your tongue using it for uttering dirty words. Utter God’s name; it acts like a spark that burns into ash a big hill of cotton! 



Miliki kesabaran; dalam ketergesa-gesaanmu untuk menikmati suka cita murahan, jangan jatuh pada perbuatan yang tidak benar. Miliki keyakinan bahwa Tuhan akan menambahkan kepadamu semua suka cita yang engkau inginkan dan yang pantas engkau dapatkan. Orang-orang meminta bantuan dan mengulurkan tangan mereka serta memohon “dehi” (berikan). Namun, kata “Dehi” juga berarti Beliau yang bersemayam di dalam tubuh (deha), yaitu Tuhan! Jadi, jangan merendahkan Dehi itu dengan berteriak dehi dihadapan orang lain. Memohonlah pada-Nya dengan mengatakan dehi kepada Dehi; maka Beliau akan menanggapi dengan murah hati dan dengan ramah. Makanan diperoleh dengan sarana yang salah, dan pakaian diperoleh dengan kebohongan, hanya akan melukaimu. Jangan berpikir bahwa kemudahan dan kenyamanan adalah hal utama dalam hidup. Kekecewaan, penyakit, dan kesusahan semuanya dirasakan oleh mereka yang kaya dan miskin, terpelajar dan tidak berpendidikan, muda dan tua. Jangan biarkan hatimu yang murni dan suci menjadi kotor oleh kebohongan dan kesalahan. Jangan mengotori lidahmu dengan mengucapkan kata-kata yang kotor. Lantunkan nama suci Tuhan; hal ini seperti percikan api yang membakar tumpukan kapas yang besar menjadi sebuah abu! (Divine Discourse, Apr 1973)

-BABA

 

Thought for the Day - 29th April 2021 (Thursday)

God has given us human birth to nourish and nurture each other. What are the relations like brothers and sisters for? Not merely for the sake of division of property and wealth. These relations are for developing love and sharing it with each other. Real relations are those who share love with each other. Worldly relations bereft of love are useless. Those who are strong and powerful should protect the weak and helpless. When you see someone in trouble, show kindness towards him and try to wipe his tears. This is real compassion. This compassion is righteousness; it is love. When we expand our love, we can give happiness to the whole world. Therefore, develop love. If you come across a poor man, a sick person or one who is in trouble, give them whatever help you can. When you extend help to such people, God will shower His love on you. 



Tuhan telah memberikan kita kelahiran sebagai manusia untuk menjaga dan menopang satu dengan yang lainnya. Apa tujuan dari hubungan saudara laki-laki dan perempuan? Tidak hanya untuk tujuan pembagian kekayaan dan warisan. Hubungan saudara ini adalah untuk mengembangkan cinta kasih dan berbagi kasih itu satu dengan yang lainnya. Hubungan yang sejati adalah mereka yang berbagi kasih dengan yang lainnya. Hubungan duniawi tanpa adanya kasih adalah tidak ada gunanya. Mereka yang kuat dan hebat seharusnya melindungi yang lemah dan tidak berdaya. Ketika engkau melihat seseorang dalam masalah, perlihatkan kebaikan kepadanya dan cobalah untuk menghapus air matanya. Ini adalah welas asih yang sejati. Welas asih ini adalah kebajikan; ini adalah cinta kasih. Ketika kita mengembangkan cinta kasih, kita dapat memberikan kebahagiaan kepada seluruh dunia. Maka dari itu, kembangkan cinta kasih. Jika engkau bertemu dengan mereka yang miskin, yang dalam keadaan sakit atau seseorang dalam masalah, berikan mereka apapun bantuan yang engkau bisa berikan. Ketika engkau memperluas bantuan pada orang-orang yang seperti itu, Tuhan akan mencurahkan kasih-Nya kepadamu! (Divine Discourse, Jan 27, 2007)

-BABA

 

Thought for the Day - 28th April 2021 (Wednesday)

When you stand before another, his image is in your eye, and your image is in his; haven’t you observed this? ‘You are in me, I am in you - that is the truth this phenomenon proclaims. When you have faith in this, and when you cultivate love, humility, reverence for life, and tolerance, you are on the right path. When you are not on this path, you are certainly left out, when it is a question of sharing Divine Grace. The body is the temple of God, isn’t it? Well, what does the priest do in the temple every day? First, he cleans utensils and sacred vessels in the shrine. He sweeps the room and washes the altar. The senses are the utensils for the worship of God within; they have to be cleaned and assiduously kept free from dirt. Inner cleanliness is Godliness. That is possible only through sense-control and mind-control; or what amounts to the same sadhana - the dedication of all desires and activities to God. 



Ketika engkau berdiri di hadapan orang lain maka gambar orang tersebut ada di matamu, dan gambarmu juga ada di mata orang tersebut; apakah engkau tidak pernah mengamati hal ini? ‘Engkau ada di dalam diriku, Aku ada di dalam dirimu – itu adalah kebenaran yang dinyatakan dalam fenomena ini. Ketika engkau memiliki keyakinan ini, dan ketika engkau meningkatkan kasih, kerendahan hati, penghormatan pada kehidupan, dan toleransi, itu adalah tanda engkau ada di jalan yang benar. Ketika engkau tidak ada di jalan ini dan engkau pastinya tertinggal, kapan pertanyaan untuk berbagi rahmat Tuhan. Tubuh adalah tempat suci bagi Tuhan, bukan? Apa yang pendeta lakukan setiap hari di tempat suci? Pertama, pendeta membersihkan peralatan sembahyang di tempat suci. Pendeta juga menyapu kamar dan membersihkan altar. Indera adalah peralatan yang dipakai dalam persembahyangan kepada Tuhan di dalam diri; indera tersebut harus dibersihkan dan dengan teliti dijaga agar bebas dari kotoran. Kebersihan batin adalah pangkal kebaikan. Hal ini hanya mungkin melalui pengendalian indera dan pengendalian pikiran; atau sama halnya dengan latihan spiritual (sadhana) yaitu – pengabdian dari semua keinginan dan aktifitas kepada Tuhan! (Divine Discourse April 1973)

-BABA

 

Thought for the Day - 27th April 2021 (Tuesday)

The youth are endowed with a healthy body, a strong mind and a sharp intellect, capable of deep thinking, but they are misusing them. Instead of thinking of God and making proper use of their limbs, they are misusing their senses. This is a big mistake. At this age, you should put the power of the body, mind and intellect to the right use. What is the right use? It means, treading the sacred path. Just because we are gifted with eyes, there is no need to see everything. Try to see all that is good. Do not hear with your ears criticism of others or all that is unnecessary. Hearing criticism of others and seeing all that is evil is a great sin. We will acquire evil only when we see evil. We do not try to listen to good words with our ears; instead, we listen to evil talk. Surdas was blind. But he constantly chanted the name of Krishna. Hence, Krishna gave him darshan and fulfilment in life. 



Pemuda diberkati dengan badan yang sehat, pikiran yang kuat, dan kecerdasan yang tajam, kemampuan berpikir mendalam, namun para pemuda menyalahgunakan semuanya ini. Bukannya merenungkan Tuhan dan menggunakan dengan baik anggota tubuh mereka, para pemuda menyalahgunakan indera mereka. Ini adalah kesalahan yang besar. Pada usia ini, engkau seharusnya menggunakan kekuatan tubuh, pikiran, dan kecerdasan untuk penggunaan yang benar. Apa itu penggunaan yang benar? Ini berarti, menapaki jalan yang suci. Hanya karena kita dikarunia dengan mata, tidak ada gunanya melihat segala sesuatu. Cobalah untuk melihat semua yang baik. Jangan mendengarkan dengan telingamu berbagai kritik pada yang lain atau semua yang tidak perlu. Mendengarkan kritikan pada yang lain dan melihat semuanya jahat merupakan sebuah dosa yang besar. Kita hanya mendapatkan kejahatan hanya ketika kita melihat yang jahat. Kita tidak mencoba untuk mendengarkan perkataan yang baik dengan telinga kita; malahan, kita mendengarkan perkataan yang tidak baik. Surdas adalah buta. Namun Surdas secara terus menerus melantunkan nama suci Sri Krishna. Karena itu, Krishna memberikannya darshan dan pemenuhan dalam hidup! (Divine Discourse, Jan 27, 2007)

-BABA

 

Thought for the Day - 26th April 2021 (Monday)

When someone insults or defames you or ignores you, accept it with a smile. “This is the way of the world; it is ungrateful, ill-mannered! They are doing me good, my strength is under trial, I shouldn’t yield to anger or resentment”, tell yourself such invigorating things, and be quiet, with a smile of triumph on your lips! There was a mendicant who was abused by a gang of mischievous young men. He said, “Carry on! Enjoy yourselves! I see that you are very happy at this chance. This is exactly what I desire for you.” When you don’t accept the insult someone casts on you, it goes back to the person who indulged in it. A registered letter that is not accepted, returns to the sender! Do not damage your mental peace, by receiving the letter and reading the contents. Refuse to receive it. You have a chance of correcting the wrong-doers too; but when you accept it, you join the mischief-makers. So, be warned! 



Ketika seseorang menghina atau memfitnahmu atau mengabaikanmu, terimalah semua itu dengan sebuah senyuman. “Beginilah memang cara dari dunia; yang tidak tahu terima kasih dan tidak sopan! Mereka memperlakukan saya dengan baik, kekuatan saya sedang dicoba, saya seharusnya tidak menyerah pada kemarahan atau kebencian”, katakan hal-hal yang menguatkan seperti ini pada dirimu sendiri, dan tetaplah tenang, dengan sebuah senyum kemenangan di bibirmu! Ada seorang miskin yang dihina oleh sekelompok pemuda nakal. Orang miskin itu berkata, “Lanjutkan! Selamat bersenang-senang! Saya melihat bahwa kalian senang dalam kesempatan ini. Hal ini yang sesungguhnya Aku inginkan darimu.” Ketika engkau tidak menerima penghinaan yang seseorang tuduhkan kepadamu, maka hal itu akan kembali pada orang yang melontarkannya. Sebuah surat resmi yang tidak diterima akan kembali kepada si pengirimnya! Jangan merusak ketenangan batinmu dengan menerima surat itu dan membaca isinya. Tolaklah untuk menerimanya. Engkau memiliki sebuah kesempatan untuk memperbaiki para pelaku kesalahan; namun ketika engkau menerimanya, engkau bergabung dengan mereka sebagai pembuat kegaduhan. Jadi, berhati-hatilah! (Divine Discourse, Apr 1973)

-BABA

 

Thought for the Day - 25th April (Sunday)

Talk lovingly and sweetly without hurting anyone. Do not cast angry looks. We should express our love while talking. Love is a supreme power. Therefore, call everybody with love, saying, “Come, brother, come.” Ask him about his difficulties, “Do you have financial or health problem?” After understanding his problems thoroughly, provide necessary help to him. There are some who lead a lonely life as they are without a father, mother, relatives or friends. We should offer brotherly affection to them. We should encourage them by saying, “I am like your brother,” and talk to them lovingly, saying, “Oh dear one, you have no elder or younger sister? I am your elder sister; I am your younger sister.” Speaking to them in this intimate way, we should give them courage and succour. You are all the children of one mother, verily. That mother is God. Follow the maxim: Brotherhood of Man and Fatherhood of God. 



Berbicaralah dengan kasih dan lembut tanpa menyakiti siapapun juga. Jangan memperlihatkan ekspresi marah. Kita seharusnya mengungkapkan kasih sayang kita pada saat sedang berbicara. Cinta kasih adalah kekuatan yang tertinggi. Maka dari itu, panggil setiap orang dengan kasih sambil berkata, “mari saudaraku, silahkan.” Tanyakan dia tentang kesulitannya, “Apakah anda memiliki masalah keuangan atau kesehatan?” setelah memahami masalahnya secara menyeluruh, berikan pertolongan yang diperlukan kepadanya. Ada beberapa orang yang menjalani hidup kesepian tanpa ayah, ibu, kerabat, atau sahabat. Kita harus menawarkan kasih sayang persaudaraan kepada mereka. Kita harus menguatkan mereka dengan berkata, “saya adalah seperti saudaramu,” dan berbicara kepada mereka dengan kasih sambil berkata, “Oh yang terkasih, anda tidak memiliki kakak laki-laki dan juga kakak perempuan? Saya adalah kakak laki-lakimu dan juga kakak perempuanmu.” Berbicaralah kepada mereka dengan cara kasih seperti ini, kita harus memberikan keberanian dan bantuan. Engkau semuanya adalah anak-anak dari satu ibu, sejatinya. Ibu itu adalah Tuhan. Ikutilah ungkapan yang ada yaitu: Persaudaraan manusia dan keyakinan pada Tuhan! (Divine Discourse, Jan 27, 2007)

-BABA

 

Thought for the Day - 24th April 2021 (Saturday)

Imbibe love in your heart. Whomsoever you come across, talk to them with love. Draw all those who are in trouble close to you. Then God will shower His love on you. How can you receive God’s love if you do not love your fellowmen? If you want to become deserving of God’s love, then first and foremost you should become deserving of the love of your fellowmen. God will help you if you help others. Help Ever, Hurt Never. Never put anyone to trouble. Love everyone. Lead your life with goodness of heart. Your heart should melt with love and love should flow in it. Embodiments of love, develop love in you more and more. This is an aspect of Divinity. It is in reference to this that Lord Krishna declares that all beings are an aspect of His Divinity. My Dear ones! You are not different from Me; I am in you and you are in Me! 



Dekap cinta kasih di dalam hatimu. Siapapun yang engkau temui, berbicaralah kepada mereka dengan cinta kasih. Tariklah mereka yang dalam masalah dekat kepadamu. Kemudian Tuhan akan mencurahkan kasih-Nya kepadamu. Bagaimana engkau dapat menerima kasih Tuhan jika engkau tidak mengasihi sesamamu? Jika engkau ingin menjadi layak untuk mendapatkan kasih Tuhan, maka pertama dan utama engkau harus menjadi layak untuk mendapatkan kasih dari sesamamu. Tuhan akan membantumu jika engkau membantu yang lainnya. Selalulah menolong, jangan pernah menyakiti. Jangan pernah menyusahkan siapapun. Kasihi setiap orang. Jalani hidupmu dengan kebaikan di dalam hati. Hatimu seharusnya meleleh dengan kasih dan kasih seharusnya mengalir di dalamnya. Perwujudan kasih, kembangkan kasih di dalam dirimu semakin besar. Ini adalah sebuah aspek dari Tuhan. Berkenaan dengan ini maka Sri Krishna menyatakan bahwa semua makhluk adalah aspek dari keillahian-Nya. Bhakta-Ku yang terkasih! Engkau tidaklah berbeda dengan diri-Ku; Aku ada di dalam dirimu dan engkau ada di dalam diri-Ku! (Divine Discourse, Jan 27, 2007)

-BABA

 

Thought for the Day - 23th April 2021 (Friday)

Nothing can confer as much aananda (bliss) as virtue, neither wealth, nor material power, nor fame, nor scholarship. The highest virtue is humility, surrender to God. People speak of those who have no one to look after them as 'orphans' (anatha), but God looks after everyone. So no one can be an orphan. God alone is the orphan (anatha also means ‘one without a master’), for who can claim that he is God's guardian? Dedicate your thought, word and deed to God. Do not treat some of your activities as done for God and others as done for yourself. They are both like the two halves of a pulse grain. The plant sprouts from the middle of the grain, drawing sustenance equally from both halves. The alert and the inert, the living and the non-living, the moving and the non-moving are all God. Strengthen this faith and live in this faith. This is the prescription for perpetual Brahmananda (supreme bliss)! 



Tidak ada yang bisa memberikan aananda (kebahagiaan) sebanyak kebajikan, tidak juga kekayaan, atau kekuatan material, atau ketenaran, atau pengetahuan/gelar. Kebajikan tertinggi adalah kerendahan hati, berserah diri kepada Tuhan. Orang-orang berbicara tentang mereka yang tidak memiliki siapa pun untuk menjaga mereka sebagai 'yatim piatu' (anatha), tetapi Tuhan menjaga semua orang. Jadi tidak ada yang bisa menjadi yatim piatu. Hanya Tuhan yang yatim piatu (anatha juga berarti 'seseorang tanpa tuan'), karena siapa yang dapat mengklaim bahwa dia adalah wali Tuhan? Persembahkan pikiran, perkataan, dan perbuatanmu kepada Tuhan. Jangan menganggap beberapa aktivitasmu dilakukan untuk Tuhan dan aktivitas lainnya engkau lakukan untuk dirimu sendiri. Keduanya seperti dua bagian dari urat nadi. Tumbuhan bertunas dari bagian tengah biji-bijian, menarik makanan secara merata dari kedua bagiannya. Yang bereaksi dan tidak bereaksi, yang hidup dan yang tidak hidup, yang bergerak dan yang tidak bergerak semuanya adalah Tuhan. Perkuat keyakinan ini dan hiduplah dalam keyakinan ini. Ini adalah resep untuk Brahmananda (kebahagiaan tertinggi) abadi! (Divine Discourse, Nov 23, 1983)

-BABA

 

Thought for the Day - 22nd April 2021 (Thursday)

Truth is God. The Upanishads declare: God is all sweetness (RasovaiSah). This means that God is present in subtle form everywhere, like sugar in sugarcane and butter in milk. Although it is difficult to have a direct perception of God, His presence can be experienced in many ways. The sweetness in sugar, the sourness in lime fruit, the bitterness of the margosa leaf - all of these testify to the presence of the Divine. When you see a mountain or waterfall or a forest you feel happy. All these proclaim the presence of the Divine. Light shines, the stars twinkle, the sun blazes, and the planets revolve in their orbits. All these phenomena are manifestations of the Divine. By understanding the nature of a flame, you can understand the nature of fire. By examining a drop of water you know the nature of the Ganges. Likewise by understanding Manavatvam(the true nature of humanness), you can understand Daivatvam (Divinity)! 



Kebenaran adalah Tuhan. Upanishad menyatakan: Tuhan itu manis (RasovaiSah). Artinya Tuhan hadir dalam wujud halus dimana-mana, seperti gula dalam tebu dan mentega dalam susu. Meskipun sulit untuk memiliki persepsi langsung tentang Tuhan, kehadiran-Nya dapat dialami dengan banyak cara. Manisnya gula, asam dalam buah jeruk nipis, pahitnya daun margosa - semua ini membuktikan kehadiran Tuhan. Saat engkau melihat gunung atau air terjun atau hutan engkau merasa bahagia. Semua ini menyatakan kehadiran Yang Ilahi. Cahaya bersinar, bintang-bintang berkelap-kelip, matahari menyala, dan planet-planet berputar dalam orbitnya. Semua fenomena ini adalah manifestasi dari Yang Ilahi. Dengan mengerti bagaimana sifat api, engkau dapat memahami sifat api. Dengan memeriksa setetes air, engkau mengetahui sifat Sungai Gangga. Demikian juga dengan memahami Manavatvam (sifat sejati kemanusiaan), engkau dapat memahami Daivatvam (Keilahian). (Divine Discourse, Nov 23, 1995)

-BABA

 

Thought for the Day - 21st April 2021 (Wednesday)

This day, the birth of Sri Rama is celebrated in all lands. Rama had His deed, word and thought, that is, body, speech and mind, ever pure and totally free from blemish. Really speaking, one ought to revere the story of Rama as a profound allegory. Every act and actor in that story attracts attention and gets imprinted on the memory because the allegory is personal to each of us. For example, consider Dasaratha. He represents the human body with the five senses of perception and the five sense-organs of action. He has three wives - the three Gunas or dispositions: Satwa, Rajas and Tamas- named Kausalya, Sumitra and Kaikeyi. He has four sons, who embody in themselves the four goals of human life - Dharma, Artha, Kama and Moksha. Rama is the very embodiment of Dharma (Morality, Virtue, Right conduct). The other three goals can be achieved only by steady adherence to Dharma. We find, therefore, the brothers Lakshmana, Bharatha and Shatrughna following the footsteps of Rama. 



Hari ini, kelahiran Sri Rama dirayakan di semua negeri. Rama memiliki perbuatan, perkataan, dan pikiran-Nya, yaitu tubuh, ucapan, dan pikiran, selalu murni dan sepenuhnya bebas dari noda. Berbicara yang sebenarnya, seseorang harus menghormati kisah Rama sebagai alegori yang mendalam. Setiap pemeran dan aktor dalam cerita itu menarik perhatian dan membekas dalam ingatan karena alegori itu bersifat pribadi bagi kita masing-masing. Misalnya, Dasaratha. Ia mewakili tubuh manusia dengan panca indera persepsi dan panca indera tindakan. Ia memiliki tiga istri - tiga Guna atau watak: Satwa, Rajas, dan Tamas - bernama Kausalya, Sumitra, dan Kaikeyi. Ia memiliki empat putra, yang mewujudkan dalam diri mereka empat tujuan kehidupan manusia - Dharma, Artha, Kama, dan Moksha. Rama adalah perwujudan Dharma (Moralitas, Kebajikan, Kebenaran). Tiga tujuan lainnya hanya dapat dicapai dengan ketaatan yang teguh pada Dharma. Oleh karena itu, ketiga bersaudara Lakshmana, Bharatha, dan Shatrughna mengikuti jejak Rama. (Divine Discourse, Apr 18, 1986)

-BABA

 

Thought for the Day - 20th April 2021 (Tuesday)

Rama is the supreme exemplar of how people should conduct themselves in the world, how a country should be governed, and how integrity and morality of human beings should be protected. High-minded actions, ideal qualities and sacred thoughts are basic foundations of character. Rama is very embodiment of these three attributes. Every human being should also cultivate sacred thought, right actions and good qualities. Rama demonstrated by His words, thoughts and actions how such a life can be lived. Rama acted upto the ancient injunction: "Speak the truth. Practise Righteousness." Eschewing harsh words, Rama pleased everyone by His sweet speech. He countered harsh speech from others with His composure, patience, sweetness and smile. He never pried into the affairs of others, never took notice of their faults, never indulged in ridicule, and never caused any pain to others by the way He spoke to them. It is essential for everyone to follow examples set by Rama and cultivate His many noble qualities and do righteous actions. 



Rama adalah teladan tertinggi tentang bagaimana orang harus berperilaku di dunia, bagaimana sebuah negara harus diatur, dan bagaimana integritas dan moralitas manusia harus dilindungi. Tindakan berhati mulia, kualitas ideal, dan pikiran suci adalah fondasi dasar karakter. Rama adalah perwujudan dari ketiga sifat ini. Setiap manusia juga harus mengembangkan pikiran suci, perbuatan benar, dan kualitas baik. Rama menunjukkan dengan perkataan, pikiran, dan tindakan-Nya bagaimana kehidupan seperti itu dapat dijalani. Rama bertindak sesuai dengan perintah kuno: "Bicaralah yang sebenarnya. Praktikkan Kebenaran." Menghindari kata-kata kasar, Rama menyenangkan semua orang dengan ucapan manis-Nya. Beliau membalas ucapan kasar dari orang lain dengan ketenangan, kesabaran, manis, dan senyuman-Nya. Beliau tidak pernah ingin tahu urusan orang lain, tidak pernah memperhatikan kesalahan mereka, tidak pernah menghina/meremehkan, dan tidak pernah menyakiti orang lain melalui cara-Nya berbicara kepada mereka. Sangat penting bagi setiap orang untuk mengikuti teladan yang diberikan oleh Rama dan mengembangkan kualitas-kualitas mulia-Nya dan melakukan tindakan yang benar (Divine Discourse Apr 9, 1995)

-BABA

 

Thought for the Day - 19th April 2021 (Monday)

Recitation of Ramayana and listening to exposition of those verses must transform individuals into an embodiment of Dharma. Their every word, thought and deed must exemplify that ideal. Shraddha (steady faith) in Rama, Ramayana and oneself is essential for success. For what end? To become good and help others unfold their goodness. Be totally human with human values expanded to the utmost and promote those traits in society to help others. Purify the body by means of holy activity. Purify the speech by adhering to truth, love and sympathy. Purify the mind by not yielding to the clamour of senses and the desires they breed. The tragic truth is that learned people do not accept any moral responsibility now. World is enveloped in fear, for people whose thoughts, words and deeds are vitiated by inhuman motives have gained control over science and technology. Senses supply material to mind. Mind is a by-product of ego. Ego is a reflection of Atma. Atmais the wave of Paramatma. Everyone must trace ego to its spiritual origins, and direct life on the lines of that heritage. 



Pelafalan Ramayana dan mendengarkan penjelasan yang terperinci dari ayat-ayat tersebut harus mengubah individu menjadi perwujudan Dharma. Setiap kata, pikiran, dan perbuatan mereka harus menjadi contoh ideal tersebut. Shraddha (keyakinan yang teguh) pada Rama, Ramayana dan diri sendiri sangat penting untuk kesuksesan. Untuk tujuan apa? Untuk menjadi baik dan membantu orang lain mengungkapkan kebaikan mereka. Jadilah manusia seutuhnya dengan nilai-nilai kemanusiaan yang diperluas sepenuhnya dan promosikan sifat-sifat itu dalam masyarakat untuk membantu orang lain. Murnikanlah tubuh dengan melakukan aktivitas yang suci. Murnikan kata-kata dengan berpegang pada kebenaran, cinta-kasih, dan simpati. Murnikan pikiran dengan tidak memberikan jalan pada keributan indera dan keinginan yang mereka kembangkan. Kebenaran yang menyedihkan adalah bahwa para terpelajar tidak menerima tanggung jawab moral apa pun saat ini. Dunia diselimuti ketakutan, karena orang-orang yang pikiran, perkataan, dan perbuatannya dirusak oleh motif tidak manusiawi telah menguasai sains dan teknologi. Indera memasok materi ke pikiran. Pikiran adalah produk sampingan dari ego. Ego adalah cerminan dari Atma. Atma adalah gelombang Paramatma. Setiap orang harus melacak ego ke asal spiritualnya, dan mengarahkan kehidupan pada garis warisan itu. (Divine Discourse, Apr 18, 1986)

-BABA

 

Thought for the Day - 18th April 2021 (Sunday)

God, when appearing with form for the sake of upholding dharma, behaves in a human way. He must! For, He has to hold forth the ideal life before people and confer the experience of joy and peace on people. His movements and playful activities might appear ordinary and commonplace to some eyes. But each will be an expression of beauty, truth, goodness, joy and exaltation. Each will captivate the world with its charm and purify the hearts that contemplate on it. Each will overcome all agitations of the mind, tear veil of illusion, and fill consciousness with sweetness. There can be nothing ordinary and commonplace in the career of Avatars. Whatever is seen and taken as of that nature is really super-human, super-natural, deserving high reverence! The story of Rama is not a story of an individual; it is the story of the universe! Rama is the personification of the basic Universal in all beings. He is in all, for all time, in all spaces! 



Tuhan, ketika muncul dalam Wujud manusia demi menegakkan dharma, berperilaku sebagai manusia. Beliau harus melakukannya! Karena, Beliau harus menyampaikan hidup yang ideal kepada semua orang dan menganugerahkan pengalaman sukacita dan damai kepada semuanya. Gerakan dan aktivitas-Nya yang menyenangkan mungkin tampak biasa dan lumrah bagi sebagian orang. Tetapi masing-masing akan menjadi ekspresi keindahan, kebenaran, kebaikan, kegembiraan, dan kemuliaan. Masing-masing akan memikat dunia dengan pesonanya dan memurnikan hati yang merenungkannya. Masing-masing akan mengatasi semua pergolakan pikiran, merobek selubung ilusi, dan mengisi kesadaran dengan manisnya. Tidak ada yang biasa dan lumrah dalam karier Avatar. Apa pun yang dilihat dan dianggap sebagai sifat-Nya adalah benar-benar manusia super, super alami, layak mendapatkan penghormatan yang tinggi! Kisah Rama bukanlah kisah seorang individu; ini adalah kisah alam semesta! Rama adalah personifikasi dari Alam Semesta dasar dalam semua makhluk. Beliau ada bagi semuanya, dalam setiap waktu, di semua ruang! (RamakathaRasavahini, Ch 1, “Rama – Prince & Principle”)

-BABA

 

Thought for the Day - 17th April 2021 (Saturday)

Just as people squeeze juice out of the fibrous cane and drink only the sweetness, just as the bee sucks the honey in the flower regardless of its symmetry and colour, just as the moth flies toward the brightness of the flame, ignoring the heat and the inevitable catastrophe, so also the spiritual seeker (sadhaka) should yearn to imbibe the expression of the emotion of tenderness, pity, and compassion with which the Ramayana is saturated, paying no heed to other subjects. When a fruit is eaten, we throw away the skin, seeds, and fibre. It is in the very nature of Nature that fruits have these components! Nevertheless, no one eats them on the plea that one paid for them! So too, in this Rama fruit called Ramayana, the tales of demons, ogres and the like (rakshasas) form the rind; the wicked deeds of these evil people are the hard indigestible seeds; sensory and worldly descriptions and events are the not-too-tasty fibrous stuff - they are all sheaths for the juicy nourishment. 



Seperti halnya manusia memeras jus dari serabut tebu dan hanya meminum manisnya saja, seperti halnya lebah yang menghisap madu yang ada di bunga tanpa memperhatikan bentuk dan warna bunga, seperti halnya ngengat yang terbang menuju terang cahaya, mengabaikan panas dan malapetaka yang tidak terhindarkan, begitu juga para pencari spiritual (sadhaka) seharusnya rindu untuk menyerap ekspresi kelembutan perasaan, kasihan dan welas asih yang mana membuat Ramayana menjadi lengkap, tidak memperhatikan lagi bagian yang lainnya. Ketika buah dimakan, kita membuang kulit, biji, dan seratnya. Sudah menjadi sifat alami buah memiliki komponen-komponen ini! Namun demikian, tidak ada seorangpun yang memakannya dengan dibayar berapapun! Begitu juga, dalam buah Rama yang disebut dengan Ramayana, kisah tentang raksasa, setan, dan sejenisnya membentuk kulitnya; perbuatan-perbuatan jahat dari orang-orang ini adalah biji keras yang tidak bisa dimakan; deskripsi dan peristiwa dunia adalah bahan berserat yang tidak terasa enak – semuanya ini adalah selubung untuk makanan yang enak! (Rama Katha Rasavahini, Ch 1, “Rama – Prince & Principle”)

-BABA

 

Thought for the Day - 16th April 2021 (Friday)

One of the objectives of education is the culture of the mind and the spirit. This too is very much like agriculture, which provides food and clothing. We want dhanya (grains) to sustain the body; we require dhyana (meditation) to sustain the spirit. In agriculture, you prepare the soil, plant seeds, feed the plants with fertilisers, and reap the harvest. In ‘heart-culture’, we have to plough the hrudhaya-kshethra (the field of the heart), remove the weeds and wild growth, and plant the seeds. The weeds are pernicious tendencies, attitudes and habits; the fertilisers are devotion and dedication. Water to help the plant grow is the quality of love. The seeds are the Names of God, which are deposited within the purified heart. The harvest which is the reward of all this spiritual discipline is Wisdom. Heart-culture has been the goal and aim of Sanathana Dharma, the ancient religion of India. It is essential for a happy, contented and peaceful life. 



Satu tujuan dari pendidikan adalah budaya pikiran dan jiwa. Hal ini sangat mirip dengan pertanian yang mana menyediakan pangan dan sandang. Kita menginginkan dhanya (biji-bijian) untuk menopang tubuh; kita membutuhkan dhyana (meditasi) untuk menopang jiwa. Dalam pertanian, engkau mempersiapkan tanah, benih tanaman, memupuk tanaman dengan pupuk dan memanennya. Dalam ‘budaya-hati’, kita harus membajak hrudhaya-kshethra (ladang hati), menghilangkan gulma dan tanaman liar serta menanam benih tanaman. Gulma itu adalah kecenderungan, sikap dan kebiasaan buruk; pupuknya adalah bhakti dan dedikasi. Air untuk membantu tanaman tumbuh adalah kualitas cinta kasih. Benihnya adalah nama suci Tuhan yang mana tersimpan di dalam hati yang suci. Panen adalah hadiah dari semua disiplin spiritual yaitu kebijaksanaan. Budaya hati adalah menjadi tujuan dari Sanathana Dharma, agama tertua di India. Ini adalah mendasar bagi kebahagiaan, rasa syukur, dan hidup yang penuh kedamaian! (Divine Discourse, Jan 5, 1975)

-BABA

 

Tuesday, May 11, 2021

Thought for the Day - 15th April 2021 (Thursday)

Take proper care of your body and always contemplate on the selfless, pure, and steady Atmic principle. You are a member of society. Your welfare depends on the welfare of society. So aspire for the well-being of one and all. May all the beings in all the worlds be happy! Eschew narrow-mindedness; cultivate broad feelings to experience bliss. Embodiments of Love! New Year brings with it some good results also. New Year is not celebrated merely to partake of delicious dishes. You must imbibe sacred feelings and resolve to lead a fruitful life. The good and bad of the world depends on your conduct, which in turn depends on your thoughts. So develop good thoughts. Only then will you be able to lead a noble life. Set an ideal to your fellowmen. Give them happiness. Show compassion towards them. Talk to them lovingly. This is possible when you acquire Divine love. So strive to become recipients of Divine love. Chant His Name wholeheartedly! 



Jaga tubuhmu dengan baik dan selalu berkontemplasi pada prinsip Atma yang tidak mementingkan diri sendiri, murni dan teguh. Engkau adalah anggota dalam masyarakat. Kesejahteraanmu tergantung dari kesejahteraan masyarakat. Jadi milikilah cita-cita untuk kesejahteraan semuanya. Semoga semua makhluk di seluruh dunia berbahagia! Jauhkan dari pikiran sempit; tingkatkan sifat lapang dada untuk mengalami kebahagiaan. Perwujudan kasih! Tahun baru juga membawa beberapa hasil yang baik. Tahun baru tidak dirayakan hanya melulu pada menikmati makanan yang enak. Engkau harus menanamkan perasaan suci dan menetapkan hati untuk menjalani hidup yang berguna. Kebaikan dan keburukan dunia tergantung dari tingkah lakumu, yang pada gilirannya tergantung dari pemikiranmu. Jadi kembangkan pemikiran-pemikiran yang baik. Hanya dengan demikian engkau akan mampu menjalani hidup yang mulia. Tentukan sebuah ideal untuk sesamamu. Berikan mereka kebahagiaan. Perlihatkan rasa welas asih kepada mereka. Berbicaralah kepada mereka dengan kasih. Hal ini bisa ketika engkau mendapatkan kasih Tuhan. Jadi berusahalah untuk menjadi penerima kasih Tuhan. Lantunkan nama suci Tuhan sepenuh hati! (Divine Discourse, Mar 26, 2001)

-BABA

 

Thought for the Day - 14th April 2021 (Wednesday)

Embodiments of Love! New Year does not bring new principles of truth and righteousness. They are changeless and eternal. When they are practised, the whole world will be taken care of. Hence we have to always keep in mind these two principles. For man, truth and righteousness are his two eyes. In fact, they are his very life principles. He may undertake any activity, he may do any job or business, but he should make truth and righteousness as the undercurrent of all his endeavours. Man has to take to a newer path. Years have rolled by, but man has not given up his old and mean feelings. He has to purify his heart. Humanness will blossom only when there is transformation of the heart. Merely putting on new clothes is not enough, man has to change his character and behaviour. His conduct should be based on truth and righteousness. 



Perwujudan cinta-kasih! Tahun Baru tidak membawa prinsip-prinsip baru bagi kebenaran dan kebajikan. Mereka tidak berubah dan abadi. Ketika mereka dipraktikkan, seluruh dunia akan teratur. Karenanya kita harus selalu mengingat kedua prinsip ini. Bagi manusia, kebenaran dan kebajikan adalah dua matanya. Bahkan, mereka adalah prinsip-prinsip hidupnya. Manusia dapat melakukan aktivitas apa pun, dapat melakukan pekerjaan atau bisnis apa pun, tetapi ia harus membuat kebenaran dan kebajikan sebagai perasaan yang mendasari semua usaha-usahanya. Manusia harus dibawa ke jalur yang lebih baru. Tahun telah diganti, tetapi manusia tidak meninggalkan sifat-sifatnya yang lama dan perbuatan buruknya. Manusia harus memurnikan hatinya. Manusia akan mekar hanya ketika ada transformasi hati. Hanya dengan mengenakan pakaian baru tidaklah cukup, manusia harus mengubah karakter dan perilakunya. Perilakunya harus didasarkan pada kebenaran dan kebajikan. (Divine Discourse Apr 14, 2003)

-BABA

 

Thought for the Day - 13th April 2021 (Tuesday)

Ugadi celebration is an annual reminder of man's obligation to express his gratitude to the Divine for all benefits received from God. We hail the new year as Samvatsara because it signifies omnipresence (in time and space) of the Divine. Samvatsara does not merely mean a period (of the year) made up of minutes, hours, days and months. Every moment is Samvatsara, because without seconds, minutes, etc. there cannot be a year. If the year is to be sanctified, every moment is to be sanctified. Every second constitutes a year. It is not the new year that matters. Every new second is significant. Hence, you should fill every moment with sacred thoughts, with pure feelings and pure actions. Every moment you should try to get rid of bad thoughts and fill your mind with good thoughts. 



Perayaan Ugadi adalah sebuah pengingat tahunan bagi kewajiban manusia untuk mengungkapkan rasa syukurnya kepada Tuhan atas semua keberuntungan dan manfaat yang di dapat dari Tuhan. Kita memuji tahun baru sebagai Samvatsara karena tahun baru ini mengandung makna Tuhan yang ada dimana-mana dalam ruang dan waktu. Samvatsara tidak hanya mengandung arti sebuah waktu dalam satu tahun yang terdiri dari menit, jam, hari dan bulan. Setiap saat adalah Samvatsara, karena tanpa adanya detik, menit, dsb maka tidak akan ada satu tahun. Jika tahun ingin disucikan, maka setiap momen atau saat harus disucikan. Setiap detik berarti satu tahun. Ini bukanlah tahun baru yang penting. Setiap detik yang baru adalah sangat penting. Oleh karena itu, engkau seharusnya mengisi setiap momen dengan pemikiran, perasaan dan perbuatan yang suci. Setiap momen engkau harus mencoba untuk melepaskan pemikiran yang buruk dan mengisi pikiranmu dengan pemikiran yang baik. (Divine Discourse, Apr 7, 1989)

-BABA

Thought for the Day - 12th April 2021 (Monday)

(Apart from viveka and vairagya), the third qualification for yearning to know Brahman consists of six virtues: mind control, body and sense control, withdrawal from sensory objects, forbearance, unwavering faith, and equanimity (sama, dama, uparati, titiksha, sraddha, and sama-dana). Mind control (sama) is very hard to attain. The mind can cause bondage, but it can also confer liberation. It is an amalgam of passionate (rajasic) and ignorant (tamasic) attitudes. It is easily polluted. It relishes in hiding the real nature of things and casting on them forms and values that it desires. So, activities of the mind must be regulated. The mind has two characteristics. First, it runs helplessly after the senses. Whichever sense the mind follows, it is inviting disaster. When a pot of water becomes empty, we need not infer that it has leaked away through ten holes; one hole is enough to empty it. So too, even if one sense is not under control, one will be thrown into bondage. Therefore, every sense must be mastered to achieve mind control! 




Kualifikasi yang ketiga (selain dari viveka dan vairagya), dalam kerinduan untuk mengetahui Brahman terdiri dari enam kebajikan: pengendalian pikiran, badan dan pengendalian indera, penarikan diri dari objek-objek indera, ketabahan, keyakinan yang tidak tergoyahkan, dan ketenangan hati (sama, dama, uparati, titiksha, sraddha, dan sama-dana). Pengendalian pikiran (sama) adalah sangat sulit dicapai. Pikiran dapat menyebabkan belenggu, namun pikiran juga dapat memberikan pembebasan. Pikiran adalah sebuah campuran sifat penuh gairah (rajasik) dan sikap kedunguan (tamasik). Pikiran sangat gampang tercemar. Pikiran senang menyembunyikan sifat asli dari segala sesuatu dan memberikannya bentuk dan nilai yang diinginkan. Jadi, aktivitas pikiran harus diatur. Pikiran memiliki dua karakteristik. Pertama, pikiran tanpa daya mengejar indera. Indera yang manapun diikuti oleh pikiran dan hal ini mengundang bencana. Ketika sebuah wadah air menjadi kosong, kita tidak perlu menyimpulkan bahwa wadah itu bocor karena sepuluh lubang; satu lubang saja sudah cukup untuk mengosongkan wadah air itu. Begitu juga, bahkan jika satu indera tidak dikendalikan, seseorang akan terlempar ke dalam belenggu. Maka dari itu, setiap indera harus dikuasai untuk mencapai pengendalian pikiran! (Sutra Vahini, Ch 1)

-BABA