Thursday, February 28, 2008

Thoughts for the Day - 29th February 2008 (Friday)



The cosmos does not exist. It is an illusion. It never is, has been or will be. The creation of the cosmos, the dissolution of the cosmos, these billions of individuals emerging and merging back, all this is but a dream. There is no separate individualised soul (Jivatma), how can there be billions of Jivatmas? There is only one Indivisible Complete Absolute. Like the one sun reflected as a billion suns in a billion lakes and other water bodies, the Jivatmas are but reflections of the One in the minds that it shines upon.
Kosmos (alam semesta) ini tidak eksis. Ia adalah ilusi belaka. Ia tidak pernah ada dan tidak akan pernah ada. Penciptaan dan penghancuran alam semesta ini adalah mimpi saja. Demikian pula, milyaran individu yang lahir dan meninggal itu juga adalah mimpi. Oleh karena tidak mungkin ada Jivatma (individualised soul) yang berbeda-beda, maka mana mungkin terdapat milyaran Jivatma? Yang eksis adalah Indivisible Complete Absolut (Tuhan Yang Maha Esa/Paramatma). Sebagaimana halnya matahari dipantulkan sebagai jutaan matahari di jutaan danau dan permukaan air lainnya, maka demikian pula, Jivatma tiada lain adalah merupakan pantulan Paramatma di dalam batin masing-masing individu.
-BABA

Wednesday, February 27, 2008

Thoughts for the Day - 28th February 2008 (Thursday)



Virtues are more important than physical beauty. Observing the good and bad in the world, one should develop discrimination to choose the former. One should strive hard to cultivate virtues. Right from an early age, one should inculcate good qualities and develop good character. Wherever one may go, it is character that is of utmost importance. It is virtues that lend greatness to any person. If everyone develops good character, the whole country will become good.
Virtues (perilaku/karakter yang luhur/bajik) adalah jauh lebih penting daripada sekedar kecantikan fisik. Setelah mencermati kebajikan dan kejahatan yang ada di dunia ini, maka engkau sudah harus bisa mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan salah. Engkau harus berupaya untuk memupuk sifat-sifat yang luhur & bajik. Mulai dari sejak usia dini, kembangkanlah kualitas-kualitas (diri) yang positif dan juga karakter yang baik. Kemuliaan nama seseorang ditentukan oleh perilaku & karakternya yang luhur itu. Jikalau setiap orang mengembangkan karakter yang positif, maka negara ini akan berkembang menjadi baik.
-BABA

Tuesday, February 26, 2008

Thoughts for the Day - 27th February 2008 (Wednesday)



The five elements each have a characteristic that affects and attracts one of the five senses. The ether as sound fascinates the mind through the ear; air as touch draws the mind to itself through the skin; fire as form manipulates the mind in its favour through the eye; water as taste enslaves the mind through the tongue; and earth as smell intoxicates the mind through the nose. The senses interact with the external world and produce experiences which yield joy or grief. Falsely identifying himself with the senses, man suffers in the coils of attachment. He does not realize that he is neither the body nor the senses, that he is Brahman (Godhead) Himself.
Masing-masing unsur dari panca elemen memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi serta menarik bagi masing-masing panca indria kita. Sebagai contoh: elemen ether dalam wujudnya sebagai suara akan dapat mempengaruhi mind melalui indria telinga; elemen udara dalam bentuk sentuhan akan berpengaruh melalui indria kulit; elemen api sebagai wujud/rupa memanipulasi mind melalui indria mata; elemen air sebagai rasa membelenggu mind melalui kenikmatan di lidah; dan elemen tanah sebagai unsur aroma/wewangian sanggup membuai mind melalui indria hidung. Jadi, terlihat bahwa panca indria kita berinteraksi dengan dunia eksternal sehingga menghasilkan pengalaman senang atau sedih. Oleh karena manusia masih suka salah mengidentifikasikan dirinya dengan panca indrianya, maka alhasil ia mengalami penderitaan akibat masih terjeratnya dirinya dalam lingkaran kemelekatan. Ia belum menyadari bahwa dirinya sebenarnya bukanlah badan jasmani maupun panca indrianya itu! Sebenarnya identitas manusia yang sejati adalah Brahman (Tuhan)!
-BABA

Monday, February 25, 2008

Thoughts for the Day - 26th February 2008 (Tuesday)



Through activity, man attains purity of consciousness. In fact, man has to welcome activity with this end in view. And why strive for a pure consciousness? If a bucket is filled with polluted and muddy water, can you see its bottom? Similarly, within man's heart, deep down in his consciousness, we have the Atma. But it can be cognized only when the consciousness is clarified. Your imaginations, your inferences, your judgements and prejudices, your passions, emotions and egoistic desires, muddy the consciousness and make it opaque. How, then, can you become aware of the Atman, that is at the very base? Through Seva (selfless service) rendered without any desire to placate one's ego and with only the well-being of others in view, it is possible to cleanse the consciousness and have the Atman revealed.
Melalui serangkaian aktivitas/kegiatan, manusia akan mampu untuk mencapai purity of consciousness (pemurnian kesadaran). Setiap bentuk kegiatan yang engkau lakukan haruslah dilaksanakan dengan landasan pengertian ini. Lalu, pertanyaannya sekarang adalah: mengapa kita harus berupaya untuk mencapai kesadaran yang murni? Perumpamaannya adalah: seandainya air di dalam ember sangat kotor dan berlumpur, apakah engkau akan bisa melihat bagian bawah (dasar) dari ember itu? Nah, demikian pula, di dasar (hati/kesadaran) manusia, kita dapat menemukan Atma. Namun Sang Atma tersebut hanya bisa teridentifikasi jikalau kesadaran kita telah menjadi jernih. Selama ini kesadaranmu sering dikaburkan/dikecoh oleh imajinasimu, pandangan yang keliru, emosi dan keinginan-keinginan egoistis. Bila demikian halnya, bagaimana mungkin engkau bisa aware terhadap Atman yang tiada lain adalah jati-dirimu yang sebenarnya? Atma hanya bisa direalisasikan melalui upaya-upaya pemurnian yang dijalankan melalui tindakan seva (pelayanan tanpa pamrih) yang terbebas dari ego serta hanya mendambakan kebahagiaan & kesejahteraan orang lain.
-BABA

Thursday, February 21, 2008

Thoughts for the Day - 25th February 2008 (Monday)



The first step to direct knowledge of God is spiritual practice; the first step in spiritual practice is service to the Guru performed in total faith and surrender. At the same time, the responsibility of the Guru is to instruct the disciple on the nature of God, to instruct continuously and in simple ways. When the disciple grasps this instruction, it becomes indirect knowledge. This indirect knowledge can be transformed into direct knowledge by constant recapitulation and by constantly turning it over in the mind.

Langkah pertama untuk mendapatkan pengetahuan langsung tentang Tuhan adalah melalui praktek spiritual; dan langkah pertama dalam praktek spiritual adalah dengan melakukan tindakan pelayanan terhadap Guru yang dilaksanakan secara penuh keyakinan dan surrender (tulus ikhlas). Pada saat yang bersamaan, tanggung-jawab seorang Guru adalah memberikan instruksi kepada siswa-siswanya tentang aspek ke-Tuhanan, memberi arahan secara terus-menerus dan secara sederhana. Apabila sang siswa berhasil memahami dan menghayati arahan-arahan gurunya, maka pemahaman itu akan menjadi pengetahuan yang indirect (tidak langsung). Selanjutnya pengetahuan yang indirect tersebut akan ditransformasikan menjadi pengetahuan direct (langsung) dengan melalui serangkaian proses rekapitulasi dan perenungan di dalam batin.

-BABA

Thoughts for the Day - 24th February 2008 (Sunday)



Be always in the company of devotees of God. Through this Sathsang (good company), Viveka (discrimination) and Vairagya (detachment) will be inculcated in you. These qualities will strengthen the spirit and endow you with inner peace. If the mind is subdued, that alone is enough; it is not then necessary to conquer the external senses. If the mind has no attachment to the sense objects, the senses have nothing to cling on to and they become powerless; likes and dislikes are both starved out of existence. The bonds with the objective world are cut, though the senses may still be affected by it. For him who has been blessed by the awareness of the Atma, how can anything worldly bring grief or joy?

Senantiasalah berada di dalam persekutuan dengan para bhakta Tuhan, sebab melalui Sathsang ini, maka Viveka (kemampuan membedakan antara yang benar dan salah) dan Vairgaya (ketidak-melekatan) akan bersemi di dalam dirimu. Kualitas-kualitas (positif) ini akan memperkuat spirit dan membekalimu dengan inner peace (kedamaian batin). Jikalau mind sudah berhasil dijinakkan, maka itu saja sebenarnya sudah cukup; engkau tidak perlu lagi bersusah-payah menaklukkan indera-indera eksternal. Jikalau mind sudah tidak melekat lagi terhadap obyek-obyek indriawi, maka panca indera tidak akan bisa memperbudakmu lagi; semua perasaan suka dan tidak suka akan sirna. Hubungan dengan dunia obyektif sudah terputus, walaupun panca indera kita masih akan tetap terpengaruh olehnya. Bagi mereka yang telah diberkahi dengan kesadaran Atmic ini, maka ia sudah tidak akan terpengaruh lagi oleh hal-hal yang duniawi (kesenangan dan kesedihan).

-BABA

Thoughts for the Day - 23rd February 2008 (Saturday)



The sacred scriptures of Bharat loudly proclaim that the individual is the architect of his own fate. Whatever form the person craves for now while alive in this birth, that form he attains after death. Therefore, it is clear that Karma (consequences of one's actions) decides birth and wealth, the character and attitude, the level of intelligence. The joys and sorrows of this life are the earnings gathered during the previous life. The inference, therefore, is inevitable that the next life of the individual will be in consonance with the activities prompted by the level of Karma in this life.

Kitab-kitab suci Bharat secara nyata memproklamirkan bahwa setiap orang/individu adalah arsitek dari nasibnya sendiri. Apapun juga wujud/bentuk (kehidupan) yang digandrungi oleh seseorang semasa hidupnya, maka wujud/bentuk itulah yang akan ia peroleh setelah kematiannya. Oleh sebab itu, sudah jelas bahwa Karma (konsekuensi perbuatan seseorang) menentukan kelahiran dan kesejahteraan, karakter dan sikap serta tingkat intelligensianya kelak. Kegembiraan dan kesedihan dari kehidupan ini merupakan hasil atau buah-akibat dari perbuatan-perbuatan di kehidupan yang lampau. Kesimpulannya adalah bahwa kondisi kehidupan yang akan datang akan sesuai dengan kegiatan atau hasil perbuatan semasa kehidupan saat ini (Karma kehidupan sekarang).

-BABA

Thoughts for the Day - 22nd February 2008 (Friday)



Life has to be an incessant process of repair and reconstruction, of discarding evil and developing goodness. Paddy grains have to be de-husked in order to become edible as rice. Cotton has to be converted as yarn to become wearable cloth. Gold nuggets have to be heated in the crucible to remove the impurities. Man too, must purify his impulses, emotions and desires and cultivate good thoughts, words and deeds so that he can progress spiritually.

Kehidupan ini merupakan serangkaian proses perbaikan dan rekonstruksi yang berjalan secara terus-menerus dimana kita seharusnya membuang kejahatan dan mengembangkan kebajikan. Sekam padi harus dikupas atau dibuang terlebih dahulu sebelum beras itu dapat dimasak. Kapas harus diolah menjadi benang terlebih dahulu agar ia dapat dimanfaatkan/dijahit menjadi baju. Bongkahan-bongkahan emas harus dipanaskan atau dilumerkan terlebih dahulu agar dapat membuang zat-zat yang tidak murni. Demikianlah, manusia harus terlebih dahulu memurnikan dorongan-dorongan batinnya, emosi serta keinginannya sembari tetap mengembangkan pemikiran, ucapan dan perbuatan yang positif agar ia dapat bergerak maju secara spiritual.

-BABA

Wednesday, February 20, 2008

Thoughts for the Day - 21st February 2008 (Thursday)



God is not involved in either reward or punishment. He only reflects, resounds and reacts. He is the eternal unaffected Witness. You decide your own fate. Do good, be good, you get good in return; be bad, do bad deeds, you receive bad results. Do not thank or blame God. He does not even will that creation, protection and destruction shall take place. They follow the same law, it is the innate law of the Maya-ridden (illusory) universe. Electric current, for example, can be used by us to power fans to get cool breeze, light bulbs for light, to magnify human speech, to make many copies of a printed sheet, etc. In all these cases, it creates, but if you grasp the bare wire which carries the current, you are killed. The current creates, it protects, it destroys; it all depends on how we utilize it.

Tuhan sama sekali tidak terlibat dalam hal reward maupun punishment. Beliau hanya reflects, resounds dan reacts. Ia adalah saksi abadi yang sama sekali tidak ikut campur tangan. Engkau sendiri yang merancang nasibmu. Do good, be good maka engkau akan menerima hasil yang baik. Sebaliknya be bad dan lakukanlah perbuatan yang jahat; maka engkau juga akan menerima hasil yang negatif. Engkau tidak perlu berterima-kasih atau sebaliknya menyalahkan Tuhan. Beliau bahkan tidak menghendaki untuk terjadinya penciptaan, perlindungan dan penghancuran (prinsip Brahma – Vishnu – Mahesvara). Segala sesuatunya mengikuti aturan yang sama, yaitu the innate law of the Maya-ridden (illusory) universe (alam semesta yang bersifat khayal/maya). Ambillah arus listrik sebagai contoh, arus ini bisa kita manfaatkan untuk memutar kipas angin sehingga diperoleh hembusan angin segar, atau untuk menyalakan bola lampu, sebagai pengeras suara, memperbanyak cetakan (foto-copy) dan sebagainya. Dalam semua fungsinya tadi, arus listrik berada dalam kapasitasnya untuk menciptakan (creation); akan tetapi jikalau engkau memegang kawat listrik (tembaga) yang sedang mengalirkan arus, maka engkau akan terbunuh. Jadi, terlihat bahwa arus listrik selain bisa menciptakan, ia juga melindungi dan juga menghancurkan; semuanya tergantung bagaimana kita mendaya-gunakannya.

-BABA

Tuesday, February 19, 2008

Thoughts for the Day - 20th February 2008 (Adoration)



You have it in your power to make your days on earth a bed of roses instead of a bed of thorns. Recognise the Sai resident in every heart and everything will be smooth and easy. Sai will be the fountain of love in your heart and in the hearts of all you come in contact with. Know that Sai is Omnipresent and that He is present in every living being. Adore everyone as you adore Sai.

Engkau sendirilah yang memiliki sumber daya untuk membuat hari-harimu menjadi hamparan bunga mawar. Ketahuilah bahwa Sai adalah penghuni hati setiap orang, dengan berbekal kesadaran ini maka segala-galanya akan menjadi lancar dan mulus. Sai akan menjadi sumber mata-air cinta-kasih di dalam hatimu dan juga di dalam hati setiap orang yang kau temui. Sadarilah bahwa Sai adalah Omnipresent dan Beliau eksis di dalam diri setiap mahluk hidup. Hormatilah setiap orang seperti halnya engkau menghormati Sai.

-BABA

Monday, February 18, 2008

Thoughts for the Day - 19th February 2008 (Tuesday)



There is no living being without the spark of love; even a mad man loves something or somebody intensely. But, you must recognise this love as but a reflection of the Premaswarupa (embodiment of Love) that is your reality, of the God who is residing in your heart. Without that spring of Love that gushes forth from your heart, you will not be prompted to love at all. Recognise that spring, rely on it more and more, envelop the whole world with it, discarding all traces of selfishness. Do not seek anything in return for it from those to whom you extend it.

Tiada mahluk hidup yang tidak memiliki percikan cinta-kasiih; bahkan orang yang dicap kurang-waras sekalipun juga mencintai sesuatu atau seseorang. Engkau harus menyadari bahwa cinta-kasih ini merupakan refleksi dari Premaswarupa (perwujudan cinta-kasih) yang merupakan bagian dari realitas dirimu, sebab Tuhan memang bersemayam di dalam hatimu. Tanpa adanya cinta-kasih di dalam hati, maka engkau tidak akan terdorong untuk mencintai semuanya. Kembangkanlah cinta-kasihmu hingga mencakupi seisi dunia dan buanglah jauh-jauh sifat-sifat selfishness (yang mementingkan diri sendiri). Janganlah mengharapkan imbalan dari orang-orang yang engkau kasihi.

-BABA

Friday, February 15, 2008

Thoughts for the Day - 18th February 2008 (Monday)




Love alone can reveal the Divinity latent in all. Love is God. Live in Love. Love lives by giving and forgiving; self lives by getting and forgetting. Love is selflessness. Do not waste your life pursuing the narrow interests of the self. Love! Love! Become what you truly are - the embodiments of Love. No matter how others treat you or what they think of you, do not worry. Your own heart shining with Love is God's Love. You should constantly remind yourself, "I am God." The day you see yourself as God, you become God.

Hanya cinta-kasih sajalah yang bisa memunculkan Divinity yang laten ada di dalam diri setiap orang. Cinta-kasih adalah Tuhan. Hiduplah dalam cinta-kasih. Cinta-kasih bersifat pemberi dan pemaaf; sedangkan self (diri) bersifat menerima dan melupakan. Cinta-kasih bersifat tanpa pamrih. Jangnanlah menghabiskan sisa kehidupanmu dengan membiarkan dirimu tunduk terhadap kepentingan self (diri)! Cintailah! Cintailah! Jadilah dirimu yang sejati, yaitu sebagai perwujudan cinta-kasih. Tanpa peduli bagaimana perlakuan atau pemikiran orang lain terhadap dirimu, engkau tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya sama sekali. Hatimu yang bersinar dengan cinta-kasih sudah menjadi cinta-kasih Tuhan. Ingatlah selalu, “Aku adalah Tuhan.” Di hari engkau melihat dirimu sebagai Tuhan, maka itu berarti engkau sudah menjadi diri-Nya.

-BABA

Thoughts for the Day - 17th February 2008 (Sunday)




Today, man aspires to attain Mukthi (liberation). What is Mukthi? It is not the attainment of a heavenly abode. Mukthi means freedom from suffering. One needs to have Mukthi at three levels - body, mind and soul. For example, when one is hungry, one eats food and the hunger is satiated. This is a kind of Mukthi. Suppose, one is suffering from a disease, one gets cured by taking medicine. This is also a kind of Mukthi. All this is related to the body. At the mental level, Mukthi means controlling the vagaries of the mind. But, true liberation lies in understanding the principle of the Atma which neither comes nor goes. This is termed as 'Nirvana'.

Hari ini banyak orang yang beraspirasi untuk mencapai Mukthi (pembebasan/pencerahan). Apakah yang dimaksud dengan Mukthi? Ia bukanlah berarti keberhasilan untuk sampai ke tanah surga. Mukthi diartikan sebagai terbebasnya penderitaan. Setiap orang perlu memiliki Mukthi di tiga level, yaitu: level badan jasmaniah, mind (batin) dan soul (jiwa). Sebagai contoh, ketika engkau lapar, maka engkau perlu makan. Setelah makan, maka rasa lapar-pun lenyap. Nah, ini adalah sejenis Mukthi. Selanjutnya, misalkan engkau sedang sakit, setelah meminum obat, maka penyakitmu menjadi sembuh. Kesembuhan ini juga merupakan sejenis Mukthi. Semuanya itu berhubungan dengan badan jasmani. Di level mental, Mukthi diartikan sebagai kesanggupan untuk mengendalikan pasang-surut mind. Akan tetapi, pembebasan atau pencerahan sejati adalah terletak pada kesanggupan untuk memahami prinsip Atma (yang tidak mengenal lahir & mati). Inilah yang dinamakan sebagai ‘Nirvana.’

-BABA

Thoughts for the Day - 16th February 2008 (Saturday)



Today people study the Vedas and other scriptures as a ritual; they do not put into practice any of their injunctions. Of what avail is it to merely know how the Vedas and Upanishads have described the Divine, when this knowledge is not reflected in one's life? Such a person is like a blind man who hears about the existence of the world but cannot see it. The scriptures are meant to provide guidance for practical living and not merely to be learnt by rote.

Dewasa ini orang-orang mempelajari kitab suci Veda dan kitab suci lainnya dalam gaya hanya sekedar sebagai ritual belaka; mereka tidak mempraktekkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya! Apa gunanya bila engkau hanya sekedar tahu tentang bagaimana kitab Veda dan Upanishad mendeskripsikan Divine? Apabila pengetahuan itu tidak direfleksikan dalam kehidupanmu, apakah kau kira pengetahuanmu tersebut menjadi berguna? Orang-orang seperti ini ibaratnya seperti orang buta yang mendengar tentang eksistensi dunia ini, namun dia sendiri tidak bisa melihatnya. Kitab-kitab suci berfungsi sebagai pedoman kehidupan praktis sehari-hari dan bukannya untuk dipelajari secara membabi-buta.

-BABA

Wednesday, February 13, 2008

Thoughts for the Day - 15th February 2008 (Friday)




The Vedas and Shastras, since they were won by penance and travail by sages and seers, who were interested in the welfare of humanity and the liberation of man, are the greatest repositories of Hitha (beneficence). They advise that man must regulate his 'outer-look' and develop the 'inner-look'; the inner reality is the foundation on which the outer reality is built. It is like the steering wheel inside the car which directs the outer wheels. Know that the basic reality is God. Become aware of it and stay in that awareness always. Whatever be the stress and the storm, do not waver from that faith.

Kitab suci Veda dan Shastra diperoleh melalui upaya keras tapa-brata oleh para sadhu dan rishi yang peduli atas kesejahteraan serta pembebasan umat manusia (dari lingkaran kelahiran dan kematian). Kitab-kitab suci tersebut bagaikan harta yang sangat tak ternilai harganya. Di dalam kitab suci itu, kita diajarkan untuk mengarahkan pandangan ke dalam diri kita masing-masing; sebab inner reality merupakan fondasi atau landasan daripada outer reality. Ia bagaikan roda kemudi di dalam mobil yang mengarahkan arah perjalanan dari keempat roda di luar. Sadarilah bahwa Tuhan adalah basic reality. Apapun juga kendala dan hambatan yang terjadi, janganlah engkau menjadi goyah dari keyakinanmu itu.

-BABA

Thoughts for the Day - 14th February 2008 (Thursday)




Life is a campaign against one's inner foes; it is a battle with obstacles, temptations, hardships and hesitations. These foes are within man and so, the battle has to be incessant and perpetual. Like the virus that thrives in the bloodstream, the vices of lust, greed, hate, malice, pride and envy sap the energy and faith of man and ruin him.

Kehidupan ini bagaikan medan pertarungan untuk mengalahkan musuh-musuh yang ada di dalam diri setiap orang; yaitu pertempuran untuk mengatasi hambatan-hambatan, dorongan-dorongan (badaniah), kesulitan-kesulitan serta keragu-raguan. Semua musuh itu ada di dalam diri manusia dan oleh sebab itu, pertarungan ini tidak mengenal akhir dan akan berlanjut terus-menerus. Seperti halnya virus yang bertahan hidup di dalam aliran darah, maka demikian pula musuh-musuh (dalam bentuk nafsu, keserakahan, kebencian, kedengkian, kesombongan dan keiri-hatian) telah menguras energi dan keyakinan manusia; sehingga pada akhirnya, manusia akan mengalami kehancuran.

-BABA

Tuesday, February 12, 2008

Thoughts for the Day - 13th February 2008 (Wednesday)


Atma is the embodiment of bliss, peace and love, but, without knowing that all these exist in oneself, man seeks them from outside and exhausts himself in that disappointing pursuit. Birds that fly far from the mast of a ship on high seas have to return to that very mast, for they have no other place to fold their tired wings and rest. Devoid of this Jnana (spiritual wisdom), all efforts to seek spiritual bliss and peace will be futile.

Atma adalah perwujudan bliss, kedamaian dan cinta-kasih. Tanpa mengetahui kenyataan bahwa semua aspek perwujudan atma tersebut sebenarnya eksis di dalam dirinya, manusia telah membuat dirinya keletihan & kelelahan dalam usaha-usahanya untuk mencarinya di luar. Kawanan burung yang sudah terbang jauh dari buritan kapal di tengah samudera luas, pada akhirnya, mereka akan kembali lagi ke sarangnya itu agar dapat mengistirahatkan sayap-sayapnya yang sudah kelelahan. Tanpa adanya Jnana (kebijaksanaan spiritual), semua jenis upaya untuk mencari spiritual bliss dan kedamaian akan berakhir secara sia-sia.

-BABA

Thoughts for the Day - 12th February 2008 (Tuesday)


When you try to prepare a meal, you may have with you all the materials and ingredients you need but unless you have the fire in the hearth, you cannot cook and make an edible meal out of it. So too with life, Jnana (spiritual wisdom) is the fire which makes the material world and the external activities, edible and tasty, healthy and joyful. That joy is called Ananda; it is uplifting, it is illuminating, it is constructive. Iha-nivaasam (life in the world) is for Para-praapthi (attaining salvation). That is to say, life 'here' is for the sake of reaching 'there'.

Ketika engkau mempersiapkan makanan, tentunya engkau sudah menyediakan bahan baku yang dibutuhkan; namun semua bahan-bahan itu tidak akan ada gunanya apabila tungku masakmu tidak mempunyai api. Demikianlah analoginya untuk kehidupan ini, Jnana (kebijaksanaan spiritual) merupakan bara-api yang diperlukan untuk mengolah benda-benda duniawi dan kegiatan-kegiatan eksternal agar kelak membuahkan hasil yang bermanfaat, menyehatkan, menyenangkan dan dapat diberdaya-gunakan. Kesenangan ini dinamakan Ananda; ia bersifat mencerahkan dan konstruktif. Iha-nivaasam (kehidupan di dunia ini) adalah untuk Para-praapthi (pencapaian pencerahan/pembebasan). Dengan kata lain, kehidupan ‘sekarang’ ini adalah demi untuk mencapai ‘pantai seberang.’

-BABA



Friday, February 8, 2008

Thoughts for the Day - 11th February 2008 (Monday)



The Lord’s grace is conferred on each devotee according to the level of that person’s spiritual consciousness. The ocean is vast and boundless, but the amount of water you can carry from it is determined by the size of the vessel you take. If the vessel you carry is small, you cannot fill it beyond its capacity. Likewise, if your heart is constricted, Divine grace will be equally limited. Broaden your heart and receive the plenitude of God’s grace.

Rahmat Ilahi diberikan kepada setiap orang sesuai dengan level kesadaran spiritual masing-masing. Samudera maha luas dan tak terbatas, namun jumlah air yang bisa engkau ambil ditentukan oleh ukuran wadah yang dipergunakan. Jikalau wadah yang engkau bawa berukuran kecil, maka sudah barang tentu engkau tidak akan bisa mengisinya hingga melampaui kapasitasnya. Demikianlah, apabila hatimu picik, maka Rahmat Ilahi yang engkau terima juga bersifat terbatas. Oleh sebab itu, lapangkanlah hatimu dan terimalah curahan rahmat Ilahi yang berlimpah-limpah.

-BABA

Thoughts for the Day - 10th February 2008 (Sunday)



There is a technique by which the immortal Spirit can be discovered. Though it may appear difficult, each step forward makes the next one easier, and a mind that is made ready by discipline is able to discover the Divine basis of man and creation in a flash. There is no short-cut to this consummation. One has to give up all the tendencies that one has accumulated so far and become light for the journey. Lust, greed, anger, malice, conceit, envy, hate – all these tendencies have to be shed. It is not enough to listen to My discourses and count the number you have listened to. The only thing that counts is practising at least one of My teachings.

Terdapat satu teknik/cara untuk menemukan immortal Spirit (jiwa yang abadi/Atma). Walaupun pada awalnya mungkin terlihat sulit, namun setiap langkah akan membuat langkah berikutnya menjadi lebih gampang dan mind (batin) kita akan dipersiapkan sedemikian rupa sehingga dalam sekejap kita akan sanggup menemukan Divine basis yang ada dalam diri setiap orang dan seluruh alam ciptaan ini. Tidak ada jalan pintas untuk hal ini. Yang perlu engkau lakukan adalah meninggalkan semua kecenderungan (negatif) yang sudah terakumulasi sedemikian lama agar supaya perjalananmu menjadi jauh lebih ringan. Nafsu, keserakahan, kemarahan, kebencian, keiri-hatian, kedengkian – semua kecenderungan negatif ini haruslah ditanggalkan. Tidaklah cukup bila engkau hanya mendengarkan ceramah-ceramah-Ku atau dengan hanya menghitung berapa kali engkau sudah mendengarkan-Nya. Yang jauh lebih penting adalah mempraktekkan paling tidak salah-satu ajaran-ajaran-Ku.

-BABA

Thoughts for the Day - 9th February 2008 (Saturday)



The company of the good and the godly will slowly and surely reform and cleanse persons prone to stray away from the straight path towards self-realisation. Care must be taken to see that you select and stick to proper company. The Sathsang (holy company) that you join must be purer, more venerable and wedded to higher ideals than yourself. It must be qualitatively higher and greater than that in which you are now.

Pergaulan dengan mereka yang saleh dan bajik secara perlahan-lahan pasti akan mereformasi serta memurnikan orang-orang yang rentan untuk terperosok ke jalan yang menyimpang dari jalur self-realisation. Kita harus benar-benar ekstra hati-hati dalam memilih teman bergaul. Sathsang yang engkau ikuti haruslah lebih murni, lebih luhur dan memiliki idealisme yang lebih tinggi daripada dirimu sendiri. Secara kualitatif, sathsang tersebut haruslah lebih berbobot daripada sathsang yang engkau miliki saat ini.

-BABA

Wednesday, February 6, 2008

Thoughts for the Day - 8th February 2008 (Friday)



Each one must proceed from the place where he is, at his own pace, according to his own light. But, if each has caught a glimpse of the Atmic Reality, of the source from which he has emerged and the goal into which he is to merge, then all will reach the goal of the journey, sooner or later. Once that glimpse is received through Divine grace, the fascination for the body and the senses which dominate it, and the world which feeds the senses will all become meaningless and fade away; man will then have instead of the Deha-bhranti (attachment for body) which now torments him, the yearning to know and be established in the Dehi, the Divine Indweller.

Sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-masing, setiap orang hendaknya bergerak maju dari tempatnya sekarang ini. Apabila engkau berhasil melihat secara sekilas Realitas Atmic – yaitu sumber darimana dirimu berasal dan juga tujuan akhir dari kehidupanmu ini – maka cepat atau lambat, engkau akan sampai/tiba di tujuan akhir perjalanan itu. Berkat Rahmat Ilahi, apabila engkau sanggup untuk melihat secara sekilas Realitas Atmic, maka semua dominasi panca indera akan menjadi surut dan kehidupan duniawi akan kehilangan daya tariknya; sehingga dengan demikian, Deha-bhranti (kemelekatan pada badan jasmani) akan kehilangan daya cokolnya dan sebaliknya engkau akan semakin mantap bersama Dehi, the Divine Indweller (benih-benih keilahian) yang ada di dalam dirimu.

-BABA

Thoughts for the Day - 7th February 2008 (Thursday - Chinese New Year)



God alone is the source and basis of bliss. Truth is the basis of God. Righteousness is the basis of truth. Love is the basis of righteousness. Faith is the basis of love. But man today has no faith. A person without Vishwasa (faith) is verily without Shwasa (breath). A faithless man is virtually a living corpse. Our ancient sages and seers therefore emphasised the need for faith in God. But man today has become virtually blind having lost his faith.

Tuhan adalah satu-satunya sumber dan dasar untuk tercapainya bliss (kebahagiaan). Kebenaran menjadi landasan (eksistensi) Tuhan. Kebajikan adalah dasar dari kebenaran. Cinta-kasih merupakan dasar kebajikan dan keyakinan tiada lain adalah dasar dari cinta-kasih. Ironisnya, manusia saat ini tidak mempunyai faith (keyakinan) sama sekali. Seseorang yang tak berkeyakinan (Vishwasa) boleh dikatakan tak mempunyai nafas (Shwasa). Manusia yang tak berkeyakinan bagaikan mayat hidup. Para rishi dan sadhu di zaman dahulu telah menekankan tentang pentingnya memiliki keyakinan kepada Tuhan. Namun sayangnya, manusia di zaman modern ini telah menjadi buta sebagai akibat keyakinannya yang cacat itu.

-BABA

Tuesday, February 5, 2008

Thoughts for the Day - 6th February 2008 (Wednesday)


It is pure love that bestows liberation. You should endeavour to attain this holistic love. To attain liberation, people undertake all sorts of spiritual practices, but love is the undercurrent of all spiritual endeavours. Bhakti (devotion) is a spiritual practice based on love. Devotion is not merely singing Bhajans or performing sacred rituals. True devotion is a direct flow of selfless and unconditional love from your heart to God. In the spiritual practices that people undertake, there is some amount of selfishness. Offer your love to God devoid of the least trace of selfishness or desire. The annihilation of desire is verily liberation.

Pencerahan tercapai melalui cinta-kasih yang murni. Hendaknya engkau mengupayakan untuk tercapainya holistic love (cinta-kasih yang bersifat menyeluruh terhadap semua mahluk). Demi untuk mencapai pencerahan (moksha), orang-orang melakukan berbagai macam bentuk praktek-praktek spiritual, dimana sebenarnya cinta-kasih merupakan landasan dari semua upaya-upaya spiritualistik tersebut. Bhakti (devotion) adalah praktek spiritual yang didasari oleh cinta-kasih. Perlu diketahui bahwa devotion bukanlah sekedar menyanyikan bhajan ataupun melaksanakan ritual-ritual suci lainnya. Yang dimaksud dengan true devotion adalah pancaran cinta-kasih yang tanpa pamrih dan tak bersyarat dari hatimu kepada Tuhan. Dalam praktek-praktek spiritual yang dijalankan oleh kebanyakan orang, pada umumnya di dalamnya masih terkandung unsur selfishness (untuk kepentingan pribadi). Hendaknya engkau mempersembahkan cinta-kasihmu kepada Tuhan tanpa disertai oleh noda-noda kecongkakan maupun keinginan duniawi. Moksha akan tercapai di kala keinginanmu telah sirna.

-BABA

Monday, February 4, 2008

Thoughts for the Day - 5th February 2008 (Tuesday)


Service to man is service of the Lord. That is the path of real Bhakti (devotion). For, what greater means can there be to please God than pleasing His children? The Purusha Sukta (a Vedic hymn) speaks of the Purusha or God as having a thousand heads, a thousand eyes and a thousand feet. That is to say, all are God. Though there are a thousand heads, there is no mention of a thousand hearts, there is only one heart. The same blood circulates through all the heads, eyes, feet and limbs. When you tend the limb, you tend the whole individual; when you serve man, you serve God.
Pelayanan kepada manusia adalah juga merupakan pelayanan kepada Tuhan. Inilah jalan Bhakti (devotion) yang sejati. Apakah terdapat cara lain yang lebih mulia untuk menyenangkan Tuhan selain daripada pelayanan terhadap anak-anak-Nya? Purusha Sukta (salah-satu bait dalam kitab Veda) bercerita tentang Purusha (Tuhan) sebagai sosok yang memiliki ribuan kepala, ribuan mata dan ribuan kaki. Dengan perkataan lain, segala sesuatu di alam semesta ini adalah milik-Nya. Namun walaupun Beliau dilukiskan sebagai memiliki ribuan kepala, nanum kita tidak pernah menemukan uraian (dalam kitab Veda) dimana Tuhan digambarkan sebagai sosok yang mempunyai ribuan hati. Artinya, hanya ada satu hati! Darah yang sama bersirkulasi melalui semua kepala, mata, kaki dan organ-organ tubuh lainnya. Apabila engkau mencederai salah-satu organ itu, maka itu berarti engkau sudah mencederai individu tersebut secara keseluruhan; dan sebaliknya, apabila engkau melayani manusia, maka itu berarti engkau sudah melayani Tuhan.

-BABA

Thoughts for the Day - 1st until 4th February 2008

Do not allow faith to falter when failure comes to your door. Meet it as a new challenge and triumph over it. Your faith must not be like your breath; for the breath comes in and goes out every moment. Let your faith be firm, with no alternations of entrances and exits. If faith is in one continuous stream, then Grace will be showered on you in one full continuous stream. God is with you at all stages and in all situations. Love Him from the depths of your heart. Take refuge in Him, He will definitely protect you. It is said 'Yad Bhaavam Tad Bhavathi.' meaning, "as is the feeling, so is the result". God will come to your rescue if you have total faith in Him.

Janganlah engkau membiarkan keyakinanmu menjadi goyah dikala engkau menemui kegagalan. Hadapilah kegagalan itu sebagai tantangan baru dan tampilah sebagai pemenangnya. Keyakinamu tidak boleh seperti nafasmu; sebab nafas itu silih berganti masuk dan keluar. Mantapkanlah keyakinanmu dan janganlah sebentar-sebentar kuat dan di saat berikutnya menjadi lemah. Jikalau keyakinanmu mengalir terus secara kontinu, maka Rahmat (Ilahi) akan senantiasa dicurahkan kepadamu. Tuhan selalu bersamamu kapanpun dan dalam keadaan bagaimanpun juga. Cintailah Dia dari relung hatimu yang terdalam. Berlindunglah kepada-Nya dan Beliau pasti akan mengayomimu. 'Yad Bhaavam Tad Bhavathi', artinya “sesuai dengan perasaanmu, maka demikianlah hasil yang akan engkau peroleh.” Tuhan akan datang menolongmu hanya jikalau engkau memang yakin kepada-Nya.
-BABA

Do all work as an offering to God; do not classify some as ‘my work’ and some as ‘His work’. All work is His; He alone exists, for all this manifold universe is but God seen through the mirror of Nature. Everything is for the attainment of the Supreme, and to be utilised for that purpose. Nothing is to be used as itself, for itself. For the followers of Sai, this is the proper way of life.

Lakukanlah semua tugas & pekerjaanmu sebagai persembahan kepada Tuhan; janganlah engkau mengelompokkan sebagian pekerjaan sebagai 'pekerjaanmu' dan sebagian lagi sebagai 'pekerjaan-Nya'. Semua bentuk tugas/pekerjaan adalah milik-Nya; sebab hanya Dia-lah yang eksis, seluruh alam semesta ini tiada lain adalah Tuhan yang dilihat dari kaca-mata Nature. Segala sesuatu (yang ada di alam semesta ini) hanyalah diperuntukkan bagi pencapaian Supreme (ke-Tuhanan), dan memang untuk itulah sumber daya tersebut seyogyanya diberdaya-gunakan dan bukan untuk hal-hal lainnya. Bagi para pengikut Sai, hendaknya ini menjadi jalan kehidupan mereka yang semestinya.
-BABA

The recognition of one's innate Divinity and the regulation of one's daily life in accordance with that Truth are the guiding stars for those who are caught in the currents and cross currents of strife and struggle. Without that Atma Jnana (spiritual awareness), life becomes a meaningless farce, a mockery. It is the acquisition of that awareness that makes life earnest, sweet and fruitful.

Mengenali innate Divinity (sifat ke-Tuhanan masing-masing) serta menjalani pola kehidupan yang sesuai dengan kebenaran tersebut adalah bagaikan bintang yang berfungsi sebagai pedoman/petunjuk dalam menjalani kehidupan ini. Tanpa adanya Atma Jnana (kesadaran spiritual), kehidupan menjadi tak bermakna ibarat seperti pertunjukan sandiwara belaka. Berbekal kesadaran Atma, maka hidup akan menjadi berarti dan indah.
-BABA

There is no discipline equal to service for smothering the ego and filling the heart with genuine joy. To condemn service as demeaning or inferior is to forgo these benefits. A wave of service, if it were to sweep over all lands, catching everyone in its enthusiasm, it would be able to wipe out the mounds of hatred, malice and greed that infest the world. Attune your hearts so that they will vibrate in sympathy with the woes of your fellowmen. Fill the world with love.

Tiada disiplin lain yang bisa menyamai disiplin pelayanan (service) yang sanggup meredam ego serta sebaliknya mengisi hatimu dengan kegembiraan sejati. Bila ada yang mencela tindakan pelayanan sebagai praktek yang inferior, maka itu berarti ia mengingkari manfaat-manfaat yang bakal diterimanya. Apabila gelombang pelayanan (yang dilaksanakan secara antusias) menyebar ke segenap penjuru dunia, maka ia akan sanggup untuk menyapu bersih tumpukan (sampah) yang telah mengotori dunia ini, yakni: kebencian, kedengkian dan keserakahan. Sesuaikanlah hatimu agar ia ikut bersimpatik terhadap penderitaan sesamamu. Isilah dunia ini dengan cinta-kasih.
-BABA